Kaum Muslim memenuhi taman-taman surga dalam halqah-halqah ilmu di bulan Ramadhan di Masjid Al-Aqsa, menyerukan kaum Muslim revolusioner di negeri-negeri Arab untuk mendirikan Khilafah dan memperingatkan mereka agar tidak terjatuh pada perangkap Amerika dan Barat.
Pada hari Jumat terakhir Ramadhan al-Mubarak dari Masjid Al-Aqsa, Baitul Maqdis, Palestina, puluhan halqah-halqah ilmu tersebar di pelataran Masjid Al-Aqsa yang dipenuhi dengan para jamaah. Di dalamnya para pengemban dakwah menyampaikan isu-isu terkait persoalan-persoalan utama kaum Muslim. Sebelumnya, pada hari Jumat ke-4 Ramadhan dan juga pada malam lailatul qadar para pengemban dakwah menghidupkan malam Ramadhan, dengan pembicaraan masalah kaum Muslim yang dihadiri oleh puluhan ribu kaum Muslim.
Para pengemban dakwah membicarakan berbagai peristiwa di negeri-negeri Muslim, termasuk pertemuan yang disebut KTT Mekkah, yang seperti biasa, para pihak pada pertemuan KTT tersebut sepakat untuk sebuah pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya dan kaum Mukminin. Keputusan KTT hanyalah hal yang menjijikan untuk menanggukan keanggotaan Suriah pada organisasi Konferensi Dunia Islam. Para penguasa negeri-negeri Muslim melupakan tangisan perempuan serta duka darah yang tertumpah oleh tangan kriminal Bashar.
Lalu mereka juga membicarakan atas kegigihan Barat kafir dan alat-alatnya yang berupaya membendung revolusi Suriah dan para pembicara perlu menyadari sepenuhnya tipu daya tersebut dan kerinduan yang memberikan peluang atas kaum kafir yang takut dengan revolusi Syam itu, karena sifat revolusi yang kerap kali mengangkat Ar-Rayah, panji "Laa ilaaha illallah muhammad rasulullah". Karena sebagian besar para revolusioner menginginkan pendirian Khilafah di atas reruntuhan Partai Baath kriminal.
Mereka juga membicarakan negeri al-Kinanah Mesir serta pemeritahan barunya yang telah menumpahkan darah kaum Muslim di Sinai untuk menenangkan Amerika dan Yahudi. Yang paling menonjol dari apa yang dipertanyakan adalah apakah ada perbedaan antara rezim lama dan rezim baru? Jawabannya adalah bahwa tidak ada perbedaan antara kedua sistem selain ganti orang saja, tetapi sistem yang diterapkan tidak berubah, termasuk terkait dengan Amerika yang menjalankan rencana-rencannya di sana.
Sementara itu janji-jani Mursi yang akan menggantikan penerapan hukum berdasarkan kitab Allah dan sunah Rasulullah Saw di negeri Islam, tidak berlaku di Mesir, dan juga tidak atas kepemimpinannya yang telah mengumumkan Negara Sipil Demokrasi, di mana legislasi ada pada rakyat.
Terkait dengan genosida terhadap kaum Muslim di Burma (Myanmar) juga tidak lepas menjadi perbincangan di tengah-tengah halqah-halqah Al-Aqsa. Tidak ada satu negeri Muslim pun bergerak untuk menyelamatkan kaum Muslim dan apa yang mereka dapatkan lebih banyak menjanjikan untuk mengirim makanan dan pakaian, seperti yang terjadi dalam KTT Mekkah.
Para pengemban dakwah menyerukan kepada kaum Muslim pada umumnya dan para ahlul quwwah (para pemilik kekuasaan) di semua negeri-negeri Muslim untuk membuat proyek mereka dan perjuangan mereka untuk memulai melanjutkan kehidupan Islam dengan penegakkan Daulah Khilafah Islamiyah.
Di sela-sela Halqah-halqah tersebut digelar diskusi secara individu atau jamaah antara pengemban dakwah dengan para jamaah untuk menyadarkan mereka atas proyek Khilafah masa depan yang dengan izin Allah semakin dekat saja, sebagai solusi atas berbagai persoalan yang menimpa kaum Muslim di seluruh dunia.
Selain dikibarkan bendera dan panji-panji Rasulullah di sekitar Al-Aqsa, beberapa spanduk besar juga dipasang di gerbang dan di dinding Masjid. Diantaranya sebuah spanduk dipasang di depan dinding depan Masjid Al-Aqsa bertuliskan "Umat Menginginkan Khilafah Islamiyah". Spanduk lainnya, "Wahai Kaum Muslim Revolusioner, Al-Khilafah adalah Kewajiban dari Tuhan Kalian, Pemersatu Kalian, dan Pembebas Negeri Kalian, dan Negara Sipil Adalah Proyek Musuh Anda, Mematikan Syariat Tuhan Kalian".
Sejak Jumat pertama Ramadhan, para pengemban dakwah dari Hizbut Tahrir Palestina menggencarkan halqah-halqah baik di dalam Masjid maupun di pelataran untuk menghidupkan bulan Ramadhan tersebut. Apalagi di malam sepuluh terakhir Ramadhan, termasuk malam lailatul qadar, para pengemban dakwah Hizbut Tahrir telah menghidupkan malam-malam Ramadhan di Masjid Al-Aqsa dengan perbicangan terkait persoalan umat dan solusinya, yakni Khilafah.
Dengan demikian sangat jelas, Masjid Al-Aqsa telah menjadi pusat perbincangan Khilafah yang sejak awal seruan perjuangan Khilafah bermula dari tempat yang diberkahi ini. Al-Aqsa telah memanggil kaum Muslim di seluruh penjuru dunia untuk bersegera mewujudkan Khilafah tersebut.
Semua ini hanya mengingatkan kita kepada Rasulullah Saw tercinta yang telah bersabda:
"Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang selalu menegakkan kebenaran dan mampu mengalahkan musuh-musuh mereka. Tidak memadaratkan mereka orang-orang yang menentang mereka, kecuali sekadar kesulitan hidup yang akan menimpa mereka, sampai datang kepada mereka keputusan Allah (Hari Kiamat), sementara mereka tetap dalam keadaan demikian." Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, di manakah mereka berada?" Rasulullah saw. menjawab, "Mereka berada di Baitul Maqdis (al-Quds) dan di sekitar Baitul Maqdis." (HR. Ahmad dan ath-Thabrani) [m/z/pal-tahrir/syabab/voa-khilafah.co.cc]
Voice of Al Khilafah
AKHBAR
INTERNASIONAL
Halqah-Halqah Ramadhan di Masjid Al-Aqsa: Serukan Kaum Revolusioner Dirikan Khilafah dan Jangan Jatuh Pada Perangkap Amerika dan Barat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)