Intelijen Rusia: AS Diduga Sabotase Sukhoi

Intelijen Rusia: AS Diduga Sabotase Sukhoi

Voa-Khilafah.co.cc, Intelijen Rusia dilaporkan menduga, pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak bulan ini mungkin akibat sabotase Amerika Serikat.
Koran Komsomolskaya Pravda melaporkan, beberapa pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan, saingan-saingan Rusia ingin melihat pesawat itu gagal dan teori bahwa kecelakaan itu akibat sabotase kini sedang diinvestigasi.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 adalah pesawat penumpang baru yang pertama Rusia sejak ambruknya Uni Soviet. Pesawat tersebut jatuh di lereng Gunung Salak dalam penerbangan promosi pada 9 Mei.Semua 45 penumpang dan kru tewas.(RoL/Voa-Khilafah.co.cc)
Raja Papua yang Suka Berdakwah

Raja Papua yang Suka Berdakwah

Voa-Khilafah.co.cc--Mulanya ia seorang pendeta. Bermodal ilmu yang ia timba dari pendeta Jostri Ayome selama empat tahun di Jayapura, Papua, ia mulai rajin berceramah di gereja. Ia resmi dilantik menjadi pendeta pada tahun 90-an.


Alasannya menjadi pendeta sederhana saja. Sebagai seorang kepala suku, ia merasa bertanggungjawab menyelamatkan ideologi rakyatnya. “Rakyat harus beragama dan mengenal Tuhan. Jadi, saya harus belajar agama sebagai tanggung jawab tadi,” kata Ismail Saul Yenu, sang pendeta itu.

Banyak yang heran mengapa Yenu menjadi pendeta. Sebab di Papua tak banyak kepala suku bisa merangkap menjadi pendeta.

Yenu tahu, posisinya sebagai kepala suku akan memudahkan nya mengambil hati rakyat untuk masuk Kristen. Dugaannya benar. Banyak warga Papua, baik pendatang maupun penduduk asli, termasuk lima keluarga Muslim, masuk Kristen. Kebanyakan mereka adalah transmigran yang hidup di hutan.

“Waktu itu ada yang sakit dan berhasil saya sembuhkan dengan doa. Karena itu mereka masuk Kristen,” cerita Yenu tentang keluarga Muslim ini. Namun, perjalanan hidup berkata lain. Yenu sang kepala suku mendapat hidayah dan sempat menunaikan ibadah haji. Sepulang dari haji ia disambut oleh rakyatnya dengan teriakan, ”Raja sudah datang ... raja sudah datang!” Uniknya, yang menyambut bukan hanya kaum Muslim saja, tapi banyak juga orang Kristen.

Kesempatan ini tak disia-siakan Yenu. Jika dulu ia rajin berceramah di gereja, maka sekarang ia rajin berdakwah untuk Islam. Banyak yang kepincut hatinya untuk mengucap syahadat lewat dakwah Yenu, termasuk keluarga Muslim yang dulu ia murtadkan. Semua ini ia lakukan untuk menebus tanggungjawab yang dulu salah ia terjemahkan.

Bagaimana lika-liku dakwah sang kepala suku di pulau paling timur Indonesia ini? hidayatullah, menemui pria asli Irian ini di rumahnya di Fakfak, Papua Barat.

Mengapa Anda tertarik dengan Islam?

Meski saya ini dulunya pendeta, tapi diam-diam saya suka mengamati perilaku orang Islam. Saya tertarik melihat orang Islam rajin shalat dan berdoa. Mereka shalat lima kali dalam sehari.
Ini berbeda dengan cara non-Muslim. Mereka hanya berdoa sekali sepekan, atau jika ada acara sembahyang keluarga. Ini menunjukkan kalau orang Islam itu punya Tuhan yang luar biasa. Saya lalu bertanya, mengapa mereka bisa berdoa sedang saya tidak? Dari sinilah saya mulai tertarik dengan Islam.


Apakah Anda punya pengalaman berkesan tentang Islam ketika masih beragama Nasrani?

Ya. Ketika tahun 70-an, di daerah saya ada program ABRI masuk desa yang dipimpin Jenderal M Yusuf. Semua orang berkumpul, mulai dari militer sampai sipil.


Sebagian besar tentara adalah orang Islam. Sedang orang Nasrani kebanyakan sipil. 
Ketika apel siaga, Pak Yusuf bertanya, mana orang Islam yang siap membantu rakyat? Serempak orang Islam berdiri, sedang kami orang Nasrani cuma duduk saja.
Lalu Jenderal Yusuf bertanya kepada saya tentang agama yang saya anut. Saya jawab Nasrani. Tapi beliau bilang, ”Dari pada kamu nanti hanya di luar, tak dapat jatah surga, lebih baik ikut begabung dengan mereka (orang Muslim).” Akhirnya entah mengapa saya ikut berdiri juga.


Setelah tertarik dengan Islam, siapa yang membimbing Anda memeluk agama ini?

Saya mencari kebenaran itu sendiri. Saya pernah mencarinya ke Manokwari (Papua Barat), malah diusir dan ditolak. Tapi saya tak marah. Saya kembali mencarinya ke Jakarta. Di Jakarta saya bertemu banyak rekan-rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan (M Zaaf Fadzlan Rabbani al-Garamatan, tokoh Papua yang banyak membantu kaum Muslim di daerahnya). Saya banyak dibantu oleh mereka.

Kapan Anda bersyahadat?

Tahun 2002, di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran, Jakarta. Saya dibimbing oleh seorang imam masjid di sana . Esok harinya saya langsung minta dikhitan (sunat). Padahal umur saya sudah 68 tahun. Mana ada di dunia ini orang yang sunat umur 68 tahun kecuali Ismail Yenu. Hehe he.

Bagaimana cerita Anda pergi haji?

Esok hari setelah saya dikhitan, saya telepon Dr Amin Rais (tokoh Muhammadiyah) dan minta dihajikan. Saya juga cerita keadaan masyarakat Irian. Saya katakan bahwa saya tak mampu pulang dan berdakwah di tengah masyarakat Irian jika belum naik haji. Sebab, biasanya masyarakat tak langsung percaya kalau langsung mendakwahi.
Alhasil, Amien Rais menelepon Din Syamsuddin (Ketua PP Muhammadiyah), menanyakan apakah ada "lowongan" ke Baitullah. Alhamdulillah, rupanya ada calon haji yang batal berangkat di kloter Asiyah. Kloter ibu-ibu yang berjumlah 240 calon jamaah haji. Meski terasa risih karena harus bergabung dengan ibu-ibu, akhirnya saya jadi diikutkan di kloter tersebut.

Bagaimana perasaan Anda ketika itu?

Saya merenung, mengapa baru beberapa hari menjadi muallaf langsung mendapatkan panggilan agung dari-Nya untuk naik haji? Ini karena kebesaran dan izin Allah semata.
Tiga hari berikutnya saya berangkat haji. Padahal waktu itu bekas khitan saya belum kering betul. Saya pergi ke dokter praktik dan beli kondom.
Sebelum berangkat, seluruh calon haji diperiksa. Rupanya saya ketahuan membawa kondom. Setelah ditanya, saya jawab kalau bekas khitan saya masih basah. Karena tak percaya, saya diperiksa lagi oleh dokter.

Ada kenangan menarik sewaktu naik haji?

Di Arafah, kami berdoa mulai pagi hingga siang hari. Padahal, udara dan cuaca ketika itu sangat panas. Seakan-akan tubuh ini terpanggang teriknya matahari.
Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, ada yang menyiram tubuh saya hingga basah kuyup. Pakaian saya basah semua. Saking basahnya, sampai-sampai saya berdoa sambil menghirup air.
Seketika itu juga saya jadi adem, tak merasa panas lagi. Padahal saat itu jumlah manusia berlapis-lapis. Rasanya tak mungkin kalau ada orang yang datang menyiram saya.
Sewaktu di Masjid al-Haram, ada seorang perempuan besar duduk di sebelah saya. Padahal, jamaah pria tak boleh bercampur dengan jamaah wanita. Saking besarnya, tinggi pinggul wanita itu mencapai bahu saya. Saya merasa ngeri sekali.
Usai berdoa, saya terfikir mau menegur dia. Begitu menoleh, eh, si wanita tadi sudah lenyap entah ke mana. Padahal tubuhnya besar sekali.
Di Masjid Nabawi, suasana sangat padat. Tak ada lagi ruang kosong di dalam masjid. Begitu masuk, rupanya ada tempat lowong yang kira-kira muat untuk dua orang.
Saya jadi heran mengapa tak ada yang melihat tempat tersebut. Padahal sejak tadi jamaah sudah berebutan tempat.
Sementara saya shalat, tiba-tiba ada orang datang dengan jubah yang sangat bagus. Kainnya sangat lembut. Kualitas baju saya kalah jauh dibanding dia. Padahal baju saya juga masih baru, istilahnya baru buka plastik.
Seperti kejadian pertama, begitu saya mau menegur, orang yang dimaksud sudah lenyap entah ke mana.

Apa makna dari semua kejadian tersebut buat Anda?

Keyakinan saya semakin bertambah. Allah SUbhanahu Wata’ala tak akan pernah lalai memantau segala kelakuan hamba-Nya. Keyakinan saya makin mantap jika agama Islam ini benar-benar agama Allah. Kita tak boleh main-main dengan agama ini. Rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan (M Zaaf Fadzlan Rabbani al-Garamatan, tokoh Papua yang banyak membantu kaum Muslim di daerahnya). Saya banyak dibantu oleh mereka.

Apa yang Anda lakukan setelah pulang dari Tanah Suci?

Saya tak langsung pulang ke Manokwari, tapi mampir dulu ke Kalimantan Timur selama 14 hari. Saya mengunjungi Balikpapan, Bontang, dan beberapa daerah lain bersama Ustadz Kodiran (orang Yogyakarta yang tinggal di Condet, Jakarta Timur). Kami berdakwah di tempat-tempat itu sekaligus menyaksikan kebesaran Islam.

Bagaimana tanggapan keluarga Anda sepulang dari haji?

Tiba di rumah saya langsung disambut bagai raja oleh masyarakat setempat dengan upacara adat. Saya diminta menginjak 120 buah piring yang ditaruh di jalan menuju rumah.

Apa yang Anda lakukan setelah masuk Islam?

Saya pernah mendatangi gereja saat sang pendeta khutbah. Tanpa tedeng aling-aling, sambil mengenakan gamis dan songkok haji, saya langsung meminta sang pendeta berhenti berkhutbah. Saya ajak mereka semua masuk Islam. Saya berani melakukan itu karena dulu mereka adalah jamaah saya, termasuk lima keluarga murtad yang pernah saya baptis.

Bagaimana tanggapan keluarga setelah Anda menjadi Muslim?

Saya katakan, "Maaf, saya tak seperti dulu lagi. Kalau mama masih suka pake baju singlet atau celana pendek, berarti tak boleh mendekat. Silakan pergi tukar baju dulu. Kepala juga harus ditutup pakai kerudung. Kalau tidak begitu, maaf saja."
Sebelumnya saya telah menyiapkan oleh-oleh pakaian dari Tanah Suci sebanyak 40 pasang. Masing-masing isteri saya mendapat 10 pasang (Yenu memiliki empat isteri). Saya juga minta tolong teman untuk memberi pemahaman Islam kepada para istri saya.

Setelah Anda memeluk Islam, apakah orang-orang yang pernah Anda murtadkan ikut kembali memeluk Islam?

Sebagian besar mereka masuk Islam lagi. Memang ada sebagian kecil yang tetap bertahan (dengan agamanya), namun jumlahnya tak banyak. Malah ada yang beranggapan, waktu masih pendeta saja doa saya dikabulkan oleh Tuhan, apalagi sekarang setelah masuk Islam dan pulang dari Tanah Suci.
Tapi saya katakan kepada mereka bahwa segala sesuatu itu hanya Allah yang mengatur. Manusia cuma bisa berkehendak saja.*hid/voa-khilafah.co.cc
Aneh! Tak Mampu Sewa, Gunakan Masjid untuk Perayaan Paskah

Aneh! Tak Mampu Sewa, Gunakan Masjid untuk Perayaan Paskah

Voa-Khilafah.co.cc — Ketiadaan rumah ibadah yang dialami oleh gereja The Spiritual Life Center di Sacramento, California Ameika Serikat membuat jemaat Kristen ini mendapat ide dengan meminta bantuan pengurus Masjid untuk memakai rumah ibadahnya sementara.


Ide ini dilakukan mereka lakukan karena tak dapat memperpanjang biaya sewa gedung untuk kegiatan ibadah mereka, sementara mereka harus merayakan Paskah.


Menurut Koran setempat, selama 12 tahun terakhir, anggota The Spiritual Life Center Sacramento telah disewakan pada gereja Pelopor Kristen. Tapi ketika uang sewa mereka berakhir pada tanggal 31 Maret, gereja dengan 500 anggota jemaat ini tak memiliki kesempatan menemukan tempat perayaan Kebaktian Minggu Paskah. 

Menurut pendeta Michael Moran, ia telah berusaha keras untuk menemukan ruang pertemuan sementara sebelum solusi itu datang kepadanya lewat sebuah mimpi.

"Kami putus asa mencari tempat untuk menyelenggarakan layanan Paskah. Aku dapat mimpi dan dalam mimpi itu saya melihat headline surat kabar yang berbunyi, “Paskah di Masjid," ujar Moran. "Tapi ketika saya terbangun, saya mengatakan bahwa tidak akan pernah terjadi," ujarnya dikutip Huffington Post. 

Karena itu para pemimpin gereja ini menghubungi para pemimpin Sacramento Area League of Associated Muslims (SALAM). Dan meminta izin agar dapat menggunakan masjid untuk pelaksanaan ibadah Paskah mereka.

Anehnya, permintaan itu disambut dan diterima oleh para pemimpin SALAM. Jemaat The Spiritual Life Center pun melaksanakan ibadah di masjid tersebut. 

"Saya sangat berterima kasih atas keterbukaan dan kemurahan hati mereka dan benar-benar menunjukkan semangat Islam yang damai," kata Pendeta Michael Moran dari The Spiritual Life Center.

Pernyataan itu disambut oleh Dr. Irfan Haq dari SALAM yang mengatakan bahwa kejadian ini dapat mempromosikan perdamaian dan saling pengertian antar iman diantara umat beragama.


"Kita semua anak-anak Abraham. Kita perlu membangun dunia yang lebih baik, suatu dunia yang damai, dunia kasih; serta suatu cara agar umat bisa saling menerima, saling menikmati, saling berinteraksi, dan membangun bumi lebih baik," ujarnya dikutip foxnews.

Masjid adalah tempat suci yang dihormati kaum Muslim dan dijasikan tempat mensucikan, beribadah dan mentauhidkan asma Allah Subhanahu Wata’ala. Karenanya, dalam Islam hukum penggunaan masjid sudah jelas hanya digunakan sebagai tempat beribadah, berdoa (dzikrullah), shalat dan mentauhidkan Allah saja. 

Karena itu, alasan Dr. Irfan Haq dari SALAM yang membolehkan masjid sebagai perayaan Paskah dengan alasan dapat mempromosikan perdamaian adalah alasan yang sangat keliru.*hid/voa-khilafah.co.cc
Akhirnya Lady Gaga Menolak Tampil Lebih Sopan

Akhirnya Lady Gaga Menolak Tampil Lebih Sopan

Lady Gaga dalam acara di Thailand

Voa-Khilafah.co.cc - Akhirnya Lady Gaga buka suara soal kontroversi penampilannya di Asia, termauk Indonesia. Ia mengatakan, akan memilih membatalkan konser daripada harus mematuhi peraturan sensor dan tekanan kelompok agama. 

Hal ini ditegaskan manajer Lady Gaga, Troy Carter, di tengah kontroversi konser penyanyi pop Amerika Serikat tersebut di Asia.


Carter mengatakan bila dipaksa menggelar konser secara 'lebih sopan' Lady Gaga akan membatalkan jadwal konser.

"Kami akan menggelar konser seperti rencana semula. Ini konser khusus dengan penonton yang sangat khusus pula," kata Carter dalam keterangan pers di Singapura, Kamis (24/05/2012), seperti dikutip kantor berita BBC.



Ia menegaskan kelompok-kelompok garis keras di Korea Selatan, Filipina, dan Indonesia tidak akan bisa dipuaskan dan karena itu Lady Gaga tidak akan mengubah penampilan.

Kelompok Kristen konservatif di Korea Selatan dan Filipina dan kelompok Islam di Indonesia menyebut Lady Gaga melecehkan agama dan penyanyi pemuja setan.


Tampil solo

Sementara itu, Polisi di Indonesia sejauh ini belum mengeluarkan izin konser Lady Gaga di Jakarta -yang rencananya akan diselenggarakan pada 3 Juni- setelah kelompok-kelompok militan berjanji akan membubarkan konser pelantun Poker Face ini.

Namun promotor di Jakarta mengatakan mereka masih berupaya mendapatkan izin dari polisi.

Menurut Carter, penolakan terhadap Lady Gaga bukan disebabkan oleh busana atau gaya panggungnya tetapi didorong oleh ketidaksetujuan sejumlah kalangan terhadap pandangan penyanyi yang memiliki nama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta tersebut.

"Ada kesenjangan budaya dan generasi yang besar di sini. Kemudian muncul aspek politik dan agama. Persoalan ini lebih rumit dari sekedar baju-baju yang dikenakan Lady Gaga," jelas Carter.

Pekan ini melalui akun Twitter, Lady Gaga mengatakan akan tampil solo bila diperlukan daripada memenuhi peraturan sensor atau kelompok-kelompok penolak konsernya di Jakata.*hid/voa-khilafah.co.cc
Apoy 'Wali' Ikuti Ulama Soal Lady Gaga

Apoy 'Wali' Ikuti Ulama Soal Lady Gaga

Voa-Khilafah.co.cc - Gitaris band Wali, Apoy, lebih memilih mendukung keputusan para pemimpin terkait pro dan kontra konser Lady Gaga. Menurutnya, pandangan pihak kepolisian, pemerintah maupun alim ulama terkait penampilan penyanyi kontroversial ini lebih baik diikuti.

"Saya lebih baik menurutinya, karena saya lebih takut sama Allah," ujarnya saat dihubungi Republika,Kamis (24/5).

Secara pribadi, Apoy menghimbau, jadi atau tidaknya konser penyanyi asal Amerika Serikat itu lebih baik dihitung dari mana yang lebih dominan, sisi positif ataupun negatif. Kendati begitu, Apoy tak mau menyebut secara gamblang penampilan Lady Gaga lebih banyak menimbulkan efek negatif.

"Yang jelas, membuka aurat tidak dibenarkan dalam agama Islam," jelas dia.

Apoy menyebut, jika 'kegaduhan' akan pro dan kontra tersebut terjadi dalam rencana penampilan Wali, maka mereka pasti memutuskan untuk tidak meneruskan konsernya. "Kami gak ingin bikin orang ribut. dengan penampilan kami," ujar Apoy menandaskan. (RoL/Voa-Khilafah.co.cc)
Pers dan Pers Islam (Bantahan terhadap Ade Armando)

Pers dan Pers Islam (Bantahan terhadap Ade Armando)


Voa-Khilafah.co.cc - Pers adalah bagian dari media massa. Dia berperan penting dalam menghubungkan masyarakat dalam berkomunikasi melalui media tulisan dan gambar. Medianya bisa berupa surat kabar, majalah, tabloid, situs, ataupun yang lain. (Shaffat, 2008:2)
Pada umumnya pers dipahami memiliki peran strategis dalam upaya:
  1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
  2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan.
  3. Mengembangkan perdapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar.
  4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum,
  5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.[1]
Tentu peran pers yang disebutkan diatas diambil dari nilai-nilai umum. Disepakati oleh sekelompok orang saja. Sehingga peran strategis pers tersebut hanya berlaku bagi pers yang berada dalam kalangan mainstream. Tentu ini berbeda dengan peran strategis yang dipahami dalam pers Islam, dimana setiap perannya dilandasi oleh hukum Islam yaitu Al-Quran, Hadits dan ijma.
Memang tidak semua peran strategis yang disebutkan diatas bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Namun pada kedua, disebutkan bahwa peran strategis pers adalah menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinnekaan.
Pertama, pada poin “menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi”, ini sangat bertolak belakang dengan cita-cita mendasar pers Islam yaitu menegakkan nilai-nilai Islami. Karena demokrasi bukanlah hal yang tepat untuk ditegakkan dan dibela melalui pers. Dalam prinsip-prinsip demokrasi masih memberikan peluang siapapun memiliki banyak pendukung atau jumlah suara signifikan untuk berkuasa. Tidak peduli meskipun orang atau kelompok tersebut membawa kemungkaran. Sedangkan dalam prinsip pers Islam, nilai-nilai Islam-lah yang ditegakkan. Nilai-nilai yang berasal dari Allah Swt, diturunkan melalui Al-Quran dan Hadits, yang mutlak kebenarannya, yang pemahamannya pun sudah final dan tidak akan direvisi dikemudian hari.
Kedua, pada statemen “mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinnekaan”. Statement ini bukanlah statement yang tidak wajib diikuti oleh kalangan pers Islam. Mengapa demikian? Karena dalam banyak hal, sudut pandang hukum Islam tidak dapat berjalan seiring dengan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) ketika konsep tersebut diterapkan tanpa melihat batasan. HAM adalah persoalan yang sangat luas dan beragam. Bahkan begitu luasnya cakupan HAM sering menimbulkan benturan pada implementasinya. Seorang anggota Komnas HAM sendiri, Dr. Saharuddin Daming, mengatakan bahwa pergesekan dalam mempraktekkan konsep HAM disebabkan di satu pihak muncul pandangan yang menyatakan HAM otomatis berlaku universal, sedangkan dipihak lain menyatakan bahwa HAM bersifat partikular[2].
Konsep HAM yang begitu luas serta kebebasan dalam mengimplementasikannya mengharuskan adanya batasan, misalnya dalam aspek kebebasan beragama yang diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM telah dijamin hak setiap warga negara untuk bebas memeluk agama dan beribadah menurut agama yang diyakininya.Namun untuk membatasinya, hukum juga harus mengatur bahwa dalam melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan itu juga harus mengedepankan unsur ketertiban dan kehormatan nilai-nilai kesucian ajaran agama/kepercayaan pihak lain. Jika tidak seperti itu, maka kasus Ahmadiyah yang jelas menodai ajaran Islam akan dianggap memiliki hak untuk menyebarkan keyakinannya.
Mengenai kalimat “menghormati kebhinnekaan”, seringkali dipahami secara bebas oleh pers yang cenderung berpikir liberal. Tanpa batasan dan keluar dari koridor hukum Islam. Misalnya, dalam Buletin BHINNEKA Vol.6 Mei 2010 yang khusus membahas tentang seputar gay dan lesbian, disana banyak terdapat tulisan yang mengatasnamakan Hak Asasi, dan menjunjungtinggi keberagaman (baca: bhinneka) dengan melegalkan homo dan lesbian. Sudah pasti “menghormati kebhinnekaan” yang seperti ini tidak dapat ditolerir dan diterima dalam Islam. Karena ketetapan hukum Islam tentang haramnya berhubungan sesama jenis sudah final dan selamanya tidak akan berubah.
Rasulullah Saw bersabda, Ada empat kelompok orang yang pada pagi dan petang hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya, "Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?" Beliau lalu menjawab, "Laki-laki yang menyerupai perempuan, perempuan yang menyerupai laki-laki, orang yang menyetubuhi hewan, dan orang-orang yang homoseks.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
“Allah tidak akan melihat (memperhatikan) seorang lelaki yang menyetubuhi laki-laki lain (homoseks) atau yang menyetubuhi isteri pada duburnya. (HR. Tirmidzi)
Maka, dalam menghormati kebhinnekaan, tetap harus memiliki batasan-batasan. Seorang wartawan muslim mengambil Al-Quran dan As-Sunnah sebagai landasan utama dalam membatasi pemahaman tentang “menghormati kebhinnekaan” saat membuat berita maupun tulisan. Karena sebenarnya Islam sangat menghargai kebhinnekaan warna kulit, etnis, suku dan status sosial di masyarakat. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu...” (QS. Al Hujuraat: 13)
Kode Etik Jurnalistik (Islam)
Berprofesi sebagai pers sangat membutuhkan tanggungjawab tinggi, kematangan dan kepribadian yang kuat (Arifin, 2007:44). Jika seorang wartawan menulis tanpa memiliki dasar etika penulisan jurnalistik bisa menimbulkan terjadinya permasalahan. Oleh karenanya, sebagai seorang wartawan, tanpa dipaksa oleh siapapun seharusnya mematuhi kode etiknya sendiri.
Zainal Arifin Emka, seorang mantan rektor STIKOSA Surabaya mengatakan bahwa wartawan yang tidak paham kode etiknya bisa terperosok dalam penulisan yang seenaknya, merusak reputasi orang, beritanya menyesatkan, penyulut kepanikan, menghasut tindak kekerasan, bahkan mengobarkan permusuhan (Arifin, 2007:44).
Pendapat diatas memang benar. Bahwa tidak seharusnya pers, terlebih pers Islam memberitakan hal-hal yang merusak reputasi seseorang, menyesatkan, menyulut kepanikan, menghasut kekerasan, dan mengobarkan permusuhan. Karena setiap tindakan yang berakibat seperti itu akan membawa dampak buruk bagi media itu sendiri.
Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bahwa dalam kaidah-kaidah pemberitaan pers Islam tindak kekerasan dan permusuhan bisa saja dilakukan dengan satu syarat bahwa yang sedang dihadapi adalah tindakan kemungkaran dan masuk dalam tahapan penghinaan terhadap prinsip-prinsip ajaran Islam. Sebagai contoh adalah aksi pembubaran bedah buku karangan Irshad Manji dengan sekaligus menghadirkan penulisnya. Jelas dalam karya-karya tulisan Manji terdapat banyak upaya untuk merombak ajaran Islam agar pro dengan lesbianisme. Dengan kata lain, dia mengkampanyekan bahwa Islam itu mentolerir perbuatan lesbian. Hal ini berarti Irshad Manji menghina dan merendahkan ketetapan Allah Swt dan Rasulullah Saw tentang haramnya praktek lesbian.
Jika kasusnya seperti itu, apakah mungkin pers Islam dan media-media Islam diam saja melihat fenomena itu? Salahkah jika para jurnalis muslim serentak bangkit untuk melakukan perlawanan opini menyimpang Irshad Manji di berbagai media? Tidak! Karena itu merupakan respon atas kampanye Irshad Manji yang memelencengkan makna dalil-dalil syar’i dalam Islam.

Analisis Tidak Relevan Ade Armando terhadap Situs Portal Islam
Pada bulan Oktober tahun lalu, Ade Armando mempresentasikan sebuah makalah penelitian berjudul “Islam Diancam!: Konstruksi Wacana Keberagaman melalui Media Islam Online”. Pada penelitiannya, Ade menganalisis tiga pemberitaan yang dimuat dalam salah satu situs portal Islam di Indonesia. Isu yang pertama mengenai kisruh Gereja Yasmin, yang kedua soal kerusuhan Ambon, dan yang ketiga mengenai apa yang digambarkan sebagai Kristenisasi melalui praktek penghamilan.
Dalam penelitiannya, Ade menarik banyak kesimpulan, misalnya seperti ini:
“Berbagai media yang diteliti  membangun gambaran tentang umat Kristen sebagai musuh umat Islam yang berbahaya yang akan melakukan tindakan apapun – termasuk melanggar hukum – untuk melakukan Kristenisasi.” –hal. 10
“Media membangun gambaran bahwa ancaman Kristenisasi ini bukan main-main dan dilakukan dalam proses berkelanjutan. Media menunjukkan Kristenisasi di Indonesia adalah upaya yang sudah dimulai dari jaman penjajahan Belanda. Bahkan digambarkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan mayoritas umat penduduk Islam terbesar di dunia  hendak diubah menjadi Negara Kristen terbesar kedua di dunia setelah AS.”—hal. 10
Dari hasil analisis yang sudah dibuat, Ade menuduh pemberitaan dari salah satu situs Islam tersebut sama sekali tidak memperhatikan kode etik jurnalistik. Misalnya, situs tersebut menyembunyikan fakta penting dari pihak Kristen, memberitakan sumber-sumber yang anonim, mencampurkan kata-kata sang wartawan ke dalam fakta, tidak cover both-side dan lain sebagainya. Memang tidak dipungkiri bahwa beberapa tuduhan tersebut ada benarnya. Namun, Ade (sang peneliti itu-red) terlupa satu hal bahwa secara tidak sadar dia juga terjebak pada argumentasi subyektifnya sendiri.
Dalam tulisan tersebut dia tidak mengklarifikasi pihak Kristen tentang benar atau tidaknya upaya kristenisasi, upaya memperbanyak jumlah penduduk Kristen di Indonesia, juga tentang oknum kepolisian Ambon yang terlibat langsung pembunuhan umat Islam disana. Ade menuduh satu situs Islam mencitrakan buruk umat Kristen dengan pemberitaannya, namun disaat yang sama Ade tidak melakukan klarifikasi kebenaran seluruh tuduhan-tuduhan situs tersebut. Seharusnya penyangkalan harus disertai juga dengan fakta-fakta lapangan bahwa memang hal tersebut tidak benar-benar terjadi. Mengapa klarifikasi kepada pihak Kristen begitu penting? Karena jika hal tersebut benar-benar terjadi, maka pemberitaan dalam situs tersebut tidak boleh menjadi masalah lagi.
Penulis sendiri menganggap penelitian tersebut tidak ilmiahnya dan tidak ‘faktual’. Setiap tuduhan juga tidak disertai fakta-fakta yang menjadi alasan kuat kenapa media-media Islam begitu keras melawan Kristenisasi. Seharusnya bukan tuduhan singkat tentang eksklusivitas Islam yang dimunculkan disana. Mana fakta-fakta yang berlimpah tentang kenyataan bahwa Kristen melakukan upaya kristenisasi di berbagai daerah di Indonesia?? Kenapa tidak dicari? Kenapa fakta itu tidak ditanyakan/klarifikasi kepada pihak Kristen?
Ade juga buta dengan kasus-kasus yang lebih berat yang terus dilakukan oleh media-media massa mainstream dalam mencitrakan buruk Islam dan mendiskreditkan umat Islam di Indonesia. Dia mungkin amnesia dengan betapa banyaknya penangkapan-penangkapan tak bersalah yang dilakukan oleh Polri dengan tuduhan teroris dan diliput di media seolah Islam dengan stereotip fisik tertentu pasti dicurigai sebagai teroris. Dia juga lupa betapa sadisnya media massa mendemonologi Ust Abu Bakar Baasyir, Syekh Puji, Munarman, Habib Rizieq, Aa’ Gym dan banyak lagi lainnya. Jika mau adil dihitung, maka Islam lebih banyak dan lebih lama menjadi korban ketidakadilan pemberitaan pers di media massa. Jadi, kalau ingin objektif, kenapa tidak membela Islam saja?
Singkatnya, di dalam makalah yang ditulis dan dipresentasikan oleh Ade Armando merupakan argumentasi yang sepihak. Tidak berbeda dengan tuduhan yang dia lemparkan kepada salah satu situs portal berita Islam yang diangkat. Fakta-fakta dari pihak Kristen sangat sedikit diklarifikasikan kebenarannya. Tuntutan obyektifitas kepada media muslim membuat dirinya sendiri tidak obyektif, emosional, dan melupakan klarifikasi data. Maka saya menyimpulkan bahwa penelitian itu dhaif. Titik.


[1] Shaffat, Idri. Kebebasan, Tanggungjawab, dan Penyimpangan Pers. 2008. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hal. 139

Oleh : Aditya ( Pimpinan Redaksi UndergroundTauhid.com / Dosen di beberapa Universitas di Surabaya)


(arrahmah/voa-khilafah.co.cc)
Kapolda Metro Jaya: Saya Tegas Menolak Konser Lady Gaga

Kapolda Metro Jaya: Saya Tegas Menolak Konser Lady Gaga


Voa-Khilafah.co.cc, Jakarta- “Saya menolak tanpa ada tekanan dari siapa pun,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dr. Drs. H. Untung Suharsono Radjab, S.H., M.Si, saat menemui delegasi Hizbut Tahrir Indonesia dan Ormas Islam, Rabu (23/5) di Kantornya jalan Jendral Sudirman Jakarta.
Sikap Kapolda ini sudah di jelaskannya pula pada Kapolri, Kementrian hingga Pimpinan DPR. “Saya katakan pada beberapa pihak, kalau Lady Gaga datang apa untung kita. Kalau tidak datang pun apa rugi kita,” imbuhnya.
“Secara administratif, MUI, Departemen Agama dan Kementrian Dalam Negeri pun tidak memberikan rekomendasi untuk konser Lady Gaga,” tandasnya.
Hadir saat pertemuan dengan Kapolda Metro Jaya diantaranya Ketua DPP HTI Ustadz Rockmat S Labib dan Muhammad Rahmat Kurnia, Ahmad Michdan (TPM), Mahmud Yunus (PITI), Djauhari (Sarekat Islam), Ibrahim Tamin Bonjol (Tarbiyah), Amin Jamaluddin (LPPI), dan Ahmad Damanik (Hidayatullah).[htipress/voa-khilafah.co.cc] fatih mujahid
HTI Tolak Kehadiran Lady Gaga

HTI Tolak Kehadiran Lady Gaga


Voa-Khilafah.co.cc, Jakarta- Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Ormas Islam menyambangi Polda Metro Jaya, Rabu (23/5) di Jalan Jendral Sudirman Jakarta. Delegasi diterima langsung oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dr. Drs. H. Untung Suharsono Radjab.
Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI mengatakan bahwa HTI menolak penyelenggaraan konser Lady Gaga, karena hal itu merupakan sebuah kemungkaran yang pasti akan menimbulkan kemudharatan atau kerusakan. “Oleh karena itu, rencana konser itu harus dihentikan, bukan dibiarkan apalagi didukung,” jelasnya dihadapan Kapolda.
HTI pun Mendukung keputusan Polda Jaya untuk tidak  memberikan rekomendasi penyelenggaraan konser Lady Gaga. “Mestinya bukan hanya Kapolda Jaya, tapi juga Mabes Polri tidak memberikan rekomendasi atas konser itu. Dan selanjutnya pemerintah melarang sama sekali konser-konser semacam itu dari manapun asal artisnya,” tuturnya
Pertentangan antara pihak yang menentang konser Lady Gaga dan yang mendukungnya tidak lain dipicu oleh berkembangnya nilai-nilai materialisme di tengah-tengah masyarakat yang bersumber ideologi kapitalisme dimana segala sesuatu diukur dari sudut kepentingan ekonomi (bisnis) sedemikian rupa sehingga nilai-nilai agama (Islam) diabaikan.
Ia menambahkan, dengan syariah, masyarakat dan pemerintah akan memiliki tolok ukur yang sama sehingga setiap bentuk kemungkaran, seperti konser Lady Gaga, akan dengan mudah disikapi.
“Di bawah naungan khilafah, syariah akan diterapkan secara kaffah termasuk di bidang seni dan budaya sehingga akan terbentuk sebuah seni dan budaya yang dipenuhi oleh nilai-nilai tauhid, yang menyebarkan kebaikan, ketaatan dan keagungan; bukan sebaliknya seperti yang saat ini berkembang, yakni budaya hedonisme yang menyebarkan pornografi, pornoaksi, seks bebas dan pengabaikan terhadap nilai-nilai agama seperti yang selalu ditunjukkan oleh Lady Gaga dalam tiap lagu dan konser-konsernya di berbagai tempat,” jelasnya.
Rockmat berharap agar sikap Kapolda bisa tegas untuk melarang dan tidak memberikan ijin.“Kapolda menolak harus titik bukan koma lagi,” imbuhnya.
Hadir juga saat pertemuan dengan Kapolda Metro Jaya diantaranya Ketua DPP HTI Ustadz Rockmat S Labib dan Muhammad Rahmat Kurnia, Ahmad Michdan (TPM), Mahmud Yunus (PITI), Djauhari (Sarekat Islam), Ibrahim Tamin Bonjol (Tarbiyah), Amin Jamaluddin (LPPI), dan Ahmad Damanik (Hidayatullah).[htipress/voa-khilafah.co.cc] fatih mujahid
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dr. Drs. H. Untung Suharsono Radjab.
Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI
Setelah kunjungan, Ketua DPP HTI Muhammad Rahmat Kurnia di wawancarai oleh berbagai media
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers

SEPUTAR RAMADHAN

TSAQOFAH ISLAM

FIKIH

HADITS

TAFSIR AL QUR'AN

NAFSIYAH

HIKMAH

NASYID

HIZBUT TAHRIR INDONESIA

AL-ISLAM

DAKWAH

ULAMA

SEJARAH

DOWNLOAD

ARTIKEL