Voa-Khilafah.co.cc – Mantan Rocker yang kini menjadi pendakwah Ustadz Harry Moekti mengakui, dulu di era 90-an ketika masih manggung dan ngerock di Ancol, ia merasakan kegelisan yang amat sangat, sampai membuatnya stress.
“Gimana nggak stress, shalat dilakukan maksiat jalan terus. Namanya rocker, kalau sudah di atas panggung seperti kesetanan,” kata Harry Moekti saat menjadi pembicara dalam Halaqah Islam dan Peradaban bertajuk “Liberalisasi Agama & Budaya: Strategi Penjajah Hancurkan Islam” di Wisma Antara, Rabu (16/5) siang.
Benarkah budaya akan selalu berbenturan dengan Islam? Menurut Harry Moekti, budaya bisa berbenturan dengan Islam, manakala institusi atau aturan negaranya tidak Islami dan tidak menjalankan syariat. Akibatnya, malah budaya itu yang menjadi aturan. Justru Islam itu diturunkan untuk meluruskan budaya. Adapun budaya seperti silaturahim, gotong royong, adalah budaya yang baik, dan tidak bertentangan dengan Islam.
“Harus diakui, manusia itu butuh hiburan. Namun, hiburan atau pertunjukan yang menghantarkan keharaman, maka hiburan itu menjadi mudharat, apalagi hiburan yang liriknya penuh maksiat, seperti lagu saya dulu. Apalagi lirik lagunya Lady Gaga,” ujarnya.
Dalam pandangan Harry, musik itu tidak haram, tapi kalau sudah menjadi wasilah keharaman, musik itu menjadi haram. Seharusnya musik menghatarkan seseorang pada keimanan kepada Allah, menciptakan kelembutan. Musik seperti ini sifatnya mubah. Tapi tetap saja, jangan dicamburbaurkan antara dakwah dan musik.
“Dakwah itu wajib, sedangkan musik itu mubah. Jangan dicampur aduk. Sangat disesalkan, kebanyakan saat latihan musik, marawis misalnya, eeh malah tidak ngaji. Jadi keliru, melakukan yang mubah, tapi meningggalkan kewajiban. Musik jika untuk menggembirakan keluarga boleh saja, tapi jika menjadi industri itu menjadi mudharat.
Kritik Ahmad Dani
Harry yang punya nama asli Hariyadi Wibowo mengakui, seorang artis jika ingin namanya melambung, kadang harus membuat sensasi dan kegilaan tertentu, bahkan sampai pada tahap melanggar aturan Allah. Ia memberi contoh, Ahmad Dhani kerap menggunakan simbol-simbol zionis Yahudi, seperti bintang David, simbol mata satu (Illuminati), dan simbol-simbol lain gerakan Freemasonry. Lebih dari itu, Ahmad Dani pernah menjadikan alas panggungnya dengan lafadz Allah. Bila melihat video clipnya, akan terlihat simbol mata satu. Bukan hanya itu, Dani terang-terangan mendukung Lady Gaga, sang pemuja setan. Dia pengagum Gus Dur yang liberal. Dia juga bangga dengan garis keturunan dari ibunya yang berdarah Yahudi (Kohler).
“Ahmad Dani itu memang setan. Orang fasik ini jangan dibirakan. Orang seperti Dani, gak pantas bicara soal agama, karena ia masih suka ikhtilat (bercampur dengan wanita-wanita cantik), kaburo maktan,” kata Harry Moekti berang. Suatu ketika Harry pernah diajak ngerock dalam satu panggung dengan Ahmad Dani di Kalimantan (Beurau). “Saat itu karpet panggung menggunakan lambang Allah. Tawaran itu saya tolak mentah-mentah. Sebetulnya di belakang itu, ada peran produser yang mensettingnya, mengingat musik dengan sensasinya sudah menjadi industri,” tandas Ustadz yang kini menjadi aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Bukan hanya Ahmad Dani yang melakukan sensasi untuk melambungkan namanya, seorang Julia Peres alias Jupe dan Dewi Persik (Depe) pun menciptakan sensasi yang tak kalah gilanya. Perseteruan antara Jupe dan Depe, kata Harry, sengaja disetting untuk mengangkat kembali namanya yang hampir tenggelam di dunia hiburan.
“Dulu, Rhoma Irama dan Elvie Sukaesih juga sempat dibuat konflik yang direkayasa. Kemudian produser membuat event besar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang menyatukan Rhoma dan Elvie. Yang jelas ini adalah pasar. Dan benar saja, ketika itu penonton membludak di TMII untuk menyaksikan moment yang ditunggu-tunggu,” kata Harry.
Contoh lain, lanjut Harry, adalah membenturkan Inul Daratista dengan umat Islam, termasuk dengan H. Rhoma Irama, yang memprotes goyang ngebornya. Ingat! Dibalik konflik itu ada pemodal. Nama Inul sejak itu menanjak, karena menjadi trend topic di masyarakat.
Di luar negeri pun diciptakan konflik antara grup band The Beatles dengan The Rolling Stones. Soal sensasi, Rolling Stone lebih unggul dari The Beatles. “Ketika anggota band Rolling Stone ngeganja, lebih jorok, ternyata itu membuatnya lebih ngetop.
Yang pasti, gaya hidup liberalisme membuat generasi muda muslim menjadi jauh dari syariat. “Kalaupun ada artis yang masih shalat atau umrah, tapi tetap pacaran. Cape deh..!”
Jika Lady Gaga diprotes karena alasan mempertontonkan pornografi pada setiap penampilannya, maka pedangdut Trio Macan pun tak kalah ekstrimnya dengan Gaga yang juga mempertontonkan goyang erotisnya dan berpakaian seronok.
Bagi Harry, orang seperti Lady Gaga tak perlu diekspos, cukup dilarang saja. Karena bila diekspos, akan membuat namanya semakin melambung. Semakin controversial membuat artis itu semakin tinggi nilai jualnya. “Pemberitaan media juga yang membesarkan nama Lady Gaga. Apalagi jika media itu segologan dengannya,” kata Harry tersenyum.Desastian (Voa-Islam/Voa-Khilafah.co.cc)