Voa-Khilafah.co.cc –
Hingar bingar kehadiran Lady Gaga terus mendapat sorotan terutama dari
kalangan seniman di Indonesia. Muhammad Hariadi Nasution SH, atau lebih
dikenal dengan panggilan Ombat mengatakan bahwa generasi Indonesia
dijajah oleh yahudi lewat musik.
“Awas, Yahudi menjajah lewat musik. Saya tersadar bahwa telah ikut
berdosa menyebarkan teknik penjajahan Yahudi kepada bangsa Indonesia
lewat musik. Saya menyebar salam setan metal, tanduk setan.” Jelas
lelaki yang merupakan vokalis band metal Tengkorak dan juga direktur
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muslim Indonesia ini kepada Ketua Umum DPP
FPI Habib Rizieq Shihab di Markas FPI, Jalan Petamburan III, Jakarta
Pusat, Rabu Malam (2/5/2012).
Ombat, yang dalam empat tahun terakhir ini mengembangkan sebuah
komunitas yang jaringannya telah menyebar ke hampir seluruh propinsi di
Indonesia bahkan menembus Malaysia yaitu Salam Satu Jari (One Finger
Underground Movement) bercita – cita mensosialisasikan agar anak muda
secara khusus di kalangan underground tidak lagi dibodohi dengan symbol –
symbol dan pemahaman yang sesat melalui music yang ada di komunitas
Underground.
Salah satu hal yang sudah memasyarakat adalah pengunaan symbol pagan
melalui jari yang dikepalkan sambil tetap membiarkan jari telunjuk dan
kelingking menanduk, menjadi simbol dari ikon satanic Baphomet, dan
sering digunakan di acara musik – music keras di kalangan Underground.
“Ternyata salam buatan Yahudi itu dipakai oleh George Bush. Lady Gaga
itu pemuja Setan, dia juga pakai salam setan”. Tambah Ombat
menjelaskan bagaimana symbol setan tersebut ternyata juga sering
digunakan oleh para penyanyi pop bahkan sampai ke tataran politikus
Amerika Serikat.
Jejak Qabbalah Di Komunitas Underground
Ombat
juga menceritakan bahwa dirinya pernah diajak seorang wartawan AS
bernama Jeremiah Walah ke Sinagog di Surabaya. Wartawan AS itu
mengatakan padanya bahwaa untuk menjajah Indonesia tidak perlu
mengerahkan pasukan tempur dan peralatan militer seperti ke Palestina,
Irak, atau Afghanistan. Cukup dijajah dengan musik saja. Oleh karena
itu, wartawan AS itu mendorong Ombat untuk mengembangkan musik heavy
metal sebagai sarana dan teknik penjajahan di Indonesia.
Sadar akan sikap wartawan AS yang Yahudi itu merendahkan bangsa
Indonesia yang muslim, Ombat bercita-cita untuk mengubah musik dari alat
penjajahan menjadi alat untuk melawan penjajahan. Ombat lalu mengubah
salam yang menjadi lambang tanduk setan menjadi salam satu jari yang
merupakan filosofi untuk mengingatkan komunitas dan penggemarnya pada
esensi kata Ahad (Satu) yaitu Tauhid.
Sebagai mantan penyebar musik setan, Ombat memberikan peringatan
kepada umat Islam agar hati-hati dengan music yang dijadikan Yahudi
sebagai saran dan teknik menjajah Indonesia.
“Kedatangan Lady Gaga ke Indonesia yang akan manggung 3 Juni nanti
juga harus dipersepsi bahwa dia adalah salah satu duta setan Yahudi
untuk menjajah Indonesia.” Jelasnya tegas seakan mengultimatum sebuah
tanda perang pemikiran yang takkan usai dari komunitas Salam Satu Jari
(One Finger Underground Movement)
Aspirasi Para Orang Tua
Di lain kesempatan, Adnin Armas, MA, Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS)
mengajak masyarakat menekan pemerintah untuk bersikap tegas terhadap
promotor-promotor yang sering menghadirkan konser-konser tidak jelas
manfaatnya.
“Atas
dasar apa perizinan konser-konser seperti ini bisa dikeluarkan
pemerintah di Indonesia. Padahal konser music seperti ini jelas merusak
dan merugikan umat Islam” jelasnya pada kajian “Islam Versus Aliran
Sesat” yang dimotori olehYouth Islamic Study Club (YISC)
Al Azhar belum lama ini. Pernyataan penulis buku “Metodologi Bibel
dalam Studi Al-Quran” ini dikemukakan menyangkut rencana konser artis
asal Amerika Serikat (AS) Lady Gaga di Jakarta dalam rangka tur bertajuk
“The Born This Way Ball Tour” 3 Juni 2012 mendatang.
Adnin juga sendiri mengkritik sikap lemah pemerintah Indonesia untuk
mengawal jati diri bangsa. Adnin berharap perlu ada desakan dari umat
agar mempertanyakan pihak sponsor yang mengundang, dan semua perizinan
perlu ditinjau kembali.
Lebih jauh, ia mengatakan agar pemerintah perlu membuat peraturan
khusus yang mengatur secara ketat dan selektif mengenai konser-konser
atau masuknya artis asing ke Indonesia.
“Sangat perlu peraturan yang mengatur hal – hal seperti ini, karena
ini menyangkut agenda melemahkan umat. Dalam sebuah perang, sebelum
militer dikalahkan yang dilemahkan adalah ideologinya dulu. Jadi
kehadiran hal – hal seperti Lady Gaga ini justru akan melemahkan moral
dan akhlak generasi kita,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda
Indonesia (MIUMI), Fahmi Salim, MA mengatakan, Indonesia seharusnya malu
dengan Korea, Jepang dan negara seperti China yang dinilai lebih tegas
dan selektif terhadap kasus-kaksus seperti ini. Menurut Salim, mereka
yang bukan negara Islam saja tapi punya sikap yang tegas.
“Korea dan Jepang saja bisa tegas, kita yang mayoritas Islam justru membiarkan konser Lady Gaga ada di Indonesia,” jelasnya.
Kegalauan Para Ibu
Usai
acara, Adnin Armas sempat didatangi seorang ibu rumah tangga bernama
Hasmi. Wanita yang berdomisili di Cilandak Jakarta Selatan ini
menemuinya dengan berkaca – kaca dengan raut wajah agak sedih.
“Saya khawatir sekali dengan masa depan cucu – cucu saya. Saya harap
pemerintah bisa selektif dengan ideologi – ideologi yang masuk ke
Indonesia. Dan bersikap tegas dengan budaya yang bertentangan dengan
ketimuran kita,” ujarnya.
Lebih jauh, ia mendukung usulan Adnin agar pemerintah bisa memiliki
peraturan tegas dan selektif terhadap setiap tamu atau artis yang datang
ke Indonesia yang dampaknya hanya akan mempengaruhi sikap, perilaku dan
pemikiran merusak.
Sebelum kehadiran Lady Gaga, beberapa promotor Indonesia juga pernah megadakan konser-konser music seperti; Metallica, Sepultura (tahun 1994), dan terakhir kehadiran band Iron Maiden. Bulan April lalu konser musik metal dengan menghadirkan band Suffocatioan, DRI dan NILE yang dalam lagunya banyak mengadung pesan satanisme dan penghujatan terhadap Islam.
Meski demikian, rakyat Indonesia pernah merasakan ketegasan seorang Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Ad-Interim, Dr Mohammad Nuh, yang membatalkan kehadiran bintang film porno asal Jepang Maria Ozawa atau dikenal dengan Miyabi ke Indonesia.*voa-khilafah/underground-tauhid