Cowok Maho! Jijaynya Kaum Gay

Voa-Khilafah.com - Semakin hari kaum gay makin nggak malu-malu lagi nunjukin eksistensinya. Mereka semakin menuntut masyarakat untuk mengakui keberadaan mereka. Mereka juga menuntut masyarakat agar nggak memandang mereka sebelah mata. Apalagi pake mata kaki. Karena menurut mereka, menjadi gay itu bukan mau mereka, udah ketentuan dari ‘sononya’ mereka itu harus menjadi gay (ada-ada aja). Ada juga yang bilang bahwa jadi gay itu adalah salah satu pilihan yang merupakan hak asasi. “Terserah gue dong, mau jadi gay kek, mau nggak kek.” Dan katanya, semua orang harus menghormati keputusan seseorang tentang orientasi seksualnya dengan menjadi gay. Waduh, makin kacau aja nih!!!
Kalo kita telusuri gimana aktivitas dan gerak mereka untuk mendapatkan pengakuan, kita bakal tahu bahwa ada kekuatan-kekuatan global yang mendukung mereka. Yuk disimak!
Tahun 1920-an, komunitas homoseks mulai bermunculan di kota-kota besar di Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya sekitar tahun 1968, istilah wadam dimunculkan buat menggantikan istilah bencong atau banci yang kesannya lebih merendahkan. Setahun berikutnya, didirikan organisasi wadam pertama, Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD), yang difasilitasi oleh Gubernur DKI Djakarta Raya, Ali Sadikin. Di masa rezim Soeharto, istilah wadam diganti lagi menjadi waria, sebab para ulama nggak suka dengan istilah wadam. Seolah-olah istilah wadam ini memplesetkan nama Nabi Adam as. (bener juga ya).
Organisasi gay pertama, Lambda Indonesia, didirikan tahun 1982. Berdirinya organisasi ini memicu didirikannya organisasi serupa pada tahun 80-an dan 90-an. Lambda Indonesia ini termasuk organisasi homo tertua dan terbesar di Asia Tenggara lho. Ngeri banget kan!! Organisasi ini melakukan banyak aktifitas, di antaranya mengadakan berbagai pertemuan kaum homo, mengkampanyekan kesadaran dan kebanggaan akan status mereka sebagai homo, dan menyebarkan buletin Gaya Hidup Ceria. Lambda Indonesia kemudian dibubarkan pada tahun 1990-an.
Bulan Agustus 1987, Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara yang kemudian dipendekkan menjadiGaya Nusantara, didirikan di Pasuruan dan Surabaya sebagai penerus Lambda Indonsia. Mereka menerbitkan buku seri Gaya Nusantara.
Kongres Lesbian dan Gay Indonesia (KLGI) pertama diselenggarakan pada bulan Desember 1993 di Kaliurang, Yogyakarta. Kongres ini diikuti oleh 40 peserta dari Jakarta sampai Ujungpandang. Dihasilkanlah 6 butir ideologi pergerakan gay dan lesbian Indonesia. Bulan Desember 1995, diadakan lagi KLGI di Lembang dengan jumlah peserta yang lebih banyak dari sebelumnya (perekrutan mereka berhasil). Diputuskanlah Gaya Nusantara sebagai koordinator jaringan gay dan lesbian di Indonesia. KLGI III diadakan di Denpasar Bali dan baru pada kongres ketiga inilah wartawan dari luar diizinkan meliput jalannya sidang kaum homo itu.
Kontes waria dalam ajang Pemilihan Miss Waria Indonesia digelar di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat. Gubernur Sutiyoso menyumbang uang Rp. 100 juta (stres banget!). Sebanyak 30 waria bergabung dalam ajang ini, dan Olivia Lauren, waria asal Jakarta, terpilih sebagai Miss Waria Indonesia 2005. Penyematan tiara dilakukan langsung oleh Miss Waria 2004 Megi Megawati (itu nama kalau malam, kalau siang namanya Totok Sugiarto). Pemenang ajang ini katanya akan dikirim untuk ikut ajang internasional. Emang udah pada setres semua.
Kalau kita buka situs gayanusantara.or.id, di situ akan kita temukan bahwa gerakan kaum homo ini murni berdasarkan pada ide kebebasan berekspresi yang berasal dari ideologi kapitalisme-sekular. Kondisi sosial yang liberal (bebas) inilah yang dipuja-puja oleh mereka. Sistem yang menjijikan ini telah menjerumuskan masyrakat pada jurang kenistaan. Kambing aja nggak ada yang homo, lha ini orang?!
Driser, berkembangnya kehidupan homoseks hanya terjadi di negeri-negeri yang aturan hidupnya steril dari syariat Islam. Ini disebabkan mereka menjadikan kebebasan individu di bawah lindungan demokrasi sebagai panglima tertinggi yang wajib dihormati. Catet tuh!
Hawa kebebasan individu yang ditawarkan demokrasi mengizinkan mereka mengibarkan bendera Pelangi sebagai simbol komunitas kaum homoseks. Ibarat oase di tengah panasnya padang pasir, kebebasan itu juga memancarkan sebuah asa bagi mereka untuk membuka diri tanpa takut mengalami diskriminasi. Sehingga perkawinan sejenis (gay) yang mulai banyak disyahkan di beberapa negara Eropa, kudu diterima sebagai sebuah konsekwensi dari kebebasan individu.
Dan jika paham permisif ini dibiarkan, boleh jadi kita akan memanen kebejatan moral masyarakat di masa yang akan datang. Penularan HIV/AIDS atau mewabahnya Penyakit Menular Seksual semakin meningkat. Haruskah azab yang Allah timpakan pada kaum Nabi Luth terulang di negeri kita? Naudzubillahi min dzalik
Kalo negeri kita tercinta bebas dari perilaku jahiliyah macam kaum gay yang bikin jijay, nggak ada pilihan kecuali Negara mau pake Syariah Islam buat ngatur rakyatnya. Titik![Isa]


di muat di Majalah Remaja islam Drise Edisi #38
http://drise-online.com/cowok-maho-jijaynya-kaum-gay/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers