Voa-Khilafah.com - Telah ramai diberitakan di berbagai media, bahwa pada hari Jumat pagi 17 Juli 2015, sekitar pukul 07.00 WIT telah terjadi penyerangan terhadap umat Islam di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, yang tengah melaksanakan shalat Idul Fitri 1436H oleh sekelompok massa. Penyerangan ini diawali dengan pelemparan batu ke arah jamaah yang tengah mengumandangkan takbir ke tujuh. Massa terus merangsek hendak membubarkan shalat Ied. Meski sudah dihalau oleh aparat keamanan, massa tetap saja menyerang bahkan kemudian mereka membakar masjid, rumah dan kios milik warga muslim. Akibatnya, masjid dan puluhan rumah serta kios ludes terbakar.
Merespon penyerangan terhadap umat Islam di Tolikara, pada Senin (20/7) kurang lebih 65 ulama, kyai dan asatidz berkumpul di kediaman KRH Ali Badri Zaini , Jalan Gadung 37 Bendulmerisi Surabaya . Sikap ini sebagai bentuk tanggungjawab para ulama terhadap nasib umat Islam yang didzalimi di wilayah Papua.
Dalam acara ini Tokoh Madura KRH Ali Badri Zaini menyampaikan pernyataan tegas agar Umat islam jangan terpancing dan minta aparat menangkap aktor dibalik penyerangan terhadap umat Islam di Tolikara Papua.
“ Namun para ulama harus tetap bersikap tegas agar tidak meremehkan kekuatan umat Islam”, tegasnya.
Sedangkan Harun Musa, Ketua HTI DPD Jawa Timur sebagai fasilitator acara Mudzakaroh Ulama menegaskan terjadinya penyerangan terhadap umat Islam di sebuah wilayah, sama dengan menyerang seluruh umat Islam.
“Umat Islam seperti satu tubuh, oleh karna itu umat Islam tidak boleh tinggal diam, lebih-lebih ulamanya,” ujarnya.
Sedangkan Kyai Misbah perwakilan Ulama Jombang membacakan Pernyataan sikap Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah Jawa Timur terhadap tragedi penyerangan terhadap umat islam di kabupaten Tolikara Papua.
Dalam pernyataan sikapnya para ulama peserta Mudzakarah ulama ahlus sunnah wal jama’ah Jawa Timur bersama HTI DPD Jatim mengutuk tindakan brutal dan keji tersebut ini, apalagi dilakukan saat umat Islam melakukan ibadah sholat Idul Fitri.
Lebih lanjut disebutkan, aksi brutal dan keji ini merupakan bukti “sikap abai”, serta kurang seriusnya pemerintah negeri kita, negeri mayoritas muslim ini, untuk melindungi kepentingan umat Islam, dan seharusnya tragedi memilukan ini bisa dihindari. Karena, jauh sebelum tragedi tersebut terjadi telah beredar surat terbuka dari Badan Pekerja Wilayah Toli (BPWT) Gereja Injil Di Indonesia (GIDI) tertanggal 11 Juli 2015 yang ditujukan kepada Umat Islam se-Kabupaten Tolikara, ditandatangani oleh Pdt. Nayus Wenda sebagai Ketua dan Pdt. Marhen Jingga sebagai Sekretaris, dan ditembuskan kepada Bupati, Ketua DPRD, Kapolres dan Dandim Kabupaten Tolikara, yang berisi larangan umat Islam di sana merayakan lebaran. Bahkan dalam surat itu juga tertulis larangan bagi muslimah memakai jilbab.
Ulama juga mengkritik pernyataan Wapres Wapres yang menyebut penyerangan itu dipicu oleh masalah speaker. Menurut para ulama pernyataan ini tidak berdasar, bahkan semakin menegaskan “sikap abai” serta kurang seriusnya pemerintah dalam melindungi kepentingan umat Islam terutama di daerah minoritas. Pernyataan tersebut juga semakin menyakitkan korban yang sudah sakit karena diperlakukan secara dzalim.
Taushiyyah (rekomendasi) Mudzakaroh Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah Jawa timur
Dalam mudzakaroh ini, para ulama memberikan beberapa taushiyah (rekomendasi). Pertama, meminta kepada pemerintah untuk menangani urusan umat dengan serius , amanah dan hendaknya dilakukan dengan sunguh-sungguh. Rasulullah SAW berdoa: “ Ya Allah.. barangsiapa yang mengurus sesuatu yang merupakan bagian dari urusan-urusan umatku lalu dia menyulitkannya maka sulitkanlah, dan barangsiapa yang mengurus sesuatu yang merupakan bagian dari urusan-urusan umatku lalu dia memudahkannya maka mudahkanlah…”
Kedua, peristiwa yang memilukan ini semakin menegaskan, hanya di dalam sistem Islam saja, Khilafah Islam, umat Islam terjaga agama, kehormatan, harta serta jiwanya. Bukan hanya umat Islam, kaum non Muslim pun sebagai warga negara diperlakukan sama sebagaimana umat Islam.
Ketiga, mengajak seluruh komponen umat khususnya Ulama, untuk berada di garda terdepan dalam perjuangan menegakkan syariah dan khilafah serta memberikan ta’yid (dukungan) nyata pada para pengemban dakwah yang berjuang untuk menegakkan syariah dan khilafah; dan mencampakkan Sekularisme-Kapitalisme. Sungguh hanya di bawah naungan khilafah, negeri ini dapat hidup aman dan sejahtera.
Acara diakhiri menjelang adzan Dzuhur dan ditutup dengan doa yang dibacakan oleh Kyai Bahron Kamal perwakilan ulama dari Malang. [hti/voa-khilafah.com]