Oleh : Adi Victoria
Dalam sejarah perjalanan dakwahnya, gerakan Ikhwanul Muslimin berdiri lebih awal daripada Hizbut Tahrir. Ikhwanul Muslimin didirikan oleh seorang mujtahid dan mujahid yakni al Imam asy syahid Hasan al Bana.
Tentang Hasan Al Bana menarik apa yang
pernah disampaikan oleh al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani, yang juga merupakan seorang mujadid abad ini. Beliau berkata “Syekh Al Banna merupakan orang yang alim, cerdas, sungguh-sungguh dan seorang mujtahid” Buku Hizbut Tahrir Al Islamy (1992) halaman 83).
Syaikh taqiyuddin juga mengomentari
gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al Bana, masih di
judul buku dan halaman yang sama beliau berkata “Ikhwanul Muslimin merupakan jamaah Islam yang teguh dan tidak ada yang kurang padanya kecuali kajian tentang politik Islam”
Ittishal (Kontak)
Ittishal (Kontak)
Salah satu aktvitas yang selalu dilakukan oleh syabab Hizbut Tahrir adalah ittishal atau kontak. Ini sebagaimana merujuk kepada aktivitas dakwah rasulullah saw sejak dari Makkah hingga Madinah.
Sejak Allah SWT menurunkan surah al mudatsir. Nabi semakin memperluas zona dan obyek dakwahnya. Setelah
sebelumnya beliau sukses mengajak orang dekat yang berda di ring satu
seperti istri, maula beliau, sepupu beliau yakni ‘Ali bin Abi Thalib. Beliau memasuki ring kedua yakni sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakar.
Melalui jaringan Abu Bakar inilah ring dua dapat dilalui dengan sukses. Islam
diterima oleh Ustman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, ‘Abdurrahman bin
‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, dll. Hingga akhirnya Islam diterima oleh banyak kalangan dari beragam latar belakang. Inilah titik awal dakwah nabi. Titik awal yang dimulai dari kontak (ittishal) yang beliau lakukan.Kontak ini pula yang dilakukan oleh Abu Bakar as Siddiq hingga kemudian banyak orang menerima Islam. Dari kontak inilah terbentuk generasi awal (as sabiqul awwalun). Dari generasi awal inilah terbentuk kutlah Rasul dan selanjutnya bermetamorfosis menjadi hizb Rasul. Rasul
saw adalah pimpinan hizb ini. Beliau mendidik anggotanya dan
mengorgnisir aktivitas-aktivitas dakwah yang terarah dengan target yang
jelas.
Hal ini juga yang kemudian dilakukan oleh al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, menuturkan sejarah awal terbentuknya Hizbut Tahrir:
“Saya ingat, bahwa pertama kali beliau menjelaskan masalah Khilafah, ketika berada di Masjid al-Aqsa yang penuh berkah, di salah satu sudut sebelah barat daya. Di sana terdapat ruangan yang memanjang. Beliau berbicara kepada banyak orang setelah shalat Jum’at, suatu pembicaan yang sangat menyentuh dan jelas. Di sekeliling beliau ketika itu berkumpul ratusan orang. Beliau menceritakan kepada mereka Sirah Nabawiyyah. Sesekali beliau menceritakan wafatnya Rasulullah saw, dan bagaimana kaum Muslim setelah beliau wafat, mereka menyibukkan diri di Saqifah Bani Sa’adah untuk mengangkat seorang khalifah bagi mereka, sementara mereka membiarkan pemakaman beliau sampai bia’at kepada Abu Bakar as-Shiddiq berhasil dilakukan.
“Saya ingat, bahwa pertama kali beliau menjelaskan masalah Khilafah, ketika berada di Masjid al-Aqsa yang penuh berkah, di salah satu sudut sebelah barat daya. Di sana terdapat ruangan yang memanjang. Beliau berbicara kepada banyak orang setelah shalat Jum’at, suatu pembicaan yang sangat menyentuh dan jelas. Di sekeliling beliau ketika itu berkumpul ratusan orang. Beliau menceritakan kepada mereka Sirah Nabawiyyah. Sesekali beliau menceritakan wafatnya Rasulullah saw, dan bagaimana kaum Muslim setelah beliau wafat, mereka menyibukkan diri di Saqifah Bani Sa’adah untuk mengangkat seorang khalifah bagi mereka, sementara mereka membiarkan pemakaman beliau sampai bia’at kepada Abu Bakar as-Shiddiq berhasil dilakukan.
Jadi, itu merupakan pembahasan, dan pembicaraan pertama tentang penegakan khalifah serta seruan untuk menegakkannya. Peristiwa
itu terjadi tepat pada tahun 1950 M. Syaikh Taqiyuddin kemudian
melanjutkan kontak beliau dengan orang yang menginginkan kebaikan, yaitu
para pemuda dari al-Quds. Lalu
beliau pun mengontak para pemuda yang lain lagi, yang menginginkan
kebaikan, atau beliau tahu kalau mereka itu baik dari daerah al-Khalil
dan Tulkarim. Ketika beliau mendengar ada seseorang yang menginginkan kebaikan, atau beliau merasa bahwa dia baik, pasti akan beliau kontak. Dengan cara seperti itu, beliau berhasil merekrut banyak orang.
Beliau mengajak mereka berdiskusi dengan mendalam. Misalnya, diskusi beliau dengan salah seorang dari keluarga ‘Azzah, dan keluarga Hammad, sebuah diskusi yang mendalam. Melalui
diskusi tersebut, beliau menulis pembahasan al-Qiyadah al-Fikriyyah fi
al-Islam (kepemimpinan intelektual dalam Islam) yang telah dimasukkan
dalam kitab Nidzam al-Islam. Diskusi beliau dengan seseorang, namanya Said Ramadhan tentang akhlak. Setelah itu, beliau menulis al-Akhlaq fi al-Islam (Akhlak di dalam Islam) dalam kitab Nidzam al-Islam.
Masuknya Sebagian Anggota Harakah 313 ke dalam Hizbut Tahrir
Masuknya Sebagian Anggota Harakah 313 ke dalam Hizbut Tahrir
Harakah 313 merupakan harakah yang ada sebelum Hizb yang menyerukan tegaknya Daulah Islamiyah. Pendirinya adalah Syeikh Hamzah Abdul Ghafar Thahbub (sopir truk). Mereka
beranggapan bahwa terpenuhinya anggota sebanyak 313 orang akan sempurna
berdiri daulah (karena jumlah kaum muslim Mekah yang berhijrah ke
Madinah adalah 313 orang muslim). Mereka mengharuskan anggotaanggotanya tidak berinteraksi dengan departemen-departemen dalam sistem pemerintahan kufur. Sampai-sampai mereka melarang salah seorang anggota mereka untuk pergi ke kantor polisi guna memberitahukan pencurian tokonya. Ketika
Hizb at-Tahrir berdiri, simpul harakah 313 pun terurai karena mayoritas
anggotanya bergabung dengan Hizb kecuali pendirinya.
Diantara mereka yang menonjol adalah :
Ibrahim Syakir asy-Syarbati (mahasiswa Azhari dan sopir truk), Ahmad
Ibrahim Misik (tukang roti), Abdul Ghafar asy-Syeikh Darah (pemilik
restauran al-Quds di Amman sekarang), Syeikh Rabi’ Barakat al- Asyhab
(tukang roti), Muhammad Nu’aim Utsman asy-Syarbati (sopir truk), Ya’qub
Abdul Karim Abu Ramilah at-Tamimi (tukang samak kulit), Khalid Ahmad
Ahmarou (penjahit), semua dari mereka bergabung ke dalam barisan Hizb
at-Tahrir sejak awal. Mereka
semuanya tanpa terkecuali memiliki sikap kepartaian yang sangat
menonjol yang mengantarkan mereka ke penguntitan, penangkapan dan
dipenjara beberapa kali.
Masuknya sebagian pemimpin Ikhwanul Muslimin dan kader nya ke dalam Hizbut Tahrir
Gerakan yang terkenal sebelum berdirinya Hizb selain gerakan 313 adalah gerakan Ikhwan al-Muslimin. Ikhwan al-Muslimin merupakan gerakan yang sudah lama dan lebih dahulu muncul di banding gerakan lainnya. Gerakan
ini (Ikhwan al- Muslimin) didirikan oleh almarhum Hasan Abdurrahman
al-Bana as-Sa’atiy di Mesir pada awal tahun 30-an abad ke dua puluh. Gerakan
ini masuk ke Yordania melalui tangan seorang pengusaha yaitu Abdul
Lathif Abu Qurah, dan ke al-Khalil melalui tangan seorang pengusaha, Isa
Abdun Nabiy al-Nattsah.
Gerakan ini tidak sampai pada tingkat sebagai sebuah partai politik. Akan
tetapi gerakan ini tetap sebagai jamaah khairiyah yang secara lembaga
maupun aktivisnya diterima dan direstui oleh penguasa, khususnya
Yordania, Saudi dan negara-negara arab teluk. Pendiri
gerakan ini rahimahuLlâh, telah mengumumkan pada awal gerakan ini yaitu
dalam ar-Rasâ’il dan buku Qadhiyatunâ bahwa mereka bukan orang-orang
yang menyerukan kekuasaan atau perubahan pemerintahan, bahkan hal itu
(menyerukan kekuasaan dan perubahan sistem pemerintahan) dianggap
sebagai tuduhan yang harus ditolak.
Aktivis-aktivis gerakan ini mengumumkan
bahwa mereka adalah orang-orang yang menyerukan reformasi atas kondisi
yang ada, bukan yang lain, dibawah payung penguasa negeri yang bagi
mereka dianggap penguasa yang adil. Oleh karena itu aktivitas mereka dibatasi melalui dakwah individual. Maksudnya adalah memperbaiki individu, akan memperbaiki usrah dan akan membuat masyarakat menjadi baik …
Aktivitas mereka di al-Khalil terbatas
pada dakwah individual yang menyerukan akhlak, mengumpulkan harta untuk
didistribusikan kepada orang-orang fakir dan untuk membiayai
aktivitas-aktivitas kebaikan (sosial), permainan olah raga dan rekreasi,
kelompok kepanduan13 , klinik kesehatan, diskusi mingguan setiap kamis
sore di Dâr al-Ikhwân, perayaan berbagai hari besar Islam dan program
tahfizh Quran. Semua
aktivitas jamaah Ikhwanul Muslimin itu di organisasikan dari pusat
(markas) mereka yaitu Dâr al-Ikhwân al-Muslimîn di satu bangunan yang
disewa di jalan Syuhada’ yang terasnya memanjang sampai jalan Bab
az-Zawiyah. Juga termasuk aktivitas mereka adalah kajian pusparagam di rumah-rumah.
Kajian itu mereka namakan “usrah”. Setiap usrah menggunakan nama dan memiliki anggaran sendiri-sendiri, dan daftar orang yang memberikan kajian.14 Jumlah anggota setiap usrah juga tidak dibatasi, kadang mencapai sepuluh orang atau lebih. Dalam pembentukan usrah-usrah itu terlihat jelas diperhatikan unsur stratifikasi. Usrah itu berkumpul pada hari tertentu setiap minggunya dan dihidangkan makanan, makanan pencuci mulut dan kue-kue.Tempat pertemuan dan tuan rumah pertemuan digilir diantara anggota usrah.Tidak
ada kitab tertentu yang dibaca di dalam usrah, apalagi suatu program
kajian tertentu dan mereka keras untuk menghafal al-Quran. Karakter usrah yang dideskripsikan di sini adalah fakta usrah pada akhir tahun empat puluhan dan awal lima puluhan. Fakta itu berbeda dengan bentuknya sekarang.
Ittishal yang dilakukan syaikh taqiyudin
an Nabhani berhasil membuat sebagian para petinggi ikhwanul Muslimin
berpindah dan masuk ke dalam gerakan Hizbut Tahrir. Syeikh
Abdul Qadim Zallum, syeikh As’ad Bayoudh at-Tamimi, Syeikh Rajab
Bayoudh, syeikh Abdul Hayyi ‘Arafah dan syeikh Abdul Qadir Zallum –ketua
kepanduan di Ikhwanul Muslimun dan komandan terdahulu di Jihad al-Quds
dibawah H. Amin al-Husaini-, termasuk para pemimpin al-Ikwan al-Muslimun
di al-Khalil.
Bergabungnya beliau-beliau itu ke dalam
barisan Hizb mengakibatkan kekuatan perjalanan gerakan al-Ikhwan
al-Muslimun merosot, mulai redup dan melemah eksistensinya, langkahnya
tersandung-sandung dan anggota masyarakat yang menisbatkan diri
kepadanya juga berkurang dan jumlahnya semakin kecil.
Oleh karena itu dengan segera datang
dari Mesir ustadz Sa’id Ramadhan –menantu Hasan al-Bana sekaligus orang
kedua di al-Ikhwan al-Muslimun Mesir setelah menantu Hasan al-Banna yang
lain yaitu Abdul Hakim ‘Abidin pemilik majalah al- Muslimun yang terbit
di Kaero kemudian pindah ke Swiss-. Ustadz Sa’id Ramadhan bertemu dengan Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani di rumah Muhammad dan Nashir asy-Syarbati di al-Khalil. Maksud pertemuan itu adalah untuk meyakinkan Syeikh Taqiyuddin agar membatalkan Hizb dan menggabungkan kedua jamaah. Pertemuan
itu juga dihadiri oleh para pemuka al-Ikhwan al-Muslimun di al-Khalil,
antara lain : Syeikh Syukri Abu Rajab at-Tamimi, H. Nashir Amin
Al-‘Aidah al-Harbawi, Syeikh Muhammad Sa’id Shalah, Nashir Ahmad
asy-Syarbati, Muhammad Ahmad asy- Syarbati, H. Isa Shalih Abdun Nabi
an-Natsyah, H. Abdul Hafizh Mishbah Masudah, H. Abdul Fatah Hasan
ath-Thahir al-Muhtasib, Muhammad Rasyad Abdus Salam ‘Arif, Abdul Wadud
Abu Gharbiyah asy-Sya’rawi. Namun pertemuan itu tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Hubungan Syeikh Abdul Qadim Zallum dengan al-Ikhwan al-Muslimun.
Syeikh Abdul Qadim Zallum memiliki
kedudukan tinggi diantara para ulama di daerah al-Khalil karena keluasan
pengetahuan, kemuliaan akhlak, ketakwaan dan kelembutan perhatian
beliau. Beliau seperti bintang yang bersinar-sinar diantara para ulama. Setelah lulus dari al-Azhar, beliau bekerja menjadi pengajar di Madrasah al-Husein bin Ali di al-Khalil. Beliau bergabung dengan jamaah al-Ikhwan al-Muslimun di al-Khalil dan menduduki jabatan kepemimpinan. Tidak lama, lalu beliau keluar dari al-Ikhwan al-Muslimun dan bergabung dengan halqah ula di Hizbut Tahrir. Beliau sangat dekat dengan Syeikh Taqiyuddin. Sebagian
besar pemimpin jamaah al-Ikhwan al-Muslimun di al-Khalil mengikuti
jejak Syeikh Abdul Qadim Zallum dengan keluar dari jamaah untuk
bergabung ke dalam barisan Hizbut Tahrir. Hal itu menyebabkan kegoncangan cabang jamaah al-Ikhwan al-Muslimun di al- Khalil.
Diantara pemimpin dan tokoh al-Ikhwan
al-Muslimun cabang al-Khalil yang keluar dan bergabung dengan Hizbut
Tahrir antara lain : Syeikh As’ad Bayoudh at- Tamimi-Abu Thal’at, Syeikh
Rajab Bayoudh at-Tamimi-Abu Hamid, H. Abdul Qadir Zallum-Abu Faishal
pendiri kelompok kepanduan al-ikhwan al-muslimiun di al-Khalil, H.
Nashir Ahmad asy-Syarbati-Abu Hatim, Syeikh Abdul Hayyi ‘Arafah-Abu
Mushthafa mufti al-Khalil dan Syeikh Abdus Sami’ ar-Rifa’iy al-Mishri.
Saya
(penulis buku kekasih-kekasih Allah) ingin tegaskan di sini
ketidahsahihan riwayat yang ada di beberapa buku individu al-Ikhwan
al-Muslimun yang menunjukkan bahwa utusan al-Ikhwan al- Muslimun dari
Mesir adalah asy-Syahid Sayid Quthub. Yakni perkataan yang sering dinukil oleh kalangan pemudah ikhwan (generasi ikhwanul Muslimin) yaitu“biarkan saja mereka, mereka akan berhenti pada titik seperti awal ikhwan” yang dinisbatkan kepada asy-Syahid Sayid Quthub. Perkataan ini juga tidak benar. Perkataan perkataan ini dibuat-buat demi tujuan picisan, sudah nampak jelas kebohongan
mereka.
Sebagai pengaruh dari kegagalan pertemuan itu, mulai terjadi pergolakan pemikiran yang sengit disertai serangan yang keras dan zalim kepada Hizb dan para pengikut Hizb oleh individu-individu jamaah al-Ikhwan al-Muslimun.Sebagai contoh serangan itu, tatkala H. Nashir asy-Syarbati kemudian bergabung ke dalam barisan Hizb meninggalkan al-Ikhwan al-Muslimun, bersamaan dengan kedatangan rekan beliau dari Kuwait, akhi Abdul ‘Aziz al-Madhun yang datang meminta beliau kembali ke barisan al-ikhwan al-muslimun dan meninggalkan Hizb. Setelah diskusi yang panas, akhi Abdul ‘Aziz mengakhiri diskusi dengan mengatakan : “saya menganggap engkau seperti orang murtad dan saya tidak akan pernah sekalipun mengucapkan salam kepada engkau selama hidupku”.
mereka.
Sebagai pengaruh dari kegagalan pertemuan itu, mulai terjadi pergolakan pemikiran yang sengit disertai serangan yang keras dan zalim kepada Hizb dan para pengikut Hizb oleh individu-individu jamaah al-Ikhwan al-Muslimun.Sebagai contoh serangan itu, tatkala H. Nashir asy-Syarbati kemudian bergabung ke dalam barisan Hizb meninggalkan al-Ikhwan al-Muslimun, bersamaan dengan kedatangan rekan beliau dari Kuwait, akhi Abdul ‘Aziz al-Madhun yang datang meminta beliau kembali ke barisan al-ikhwan al-muslimun dan meninggalkan Hizb. Setelah diskusi yang panas, akhi Abdul ‘Aziz mengakhiri diskusi dengan mengatakan : “saya menganggap engkau seperti orang murtad dan saya tidak akan pernah sekalipun mengucapkan salam kepada engkau selama hidupku”.
Begitu juga sebagian mereka (orang-orang
al-ikhwan al-muslimun) menjawab salam yang diucapkan oleh syabab Hizb
dengan perkataan : “salam, kami tidak ingin menjadi kaum yang bodoh”. Hal itu seperti yang terjadi pada ustadz H. Abdul Qadir Zallum dan murid beliau yang durhaka, akhi Jibril Badawi al-Hanini.
Sebagian penulis al-ikhwan al-muslimun mengklaim bahwa Hizbut Tahrir adalah pecahan dari barisan mereka (al-Ikhwan al-Muslimun). Perkataan
demikian sangat jauh dari kebenaran. Tidak satu orangpun dari halqah
ula Hizbut Tahrir yang berasal dari al-ikhwan al-muslimun. Meski
banyak dari hizbiyin generasai awal di al- Khalil berasal dari barisan
al-ikhwan al-muslimun, namun mayoritas mereka berasal dari harakah 313. Sebagian dari mereka ada yang berasal dari partai komunis.
Syeikh Taqiyuddin dan sahabat-sahabat
beliau yang menduduki kepemimpinan Hizb tidak memiliki hubungan sama
sekali dengan al-ikhwan al-muslimun.Begitu
pula Syeikh Taqiyuddin tidak memiliki hubungan sama sekali dengan
jamaah H. Amin al- Huseini seperti yang diindikasikan oleh sebagian
penulis al-Ikhwan al-Muslimun. Kedua
perkataan itu (Hizb pecahan dari al-Ikhwan al-Muslimun dan adanya
hubungan Syeikh Taqiyuddin dengan jamaah H. Amin al-Huseini) merupakan
dua perkataan yang ditulis dari sisi kedustaan yang disengaja dengan
tujuan buruk dan picisan. Sementara
Ustadz Abdul Qadir Zallum lah rekan dekat mereka –sebelum bergabung
dengan Hizb- yang memiliki hubungan dengan H. Amin al-Huseini. Karena
sebelum bergabung dengan jamaah al-ikhwan al-muslimun, Ustadz Abdul
Qadir Zallum menjadi bagian dari gerakan al-jihad al-Quds yang mengikuti
jamaah H. Amin al-Huseini.
Sikap Masyarakat kala itu kepada Syaikh Taqiyudin dan kepada Hizbut Tahrir
Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani terkenal di masyarakat sebagai pendiri Hizbut Tahrir. Sampai-sampai Hizb pada awalnya disebut oleh masyarakat awam dengan sebutan “an-Nabhaniyun”. Sebagian mereka menyebut Hizb dengan sebutan “attâ’ûn ad-dawlah” yakni “rijâl ad-dawlah”.
Sebutan ini dinisbatkan kepada seruan paling menonjol yang diserukan Hizb yaitu tegaknya Daulah Islamiyah. Khususnya setelah Hizb mengeluarkan buku “ad-Dawlah al-Islâmiyyah”. Meski
berbagai sumber menyerang dan membantah Hizb dan meremehkan seruan
penegakan daulah al- Khilafah, namun pendiri Hizb, Syeikh Taqiyuddin
an-Nabhani, tetap mendapat penghormatan yang tinggi dan kemuliaan dari
seluruh lapisan masyarakat. Karena
beliau termasuk generasi awal pengajar yang mukhlish ketika pada tahun
30-an beliau menjadi pengajar di Madrasah ar-Rasyidiyah di al-Quds. Beliau
juga sangat terkenal di seluruh bagian Palestina sebagai seorang alim
alamah diantara ulama ulama yang terkenal dan sebagai seorang yang mulia
yang lembut baik hati dan akhlak seorang yang jujur (benar) diantara
orang yang paling jujur. Beliau sebagai contoh seorang alim yang bertakwa dan wara’. Syeikh Taqiyuddin tidak pernah sekalipun dicela perilaku beliau dari kelompok atau arah manapun. Bahkan hingga orang yang paling keras memusuhi Hizb sekalipun, memuji Syeikh Taqiyuddin akan kewara’an dan ketakwaan beliau. Begitu pula amir Hizb yang kedua Syeikh Abdul Qadim Yusuf Zallum. Beliau
adalah seorang syeikh yang lembut dan murah hati, lulusan al-Azhar dan
pengajar di Madrasah al-Husein bin Ali di kota al-Quds –ayah beliau,
Syeikh H. Yusuf Zallum seorang hafizh al-Quran yang terkenal- yang
mendapat penghargaan dan penghormatan yang tinggi serta kecintaan dari
masyarakat secara umum dan khususnya para syaikh.
Perlakukan Ikhwanul Muslimin kepada kadernya yang berinteraksi dengan Syaikh Taqiyudin
Berikut akan saya nukilkan salah seorang
generasi awal syabab hizbut tahrir yang sebelumnya merupakan kader
Ikhwanul Muslimin yakni Syaikh Abu Arqam (penulis buku
ahbabullah/kekasih-kekasih Allah) yang mengisahkan kisah nya ketika
keluar dari ikhwanul muslimin dan bergabung dengan hizbut tahrir.Beliau
termasuk generasi pertama dalam barisan aktifis Hizbut-Tahrir (HT) yang
pernah mendapatkan halqah dari Syaikh Taqiyiyuddin an-Nabhani
rahimahullâh, pendiri Hizbut Tahrir. Berikut ini sekilas memoar beliau, sebagaimana dituliskan oleh Syaikh Thalib Audhullah dalam buku, Ahbâbullâh.
Awal Pertemuan dengan HT
Sejak tahun 1950 saya telah bolak-balik di Dar al-Ikhwan al-Muslimin (Rumah/Sekretariat Ikhwanul Muslimin). Pada saat itu Syaikh Abdul Qadim Zallum, H. Abdul Qadir Zallum dan yang lain juga suka bolak-balik ke sana.Ketika kami berkumpul di sana, terjadi diskusi dan tanya jawab. Saat itu saya sangat tertarik dengan pemikiran-pemikiran baru yang dilontarkan Syaikh Abdul Qadim Zallum.
Sebelumnya bersama Ikhwanul Muslimin kami tidak terbiasa dengan pemikiran seperti itu. Hal itu membuat saya dekat dengan beliau rahimahullâh.
Kemudian kami mulai berdiskusi dengan saudara-daudara kami di Jamaah (Ikhwan). Hal itu membuat mereka berkata kepada kami, “Kalian membicarakan sesuatu yang asing bagi kami.” Akhirnya, terjadi keterasingan antara kami dengan Ikhwan di sekretariat itu.
Setelah itu kami mulai berkumpul di
rumah Syaikh As’ad Bayaudh bersama Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani ketika
beliau hadir di al-Khalil. Ketika
itu kami tidak lebih dari dua puluh orang. Saya ingat sebagian dari
mereka seperti Syaikh Ibrahim asy-Syarbati dan saudaranya Ya’qub
asy-Syarbati, H. Abdul Qadir Zallum, Ahmad Ibrahim Misik, Ibn al-Baladah
al-Qadimah dan yang lain.Pertemuan
biasanya berlangsung hingga azan subuh. Setelah kami menunaikan shalat
subuh secara berjamaah lalu kami pulang ke rumah masing-masing.Ketika
kami bertolak untuk menyeru masyarakat, mereka mengatakan kepada kami,
“Kalian adalah pengikut ‘Nabi-Hani’ (plesetan dari Nabhani).” Sebagian yang lain menyebut kami ‘Nabhaniyun’.
Wallahu A’lam bisshowab. []
Sumber tulisan :
Buku Kekasih-Kekasih Allah, penulis Syaikh Abu Arqam
Buku Hizbut Tahrir Al Islamiy, penulis ‘Auniy Al Judu’ Al ‘Abidy
Boklet DARI MASJID AL-AQSA MENUJU KHILAFAH:SEJARAH PERJALANAN HIZBUT TAHRIR
Buku Hizbut Tahrir Al Islamiy, penulis ‘Auniy Al Judu’ Al ‘Abidy
Boklet DARI MASJID AL-AQSA MENUJU KHILAFAH:SEJARAH PERJALANAN HIZBUT TAHRIR