Voa-Khilafah.co.cc. “Valentine’s Day merupakan ajang baku syahwat”, demikian tegas Ust Guslaeni Hafid, da’i muda energik membuka talkshow remaja tentang hari kasih sayang ini. “Survey Assumption University di Thailand. Sepertiga dari 1.578 gadis usia belasan berencana melakukan hubungan seks di Hari Valentine bila pacar mereka memintanya,” tambahnya lagi. “Menurut (kompascommunity.com, 14/02/07), Survey lain oleh Universitas Thai terhadap 1.222 pemudi menemukan bahwa 11 persen dari mereka berencana menyerahkan keperawanannya pada malam valentine. Parah gak?” tanya Ust Muda itu kepada peserta. “Dan lebih mengejutkan lagi,” sambungnya, “Di dalam negeri, survei terhadap remaja Cimahi, Batujajar, Padalarang, dan Lembang menjelang Valentine Day tahun 2004. Hasilnya, dari 413 responden yang menjawab angket secara “sah” 26,4% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine Day bersama gebetan atau kekasih dengan jalan-jalan, makan-makan lalu berciuman (melakukan seks).”
Ust muda yang biasa dipanggil Kang Hafid ini juga menjelaskan bahwa sejarah asal mula VD berasal dari Perayaan Lupercalia, yaitu rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Selain itu, sejarah juga menyebutkan bahwa valentine berasal dari kebudayaan romawi. Kerajaan Romawi, yang dipimpin Kaisar Claudius II sekitar Abad III masehi. Dia menangkap dan memenjarakan seorang pendeta yang bernama Valentine hingga ia meninggal tanggal 14 Pebruari 270 Masehi. Dia dipenjara karena melanggar perintah kaisar untuk tidak menikahkan pemuda pada zaman itu. Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari. “Jadi jelas ini bukan dari budaya Islam,” tegasnya.
Kang Hafid juga mengatakan bahwa VD adalah kebudayaan kufur yang bisa membuat orang yang merayakannya menduakan Allah SWT. “Kata Valentine berasal dari Latin yang berarti “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa” untuk Nimrod dan Lupercus, Tuhan orang Romawi,” jelasnya. “Jadi, ketika kita mengatakan ‘to be my Valentine’ berarti memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa,” imbuhnya lagi. Jadi budaya Valentine sama halnya menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Tak ayal, dengan pemaparan fakta dan penjelasan sedemikian gamblang, akhirnya membuat 200 peserta remaja putra dan putri, utusan dari SMK/SMA se-kota Bogor ini pun terperanjat melihat realitas tersebut. Sungguh sangat mengerikan. Semua peserta pun sepakat untuk tidak terjebak dengan budaya yang menyesatkan ini. Ini lah tujuan yang ingin disampaikan oleh Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) DPD II HTI Kota Bogor yang bekerjasama dengan SMK Ranti Mula Bogor tatkala mengadakan acara talkshow remaja dengan tema ” Valentine’s Day: Racun Dibalik Hari Kasih Sayang” ini. Acara yang mendapatkan sambutan hangat dari instansi terkait dan remaja ini dilaksanakan di Aula SMK Ranti Mula Bogor, dihadiri oleh Perwakilan dari Dinas Pendidikan Kota Bogor (Bpk. Jajang S.Pd), Kepsek SMK Ranti Mula Bogor (Bpk. Drs. Bagus Tjahjono Hadi), da’i muda energik dari syabab HTI Bogor (Guslaeni Hafid S.Kom) dan perwakilan dari Satgas Kota Bogor (Bpk. Dedi Eko Cahyoni S.Pd).
Bpk. Drs. Bagus Tjahjono Hadi, dalam sambutannya berterima kasih kepada semua panitia yang telah menyelenggarakan acara. Selain itu beliau juga menekankan bahwa Valentine’s Day (VD) bukan berasal dari Islam. Sambutan yang kedua disampaikan oleh perwakilan dari Dinas Pendidikan karena kepala Disdik berhalangan hadir. Bpk Jajang S.pd menyambut baik acara ini dan menyampaikan bahwa VD berasal dari kebudayaan asing dan peserta diminta untuk tidak mengikutinya. Selain itu, beliau juga berharap ke depan panitia (LDS) mengadakan acara lagi dengan menyentuh semua lapisan pelajar yang belum memahami islam secara mendalam sampai kepada siswa yang bermasalah.
Di lain pihak, Bpk. Dedi menjelaskan bahwa dikalangan kita ada kesalahpahaman dalam memaknai “kasih sayang”. Kasih = memberi, sayang=cinta. Akibatnya adalah banyak remaja yang rela memberikan apapun kepada orang yang dia cinta, termasuk dengan melakukan hubungan suami istri. Beliau juga mengungkapkan berbagai fakta di lapangan tentang perilaku remaja yang bermasalah. Salah satunya pada saat beliau memeriksa tas pelajar yang masih duduk di bangku SMP. Ternyata beliau mendapati mereka membawa kondom dan dengan “enteng”nya mereka mengatakan bahwa kondom itu akan digunakan untuk berzina.
Dalam pernyataan terakhirnya beliau sangat berterima kasih kepada LDS yang telah menyelenggarakan acara dan memberikan apresiasi tinggi karena ternyata masih ada orang-orang yang perduli terhadap permasalahan remaja. Selain itu, beliau berharap ke depan LDS terus mengadakan acara serupa dengan menggaet semua kalangan.
Setelah acara talkshow selesai, acara ditutup dengan doa, tapi setelah itu acara dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Acara ini dilakukan dengan membagi peserta berdasarkan sekolah dan wilayahnya. Tiap kelompok didampingi oleh 1-2 orang tim LDS. Dari hasil diskusi dan kuisioner Alhamdulillah sebanyak 95% peserta akhwat bersedia untuk mengaji bersama LDS sedangkan ikhwannya 75 % menyatakan hal yang sama.[]