Perayaan V-Day, Budaya atau Agama?

Voa-Khilafah.co.cc - Mengupas atawa membandingkan keduanya puenting banget, sobat. Coz sebagian sobat remaja yang ngerayain V-Day, mungkin ada yang masih bisa ngeles atau nyari-nyari alasan agar aktivitasnya bisa legal. Salah satunya mungkin ada yang bilang “kalo bicara V-Day jangan dikaitin ama agama dong”. Sekilas aja alasan itu kayaknya masuk akal juga ya, makanya wajar aja banyak yang ngangguk tanda setuju. Dan remaja kayaknya udah nemuin alasan yang tepat buat membantah kalo agama (Islam) memang nggak ada kaitannya sama sekali dengan V-Day. (bisik-bisik: lebih detilnya dibahas di bab 3)

Padahal alasan yang gini ini, pertanda kalo di benak sobat muslim udah terserang virus sekularisme. Tahu khan sekularisme? Itu lho paham yang setuju banget memisahkan agama nggak boleh ikut campur ngatur masalah kehidupan. Yang pada awalnya ide atau paham ini berasal dari Barat, ketika agama (Kristen) dianggap “memasung” kreatifitas para ilmuwan untuk menelorkan ide. Karena emang pada saat itu agamawan (Kristen) dijadiin tameng para raja dan kaisar di Eropa untuk melegalkan dan menjustifikasi setiap kebijakan yang dibikinnya. 

Karuan aja, hal ini menuai protes dari para cendekiawan saat itu, sehingga sering terjadi cekcok antar keduanya. Sementara karena yang berkuasa para raja dan atau kaisar, mereka yang kayaknya mendominasi kekuatan saat itu, sehingga seringkali para ilmuwan kudu ngalah atau bahkan kalo menentang akan dihukum oleh penguasa saat itu. Contohnya ilmuwan Galileo Galilei yang punya ide bahwa pusat tata surya adalah Matahari (Heliosentris), sementara pihak gereja dan raja udah punya pendapat duluan, kalo pusat tata surya adalah Bumi (Geosentris). 

Si Galileo kekeuh dengan pendapatnya, karena itulah dia musti menerima hukuman dari sang raja, karena dinilai tidak taat padanya. Keadaan seperti itu berlangsung terus selama bertahun-tahun, hingga Eropa memasuki masa Dark Age. Sampe prostes para cendekiawan atau ilmuwan itu memuncak yang titik kulminasinya diambillah jalan tengah. Agama cuman boleh bergerak di gereja-gereja, sementara untuk urusan kehidupan sehari-hari, jadi urusan para cendekiawan untuk mengaturnya yang saat itu disebut masa Renaisance alias kebangkitan.

Ide sekularisme itu dianggap manusiawi dan di sisi lain ternyata Barat menggunakan sekularisme sebagai alat penjajahan. Untuk itulah sekularisme akhirnya dibawa juga ke negeri-negeri Islam. Rupanya upaya sekularisme ini berlaku juga pada masalah V-Day, sehingga sampe-sampe remaja kita bilang “nggak usah bawa-bawa agama”. Tapi apa benar ya, V-Day nggak ada kaitannya dengan agama atau pun budaya? Hem.. buat kamu yang kekeuh berpendapat kayak gitu, mending baca lagi tulisan yang udah-udah. Dan ternyata V-Day berasal dari Agama Kristen dan Budaya Romawi Kuno khan?

Kita kupas dari sisi budaya dulu aja deh. Kalo emang bener legenda itu berurat akar dari Romawi Kuno, mustinya nggak pantas buat kita untuk ngadopsinya. Bukan aja nggak pantas, tapi budaya pagan itu emang bertentangan dengan fitrah manusia alias nggak manusiawi. Tahu khan budaya Pagan? Yup budaya pagan itu sama dengan budaya jahiliyah, budaya jahiliyah itu identik dengan kebodohan.

Gini aja deh, daripada kita yang memvonis budaya pagan identik dengan kebodohan, mending bareng-bareng kita berpikir tentang akar sejarah budaya jahiliyah di masa sebelum Islam datang, atau pada masa sebelum para nabi diutus. Contohnya di masa Nabi Ibrahim, ketika kaumnya menyembah berhala, Nabi Ibrahim khan sudah mencela tuhan-tuhan mereka. Karena tuhan yang mereka agungkan berupa berhala batu atau tuhan bikinan. Saat itulah Nabi Ibrahim mengajak kaumnya menyembah tuhan yang benar, yang manusiawi, yakni Allah SWT dan meninggalkan budaya jahiliyah menyembah berhala. Karena tuhan yang mereka sembah berupa berhala itu nggak sedikit pun bisa menolong mereka. Sampe-sampe kalo ada lalat yang nemplok di wajah para berhala itu, dia (berhala) sendiri pun nggak kuasa untuk mengusirnya. Nah kalo melindungi diri sendiri aja kagak bisa, gimana bisa dijadiin tuhan yang akan melindungi orang yang disembah. Ya nggak?

Ajakan untuk ninggalin budaya jahiliyah itu nggak cuman di jaman Nabi Ibrahim, di masa Rasulullah SAW ketika beliau di Mekah menyebarkan Islam juga seperti itu. Dan siapapun dari kita yang beragama, pasti akan setuju kalo budaya kayak gitu adalah budaya jahiliyah. Buktinya pihak gereja yang saat itu diwakili Paus Galesius I, menganggap budaya Romawi Kuno berupa festival Lupercalia adalah budaya yang salah atau menyimpang, sampe kemudian dia menganggap budaya itu kudu dihilangkan atau paling nggak dibungkus dengan hal-hal yang berbau agamis (Kristen).

Bukan berarti ketika udah ada agama yang lurus dan manusiawi, berarti budaya jahiliyah itu hilang. Nggak juga. Di Indonesia sendiri, selain agama kita juga diperbolehkan punya aliran kepercayaan, yang katanya aliran kepercayaan ini akarnya berupa adat budaya, seperti Gatoloco, Darmogandol, dll. Padahal dari segi praktiknya, banyak ritual dari aliran kepercayaan itu yang bertentangan dengan agama (Islam), bahkan bisa jadi menuhankan para berhala-berhala baru, seperti sebuah keris, dengan ritual seperti doa-doa yang nggak jelas sumbernya, kemenyan, dll.

Itulah budaya, friend. Nggak bisa dijadikan standar benar atau salah, manusiawi atau nggak. Malahan bisa membuat orang keblinger, ketika harus mencari tuhan lewat jalur budaya. Nah, seperti itu juga yang terjadi pada budaya V-Day versi Romawi Kuno.

Oya tadi kita katakan juga kalo budaya jahiliyah itu budaya yang nggak manusiawi atawa nggak sesuai fitrah manusia. Ya, karena emang pada fitrahnya manusia itu butuh “yang disembah”, meskipun dia orang atheis atau komunis sekalipun. Manusia memang nggak bisa menghindar untuk selalu mengagungkan sesuatu sebagai tuhan, yang bisa dilakuin oleh manusia adalah “mengalihkan” tuhan-nya siapa atau apa. Orang atheis emang tidak menyembah tuhan layaknya orang Islam ataupun Kristen, tapi dia mengalihkan rasa kebutuhan akan sang pencipta kepada para tokoh komunis, benda-benda yang menurutnya magis. Nah, ketika kita mencari tuhan, trus nemuin tuhan yang seperti itu (komunis, atheis, pagan), maka sebagai fitrahnya manusia, apakah akal kita puas, apa hati kita tentram? Kalo kita tentram binti puas, itu artinya kita masih berpikir jahiliyah. Begitcu…

Mungkin ada juga yang setuju kalo V-Day itu dibilang budaya, tapi bukan budaya kuno, malahan dibilang V-Day itu budaya modern yang berasal dari Barat. Untuk itu, doi sampe ngebelain untuk ngajak orang ninggalin V-Day karena menurutnya nggak sesuai dengan adat budaya bangsa timur, termasuk Indonesia. Ada yang nyeletuk bilang kalo aktivitas seks bebas, pornografi, pornoaksi, selama berlangsunya V-Day itu nggak sesuai dengan adat bangsa ini, yang masih kuat memegang adat ketimuran. Menurutnya, V-Day sudah berbau kebarat-baratan. Jadi, nggak pas kalo budaya Barat itu kita contek untuk kita yang disini.

Kalo ada yang ngomêl seperti itu, mungkin ada benarnya juga. Tapi nggak 100% benar. Sebab apa yang disebut Barat atau Timur, seharusnya mewakili ideologi negara-negara yang disebut Barat dan Timur. Tapi kenyatannya apa bisa dibilang budaya Timur itu lebih sopan dari Barat? Gimana dengan budaya Kamasutra yang dimiliki orang-orang Hindustan. Atau kalo kita teliti relief-relief candinya orang Budha atau Hindu yang ada di Indonesia, disitu terdapat gambar-gambar porno. Kita tahu banget khan, kalo candi itu dibikin udah ratusan taun yang lalu, bahkan sebelum negeri ini terbentuk. Nah lho !

Emang di negeri-negeri Barat kayak di Eropa pada abad yang udah baheula, pas jaman Victorian, udah ada pornografi. Bahkan dalam kamus fashion mutakhir, sebuah jenis Beha Kinky bernama Victorian Corsette pun dibuat dengan melihat semangat kultural Eropa pada jaman tersebut.

Di Amerika kita lihat film-film Amerika yang bahkan kalo kita mensurvey secara statistik maka kita akan mendapati bahwa Amerika merupakan negeri produsen film BF terbesar di dunia. Industri besar produsen film berlendir seperti Vivid Enterprise, Hustler, hingga yang indie label semacam Dogfart adanya di Amerika. Majalah produsen gambar porno seperti Playboy, Penthouse, Hustler, dll adanya juga di Amerika. Bahkan industri ketelanjangan yang memasarkan via internet juga terbesar berpusat di Amerika.

Tapi bukan berarti orang timur lebih baik dari semua itu. Selain contoh diatas, akhirnya orang Timur atau bahkan Indonesia sendiri udah bisa bikin film porno, atau VCD porno, kayak “bandung lautan asmara” atau “anak ingusan” yang dulu pernah heboh. Sementara itu industri seks terbesar juga berada di Indonesia, tepatnya di Gang Dolly (Surabaya), dan Kanton (cina). Bahkan keduanya disinyalir omzetnya lebih gede dari distrik Harlem di Amsterdam Belanda. Nggak cukup itu, di dunia maya, Indonesia juga mendapat juara peringkat dua setelah Rusia, sebagai negara yang membebaskan budaya porno via internet.

Nah sobat, amat sangat nggak tepat sekali, kalo kita mengukur V-Day dengan budaya timur, atau membatasi masalah porno dari segi budaya aja. Sebab, emang faktanya ukuran atau standar itu absurd bin nisbi. Kalo ukuran V-Day itu cuman dibatasi oleh sekat budaya sebuah negara, maka itu akan sangat relatif. Karena seperti kita tahu juga bahwa budaya itu adalah hasil produk manusia. Maka akan sangat dipengaruhi oleh siapa yang bikin budaya tersebut.

Emang sih kalo melihat akar sejarahnya V-Day berasal dari budaya Romawi Kuno, tapi seiring berkembangnya jaman ternyata perayaan V-Day khan nggak cuman urusan budaya, tapi juga urusan perilaku, nilai dan norma atau bahkan agama. Karena toh akhirnya V-Day nggak cuman dirayain oleh orang Romawi atau Kristen, nyatanya termasuk kita yang muslim pun ikut latah merayakannya. Nah kalo kita ngaku muslim, udah pasti kita akan bertanya kepada agama kita Islam. Tul nggak sobat?

Ok, sekarang kita kupas dari sisi apa V-Day itu termasuk ritual agama atau nggak. Kembali lagi kalo kamu ngebaca apa yang udah kita kupas sebelumnya, ternyata ritual V-Day adalah memperingati kematian seseorang yang bernama Valentine. Entah Valentine seorang pastur, seorang bishop ataupun orang biasa, (apalagi kalo orang-orangan sawah… hee..nggak ding), tapi sejarah menunjukkan bukti kalo ritual memperingati kematian itu dilakuin oleh orang Kristen atau pihak gereja. Itu artinya memang ritual V-Day berasal dari agama, lebih khusus lagi adalah Kristen.

Trus kenapa kalo emang V-Day berasal dari agama Kristen? Ya, berarti itu udah jadi ‘hak milik’ agama itu, dan nggak layak bagi agama lain ikut ngerayainnya, apalagi kalo secara sukarela bin ikhlas kita ikut merayakannya. Kalo itu udah jadi ritual dari agama tertentu, maka itu artinya bagian dari cara ibadah mereka. Sama aja kalo misalnya sholat lima waktu udah jadi bagian dari cara ibadah umat Islam, masak orang Kristen, budha atau hindu ada yang mau ikutan sholat? Nggak ada khan? Nah, aneh banget kalo V-Day itu udah jadi bagian cara ibadahnya orang Kristen, eh.. kita malah seneng banget ngikutinnya. Dasar tulalit.

Untuk lebih detilnya pembahasan V-Day diteropong dari sisi Islam akan dibahas di bab berikutnya. Tapi setidaknya dari sini kita udah yakin banget kalo V-Day nggak ada akar sejarahnya dari agama kita Islam. Upaya untuk membolehkan ritual V-Day bercampur budaya maupun agama Islam, sebuah usaha yang sia-sia aja, karena nggak akan pernah terkait atau bahkan bertentangan 180 derajat.

Jadi kalo di awal tadi disinggung tentang nggak boleh bawa-bawa agama kalo ngomongin V-Day, ternyata eh ternyata lha wong V-Day itu bawaan dari agama tertentu. Ya kalo nggak disangkutin agama ya pasti nyangkut, karena emang V-Day bagian ritual atau cara ibadah. Adapun kalo V-Day itu diadopsi secara universal, pertanyaannya adalah apa pantas atau seberapa penting V-Day dijadikan ritual yang universal? Jangan dikaitkan dulu V-Day dengan kasih sayang, konon katanya V-Day diperingati sebagai hari kasih sayang. Karena nggak setiap kasih sayang terwujud dalam V-Day, dan nggak setiap ritual V-Day adalah berupa kasih sayang. Sehingga dari sisi sumber sejarah, ritual dan perayaanya sendiri emang V-Day nggak layak dijadikan ajaran universal. Siapa yang berani menjamin kalo perayaan V-Day selalu berbuntut kasih sayang? Nggak ada khan? Yang ada, praktiknya malah V-day dijadikan ritual anak manusia untuk baku syahwat, entah itu pacaran ataupun zina itu sendiri.

(dikutip dari buku "Rapor Merah Valentines Day, karya Luky B Rouf).... 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers