Voa-Khilafah.co.cc - ‘Hotline’ Pendidikan Surabaya menyebutkan sekitar 45 persen siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Pahlawan tersebut berpandangan seks bebas terhadap orang yang mereka sayangi (pacar) itu boleh. Sementara sekitar 14 persen dari mereka mengaku sudah melakukannya.
Ketua ‘Hotline’ Pendidikan Surabaya Isa Ansori mengatakan, akibat dari anggapan tersebut banyak siswa SMP maupun SMA menjadi korban eksploitasi seksual yang dilakukan temannya sendiri ataupun orang lain.
“Ada 82 anak korban pelecehan seksual maupun ‘trafficking’ (perdagangan anak) yang kami tangani. Kebanyakan dari mereka mengaku salah pergaulan,” kata Isa saat bersama-sama 13 korban ‘trafficking’ mendatangi gedung DPRD Surabaya, Jumat (10/2).
Menurut dia, di antara mereka ada yang sebelumnya bekerja di sebuah warung, terselamatkan ketika akan dijual ke Kalimantan. Anak ini, lanjut dia, menjadi korban ‘trafficking’ dan diselamatkan Polres Pelabuhan Tanjung Perak saat akan dijual ke Kalimantan.
Isa mengatakan, anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual adalah anak-anak yang rata-rata mengalami disharmonisasi dalam keluarga maupun di sekolah.
“Ketika di rumah terjadi masalah. Sejatinya anak berharap mendapatkan tempat yang aman dan nyaman seperti halnya di sekolah, tapi sekolah belum bisa memberikan rasa itu,” ujarnya.
Selama ini, lanjut dia, banyak sekolah yang disibukkan dengan urusan-urusan yang bersifat administratif dan lupa akan kewajibannya lainya yakni membangun hubungan yang bersahabat dengan anak.
“Sebagian sekolah juga telah menjadi monster bagi anak-anak yang akhirnya mereka harus meninggalkan sekolah karena ketidakmampuan sekolah memahami anak,” katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya menekankan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan untuk menyelamatkan anak-anak agar tidak tereksploitasi dengan memberi penguatan kepada anak melalui sekolah. (RoL/Voa-Khilafah.co.cc)