Voa-Khilafah.co.cc - Penyebab tewasnya dua korban tragedi Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, terkuak. Hasil otopsi terhadap jenazah Arif Rachman dan Syaiful di Rumah Sakit Umum Bima menunjukkan makin kuatnya bukti yang mengarah pada penggunaan peluru tajam oleh polisi dalam membubarkan blokade masyarakat atas pelabuhan.
Dokter Sucipto, yang ikut melakukan otopsi, menyatakan pada tubuh dua korban tersebut terdapat dua lubang luka yang tembus dari satu sisi tubuh ke sisi yang lain. Pada Sabtu lalu, Kepala Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Umum Daerah ini mengatakan tim dokter menemukan, “Ada serpihan peluru kecil-kecil (di tubuh korban).”
Arif Rachman dan Syaiful adalah dua korban tewas pada tragedi Sabtu, 24 Desember lalu. Mereka penduduk Lambu yang menduduki Pelabuhan Sape sejak Senin, 19 Desember lalu. Polisi membubarkan paksa aksi mereka. Selain dua orang itu, korban tewas lainnya adalah Arifuddin Arrahman, yang meninggal sehari setelah kejadian.
Sucipto bersama dokter Haris, yang juga melakukan otopsi, mengatakan otopsi dilakukan bersama dokter dari Kepolisian Daerah NTB dan Universitas Mataram. Menurut Haris, pada tubuh Syaiful ditemukan dua luka tembak. “Di iga kiri belakang dan dada kanan,” katanya. Sucipto menambahkan, luka di iga belakang lebih kecil dibanding luka di dada. Artinya, peluru masuk dari iga, kena limpa, jantung, paru, dan tembus ke dada. “Biasanya luka peluru masuk lebih kecil dibanding luka peluru keluar,” ujarnya.
Pada tubuh Arif Rachman ditemukan empat lubang: di dada kanan, bawah ketiak tangan kiri, lengan kiri dalam, dan lengan kiri luar. “Peluru kena jantung, tembus ke bawah ketiak, lalu ke tangan,” ucapnya. Tak ditemukan bekas luka seperti terbakar. “Artinya, itu jarak jauh. Kalau jarak dekat, biasanya ada bekas luka seperti terbakar, dan sisa bubuk mesiu di bagian luar luka,” katanya.
Dugaan digunakannya peluru tajam diperkuat pada luka Awaludin dan Syabudin, yang kini dirawat di Rumah Sakit Mataram. Mereka terkena tembakan pada lutut. Luka Awaludin di lutut kanan, sedangkan Syahbudin di lutut kiri. “Dua-duanya tembus. Semua perdarahan aktif,” ujar Sucipto. Berdasarkan analisis dua dokter tersebut, luka tembus seperti itu tak mungkin akibat tembakan peluru karet. “Peluru karet tak mungkin tembus tulang, bahkan dari jarak dekat pun,” ucapnya.
Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian RI Saud Usman Nasution menyatakan kepolisian terus mendalami hasil otopsi. “Kami terus lacak setiap temuan di tubuh korban dan di lapangan,” katanya ketika dihubungi kemarin. Menurut Saud, polisi belum membuat kesimpulan apa pun. (tempo/hti/voa-khilafah.co.cc)