Voa-Khilafah.co.cc - Insiden bunuh diri di depan kantor Presiden tentu, bukan sebuah kebetulan. Pelaku pasti mengetahui dan memilih tempat strategis ini untuk melakukan aksi tragisnya.
“Bunuh diri dengan membakar diri hanya mungkin dilakukan oleh orang sadar akan apa yang akan dilakukan, karena untuk membakar diri tentu perlu mempersiapkan bahan bakar. Sehingga bisa diduga pilihan tempat membunuh diri pun pasti dilakukan dengan sadar,” ujar dosen Univeritas Parahyangan Bandung yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan, Adreas Pareira, Kamis (08/12/2011).
Dari kasus ini, lanjut Andreas, dapat diduga motif bunuh diri dengan membakar diri ini dilakukan untuk menarik perhatian si pemilik kantor, yakni Presiden, dan tentu saja publik. Motif mencari perhatian Presiden inilah yang harus diketahui lebih jauh.
“Seharusnya dengan kecanggihan alat penyelidikan yang dimiliki, polisi tidak sulit untuk mengetahui identitas si pelaku bunuh diri. Dan apabila sudah diketahui identitas, tentu bisa ditelusuri motif bunuh diri. Publik perlu mendesak polisi untuk mengungkap tuntas pelaku dan motif bunuh diri,” ujarnya.
Apalagi, kasus seperti ini, sambung Andreas adalah peristiwa unik dan jarang terjadi, dilakukan di depan kantor presiden yang merupakan simbol negara. Dan sambil menunggu polisi mengungkap kasus ini, patut diduga, kejadian ini merupakan aksi dari orang yang mempunyai dendam, kekecewaan yang sangat mendalam terhdap presiden, namun tidak mempunyai kanalisasi untuk mengungkapkan, sehingga yang muncul adalah frustasi.Maka, cara tragis inilah yang menjadi pilihan.
Kejadian ini, lanjut Andreas lagi, seharusnya merupakan ‘warning’ untuk Presiden, ditengah kegetolan Presiden menjaga citra diri dan pemerintahannya, ternyata ada orang frustrasi dan nekad melakukan tindakan fatalistik hanya untuk mengungkapkan kekecewaan.
“Dan saya kira, yang mempunyai ‘dendam’ dan kekecewaan seperti ini, bukan hanya pelaku bunuh diri ini, tapi masih banyak lagi di republik ini. Namun mungkin mereka belum menemukan cara mengungkapkan kekecewaannya,” kata Andreas yakin. (tribunnews.com, 8/12/2011)