Bogor (voa-khilafah.co.cc) - Ketua Forum Umat Islam (FUI) Bogor Ustadz Iyus Khairunnas kepada voa-islam menyesalkan pihak GKI Yasmin yang berusaha memecah belah ukhuwah umat Islam di Kota Bogor dengan cara mengadu domba tokoh islam yang satu dengan tokoh Islam yang lain. Umat Islam yang menolak pembangunan gereja illegal disebut sebagai salafi wahabi dan ikut campurnya kaum pendatang.
“Saya selaku Ketua FUI Bogor telah melakukan tabayun dan klarifikasi kepada tokoh-tokoh Islam yang ada di Kota Bogor, agar isu perpecahan ini bisa dihindari. FUI mencoba memfasilitasi para tokoh Islam dan pimpinan ormas Islam kota Bogor untuk berkumpul sekaligus berkomunikasi untuk tujuan meredam ketegangan sesame kaum muslimin akibada upaya adu domba pihak tertentu,” ujar Ustadz Iyus.
Jika tidak diantispiasi, bukan tidak mungkin ada upaya dari pihak-pihak tertentu untuk mendisain persoalan ini pada sebuah operasi intelejen, dengan memanfaatkan figur orang atau kelompok yang emosional dalam menyelesaikan masalah kasus GKI Yasmin.
“Komunikasi kami, umat Islam di Bogor yang all out menetang gereja sepertinya disadap. Informasi yang kami kirim ada kesan terpotong bahkan tidak terkirim. Ada telepon masuk, tapi putus begitu saja.
Ketika ditanya, kenapa tokoh-tokoh ulama di Bogor tidak sepenuhnya turun untuk menunjukkan solidaritasnya? “Kami berkhuznuzan saja. Mungkin mereka memantau dari jauh saja. Namun yang jelas, ada pihak yang menginginkan umat Islam dan tokoh islam di Kota Bogor berpecah –belah. Berkali-kali dihembuskan stigma kepada tokoh Islam yang getol menentang pembangunan gereja selama ini. Belum lagi, media massa yang memberitakan kasus ini secara sepihak, dan sering diputarbalikkan faktanya,” ungkap Yus.
Ustadz Iyus yang lahir dan tinggal di Bogor pun dituding orang Sukabumi, dan Ketua Forkami Ahmad Iman sebagai orang Medan dan Ustadz Al Khaththath sebagai orang Pasuruan. Jadi semua orang yang menentang keberadaan GKI Yasmin dianggap pendatang.
Forum Cinta Damai Antek Gereja
Isu perpecahan diantara umat Islam sekarang berkembang ke bawah. Kelompok Forum Masyarakat Bogor Barat Cinta Damai (FMBBCD) yang membela Gereja berusaha menyalib dan menghalangi FORKAMI yang selama ini menolak pembangunan gereja illegal.
Terbetik kabar, Forum Cinta Damai ini terbentuk setelah Nuriyah Abddurrahman Wahid (istri mendiang Gus Dur) dan Yenny Wahid (dari Wahid Institute) mengunjungi Madrasah Al Ghazali pimpinan KH. Muhammad Mustofa atau yang biasa disapa Ustadz Toto (putra bungsu dari KH. Abdullah bin Nuh). Itulah sebabnya, Ustadz Toto tidak pernah berada di barisan FUI Bogor ataupun Forkami dalam menentang keberadaan GKI Yasmin.
Saat ini, pihak gereja kerap menggunakan siasat “main uang”. Diprediksi hingga mencapai Rp. 8 miyar. Maruarar Sirait sebagai bendahara Kristen Asia Tenggara dikabarkan telah mengucurkan dana milyaran rupiah untuk memenangkan pertarungan GKI Yasmin versus umat Islam Bogor. Sehingga ada ungkapan, “Kalau mencari duit ke tempat lain susah, tetapi ke gereja kok mudah.”
Ustadz Yus membantah jika penentangan umat Islam terhadap kehadiran gereja Yasmin di Bogor sebagai bentuk sikap yang tidak toleran. “Itu tuduhan yang tidak factual. Buktinya, kami umat Islam di Bogor tidak pernah mengganggu ibadah umat Kristiani di beberapa gereja yang ada di wilayah Bogor.”
Kekhawatiran itu sendiri bisa kita dengar dari seorang Sydney Jones (peneliti ICG). Dikatakan Sydney, umat Kristiani itu terlalu agresif dalam menyebarkan agamanya sehingga menimbulkan benturan. “Yang membuat benturan itu ya mereka sendiri,” kata Iyus menambahkan.
Patut diketahui, berdirinya GKI Yasmin di Jl. KH. Abdullah bin NUh, adalah pintu gerbang masuknya 200 gereja yang nantinya akan menyusul pembangunanya di Kota Bogor. Jika GKI Yasmin betul-betul berdiri, maka Kota Bogor akan dikelilingi 200 gereja, padahal di lingkungan berdirinya gereja tersebut, banyak dihuni oleh masyarakat Muslim Bogor. Ini tentu membuat kita prihatin.
Ketidakpuasan GKI Yasmin terhadap kebijakan Walikota Bogor seharusnya menempuh jalur hukum, bukan malah mempolitisir dan menggunakan opini public, seolah pihaknya berada di posisi yang terzalimi. Hendaknya pula, Jemaat GKI Yasmin tidak bekedok ibadah, menggunakan trotoar, dan jalanan untuk melakukan misa kebaktian setiap hari Minggu. Itu namanya melarang Perda.
Walikota Bogor sesungguhnya sudah memberi tiga tempat alternatif (gedung serga guna), tapi pihak GKI Yasmin tetap saja ngotot. Yang pasti, para alim ulama dan pimpinan ormas Islam Kota Bogor menghendaki agar Bogor ini tetap aman. (Desastian, voa-islam/voa-khilafah.co.cc)