Menegakkan Khilafah Adalah Kewajiban Kaum Muslim |
Voa-Khilafah.Blogspot.com - Fitnah akhir zaman rupanya menimpa umat hari ini. Bagaimana tidak, baru-baru ini dikabarkan seorang kyai di Jawa Timur bukannya bergandeng tangan untuk mewujudkan hukum syariah, sebagai aturan dari Allah Swt, malah meminta ormas penganjur khilafah dibubarkan.
Seperti dilansir situs nu.or.id, ketua PWNU Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah meminta pemerintah bersikap tegas terhadap organisasi kemasyarakatan yang tidak berasas Pancasila. Kalau perlu dibubarkan, karena mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini disampaikan ketua PW NU saat hadir dalam Harlah NU ke 85 yang digelar PC NU Jombang di GOR Merdeka Jombang, Ahad (10/7) yang juga dihadiri ketua PBNU H Saifullah Yusuf yang juga wakil Gubernur Jawa Timur.
Dikatakan Mutawakkil, sekarang ini marak bemunculan ormas yang terang-terangan mengajarkan khilafah dan tidak mengakui adanya asas Pancasila. ”Mereka menginginkan NKRI diganti khilafah, jika Indonesia ingin makmur,” ujarnya dihadapan ribuan jamaah.
Menjamurnya gerakan khilafah ini, lanjut KH Mutawakkil, karena pemerintah tidak tegas menyikapi. Disamping itu masih banyaknya warga yang dalam kondisi miskin terutama masyarakat bawah serta penegakan hukum yang kurang memicu aliran radikal ini.
”Selama persoalan kemiskinan, hukum masih seperti sekarang, aliran radikalisme semacam ini akan terus berkembang,” ujarnya seraya mengatakan faham ini sekarang juga sudah merambah Jawa Timur yang merupakan basis NU.
Selama ini, lanjut pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini mengatakan, pemerintah belum berani melakukan tindakan atau pembubaranan. Padahal undang-undang keormasan yang merupakan konstitusi bersama sudah tegas mengatur.” Mengapa itu (membubarkan) tidak berani dilakukan. Itu yang kita sayangkan,” pungkasnya.
Karenanya, Ketua PWNU Jawa Timur ini meminta pemerintah tegas untuk menindak bahkan membubarkan ormas yang jelas-jelas menolak asas pancasila. Dikatakannya, karena berada di Indonesia maka setiap ormas harus berasakan Pancasila.
”Jika tidak, maka harus ditutup karena melanggar undang-undang. Dan yang telah berasaskan pancasila juga harus mendapatkan pengawasan,” tandas pengasuh pondok pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini juga mengingatkan.
KH Mutawakkil menegaskan, bahwa siapapun dan apapun ormasnya yang mengganggu asas pancasisla dan keutuhan NKRI, maka akan berhadapan dengan NU. ”Siapaun mengganggu Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan berhadapan dengan NU,” tukasnya.
Sungguh menyedihkan, tentu sikap yang dianggap tokoh NU itu bertolak belakang dengan para pendiri NU sendiri. Organisasi NU yang dulunya Nahdlatoel Oelama lahir pada 31 Januari 1926 M./16 Rajab 1344 H. di Surabaya yang dipimpin oleh Rais Akbar Choedratoes Sjech KH. Hasjim Asj’ari.
Perjuangan NU juga tidak bisa dilepaskan dari cita-cita besar menjadikan Islam sebagai agama negara, menjadi dasar negara, menuju sebuah negara Islam. KH Wahid Hasyim memang memanfaatkan rancangan Pembukaan yang diusulkan tersebut sebagai suatu titik tolak untuk pengaturan lebih lanjut menuju suatu negara Islam.
“Kalau presiden adalah seorang Muslim, maka peraturan- peraturan akan mempunyai ciri Islam dan hal itu akan besar pengaruhnya. Tentang Islam sebagai agama negara, hal ini akan penting artinya bagai pertahanan negara. Umumnya, pertahanan yang didasarkan kepada keyakinan agama akan sangat kuat, karena menurut ajaran Islam orang hanya boleh mengorbankan jiwanya untuk ideologi agama.”, tegas KH. A. Wahid Hasyim, salah seorang tokoh NU terkemuka.
Namun kini, sebagian tokohnya bukannya melawan para penyebar kerusakkan akibat bercokolnya sekularisme dan kapitalisme, malah mencoba menjegal perjuangan umat Islam untuk kemuliaan Islam. Di waktu yang sama, bergandengan tangan dengan kaum yang berbeda akidah. Namun, tidak semua seperti demikian. Masih ada para ulama yang ikhlash yang takut kepada Allah Swt. dan mereka mendukung penerapan syariah.
Hal ini disampaikan ketua PW NU saat hadir dalam Harlah NU ke 85 yang digelar PC NU Jombang di GOR Merdeka Jombang, Ahad (10/7) yang juga dihadiri ketua PBNU H Saifullah Yusuf yang juga wakil Gubernur Jawa Timur.
Dikatakan Mutawakkil, sekarang ini marak bemunculan ormas yang terang-terangan mengajarkan khilafah dan tidak mengakui adanya asas Pancasila. ”Mereka menginginkan NKRI diganti khilafah, jika Indonesia ingin makmur,” ujarnya dihadapan ribuan jamaah.
Menjamurnya gerakan khilafah ini, lanjut KH Mutawakkil, karena pemerintah tidak tegas menyikapi. Disamping itu masih banyaknya warga yang dalam kondisi miskin terutama masyarakat bawah serta penegakan hukum yang kurang memicu aliran radikal ini.
”Selama persoalan kemiskinan, hukum masih seperti sekarang, aliran radikalisme semacam ini akan terus berkembang,” ujarnya seraya mengatakan faham ini sekarang juga sudah merambah Jawa Timur yang merupakan basis NU.
Selama ini, lanjut pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini mengatakan, pemerintah belum berani melakukan tindakan atau pembubaranan. Padahal undang-undang keormasan yang merupakan konstitusi bersama sudah tegas mengatur.” Mengapa itu (membubarkan) tidak berani dilakukan. Itu yang kita sayangkan,” pungkasnya.
Karenanya, Ketua PWNU Jawa Timur ini meminta pemerintah tegas untuk menindak bahkan membubarkan ormas yang jelas-jelas menolak asas pancasila. Dikatakannya, karena berada di Indonesia maka setiap ormas harus berasakan Pancasila.
”Jika tidak, maka harus ditutup karena melanggar undang-undang. Dan yang telah berasaskan pancasila juga harus mendapatkan pengawasan,” tandas pengasuh pondok pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini juga mengingatkan.
KH Mutawakkil menegaskan, bahwa siapapun dan apapun ormasnya yang mengganggu asas pancasisla dan keutuhan NKRI, maka akan berhadapan dengan NU. ”Siapaun mengganggu Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan berhadapan dengan NU,” tukasnya.
Sungguh menyedihkan, tentu sikap yang dianggap tokoh NU itu bertolak belakang dengan para pendiri NU sendiri. Organisasi NU yang dulunya Nahdlatoel Oelama lahir pada 31 Januari 1926 M./16 Rajab 1344 H. di Surabaya yang dipimpin oleh Rais Akbar Choedratoes Sjech KH. Hasjim Asj’ari.
Perjuangan NU juga tidak bisa dilepaskan dari cita-cita besar menjadikan Islam sebagai agama negara, menjadi dasar negara, menuju sebuah negara Islam. KH Wahid Hasyim memang memanfaatkan rancangan Pembukaan yang diusulkan tersebut sebagai suatu titik tolak untuk pengaturan lebih lanjut menuju suatu negara Islam.
“Kalau presiden adalah seorang Muslim, maka peraturan- peraturan akan mempunyai ciri Islam dan hal itu akan besar pengaruhnya. Tentang Islam sebagai agama negara, hal ini akan penting artinya bagai pertahanan negara. Umumnya, pertahanan yang didasarkan kepada keyakinan agama akan sangat kuat, karena menurut ajaran Islam orang hanya boleh mengorbankan jiwanya untuk ideologi agama.”, tegas KH. A. Wahid Hasyim, salah seorang tokoh NU terkemuka.
Namun kini, sebagian tokohnya bukannya melawan para penyebar kerusakkan akibat bercokolnya sekularisme dan kapitalisme, malah mencoba menjegal perjuangan umat Islam untuk kemuliaan Islam. Di waktu yang sama, bergandengan tangan dengan kaum yang berbeda akidah. Namun, tidak semua seperti demikian. Masih ada para ulama yang ikhlash yang takut kepada Allah Swt. dan mereka mendukung penerapan syariah.
Pendapat kyai jatim tersebut tentu berbeda dengan para 'ulama mukhlis lainnya. Rois Am Syuriah NU Kabupaten Bangka Tengah, KH Syairan, malah mengajak umat Islam, utamanya di Bangka Tengah untuk berjuang demi penegakkan berdirinya khilafah.
“Mari kita berdoa untuk mendapatkan keberkahan dalam rangka hidup sejahtera di bawah naungan khilafah. Saya yakin kita semua tidak mau, hidup terus menerus dalam kehancuran,” kata KH Syairan dalam orasi Konferensi Rajab 1432 H di Novotel Bangka, Ahad (19/6/2011).
Semua ini hanya memberikan penerang kepada umat, mana para ulama yang benar-benar ikhlas untuk tegakkan syariah dan khilafah dan mana yang bermanis muka. Insya Allah, ketika Khilafah telah tegak menaungi dunia dan memberikan kesejahteraan, semua para penolaknya hanya akan terbelalak melihat Islam sebagai rahmat lil 'alamin benar-benar nyata terwujud. Semakin dekat. [m/nu/syabab.com]
Baca Juga: