Voa-Khilafah.co.cc - Topik tentang media massa di dunia serta kaitannya dengan Yahudi merupakan topik yang sudah sering kita dengar. Kita bahkan sudah sering tahu stasiun-stasiun televisi mana, koran-koran mana, atau majalah-majalah dan situs-situs mana yang merupakan milik Yahudi. Tapi pernahkah kita mencoba menelaah kembali misi-misi mereka secara langsung mengenai pandangan mereka tentang media massa. Mengungkap langsung apa-apa yang pernah mereka terang-terang katakan hingga mereka bisa-bisanya sukses besar dalam menguasai media massa di dunia.
Umat Yahudi yang sering kita dengar dalam Al-Qur’an sebagai umat yang terkutuk itu sebenarnya memiliki obsesi yang sangat besar. Yang ada dibenak mereka selalu tertanam tujuan untuk menguasai dunia dan menghancurkan semua agama. Pernah dengar “Protocols of Learned Elders of Zion”? Kebanyakan pasti tahu…itu adalah dokumen rahasia yang berisi ambisi-ambisi Yahudi Zionis dalam kongres yang mereka adakan di tahun 1895 di Basel, Swiss. Kongres ini dipimpin oleh Theodore Hertzl dan dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari berbagai bidang semua organisasi Yahudi. Dan sekali lagi, perlu kita ingat, bahwa dalam kongres ini merancang rencana besar untuk menghancurkan agama dan akan membuat seluruh bangsa tunduk di bawah kendali Yahudi! Dan tahukan anda, sebagian besar rencana itu hanya bisa berhasil jika media massa seluruh dunia ada ditangan mereka!!
Dokumen ini terdiri dari 24 pasal yang sangat dirahasiakan dan (awalnya-red) hanya diketahui oleh para tokoh Zionis peringkat atas saja. Tapi kemudian bocor oleh seorang Perancis yang mencurinya dari seorang tokoh organisasi Freemasonry di Perancis. Dari situlah akhirnya sampai ke tangan pendeta Orthodox di Rusia, diterjemahkan lalu menyebar kemana-mana. Sekarang sudah bukan rahasia lagi namanya. Karena kalau kita tanya ‘mbah Google’ pasti akan langsung dijawab.
Beberapa misi mereka yang jelas menggunakan media sebagai alat untuk mencapai keberhasilan adalah sebagai berikut:
- Dalam pasal V mereka mengatakan bahwa misi mereka adalah mencemarkan nama para pendeta dan ulama. Agar keduanya dipandang hina oleh publik. Memang disini musuh mereka bukan hanya umat Islam, tapi umat-umat lainnya pula.
Untuk mewujudkan itu mereka menggunakan media sebagai penyebar opini umum yang bisa menggoyahkan keyakinan-keyakinan para ulama. Mereka terang-terangan akan melakukan aksi yang membuat bobrok mental umat Islam dan umat lainnya. Semua itu agar terjadi kekacauan, konflik, antar umat-umat yang rusak tersebut. Dan akhirnya agar mereka lupa bahwa umat Yahudi semakin kuat menghimpun kekuatan. Ketika itu Yahudi akan dipandang sebagai kaum yang paling ‘stabil’, yang tenang-tenang saja tanpa konflik dan kekacauan. Nah, dari situ target mereka adalah ditunjuk untuk memimpin dunia!!! (What the hell!)…Wallahi! tulisan mereka terlalu jelas dan gamblang untuk saya maknai berbeda.
- Dalam pasal VII, mereka mengatakan lagi,”Agar segala rencana dapat tercapai, maka kita harus mampu membentuk opini masyarakat dunia. Tampaknya hal itu mudah kita capai, karena sarana yang paling efektif telah kita kuasai, yaitu surat kabar yang setiap hari terbit dalam oplah yang besar.”
Di poin ini mereka terang-terangan sengaja menguasai media massa dunia untuk melancarkan misi-misi mereka. Yang mereka lakukan bukanlah hal yang bodoh, karena memang tidak ada alat lain yang lebih efektif dari media massa dalam menyebarkan ideologi, menyuntikkan gaya hidup, melemahkan akidah, merontokkan semangat jihad, memutarbalikkan fakta, memanipulasi berita, mengubah-ubah definisi tentang Islam seenaknya. Kini tokoh-tokoh mereka telah tersebar diseluruh media massa-media massa raksasa di dunia. Setiap hari, seluruh umat manusia mengkonsumsi setiap kata, setiap kalimat, setiap ideologi yang dibawa oleh media tersebut. Umat Islam lebih banyak yang terlena, tak sadarkan diri, ketika menerima setiap informasi dari media mereka yang dilakukan hanya manggut-manggut. Di Indonesia, siapa yang menyangka pemilik-pemilik saham media massa negeri ini terdapat deretan nama-nama pemain-pemain konspirasi Yahudi. Duit Rupert Murdoch ternyata sudah nyelip di tivi-tivi swasta negeri ini. Media kita, tidak ada satupun yang tidak berkiblat pada media-media Yahudi. Dalam memilih berita, memilih isu, memilih sudut pandang pemberitaan, memilih keberpihakan, memilih cara bertutur, memilih penggunaan kata dan istilah, semuanya acuannya adalah media massa milik Yahudi. Well, saya tidak akan menuliskan satu-persatu kantor berita mana saja yang jelas-jelas milik Yahudi. Tanya saja sama ‘mbah google’ pasti akan dijawab dalam hitungan detik. Itu sudah bukan rahasia lagi.
- Poin ke IX, “Kita harus mampu mengarahkan misi surat kabar, disamping menguasai departemen pendidikan. Karena pendidikan merupakan tonggak terpenting dalam kehidupan yang merdeka. Kini aktivis kita telah mampu menodai masa depan generasi mendatang dan mencemari generasi masa kini dengan pandangan-pandangan yang mengandung unsur merusak citra bangsa.”
Para Zionis nyebelin itu tahu betul kalau selain institusi media yang harus mereka kuasai, masih ada institusi pendidikan yang memberi porsi besar dalam usaha penyesatan opini. Dalam konteks ini, pendidikan bisa dibilang sebagai media juga. Jika kurikulum-kurikulum pendidikan kita mengacu pada standar mereka, maka persis kondisinya seperti yang sedang terjadi di Indonesia ini. Dulu, ketika saya masih sekolah, seluruh pelajar dicekoki oleh teori-teori Darwin yang saat ini sudah kita sadari bahwa teori itu menggelikan, belum lagi tentang kekonyolan Hukum Kekekalan Energi bahwa energi tidak dapat diciptakan dan energi tidak dapat dimusnahkan,…well, ini apa bedanya sama kekekalan Rabb semesta alam? Belum lagi kita dicekoki hebatnya jasa-jasa Budi Oetomo tanpa tahu misi apa yang ada dibalik semua itu, ditambah lagi pendidikan agama yang dangkal dan cenderung liberal. Bahkan akhir-akhir ini terdengar isu tentang usaha para ‘murid-murid’ Yahudi di Barat sedang memperjuangkan kurikulum pendidikan agama berbasis multikulturalisme (alias pluralisme). Kalo ada yang bilang, “tambah sip aja mereka?”. Maka saya akan jawab, “sip gundulmu!”.
- Pasal XII, “ Dominasi kita harus merambah surat kabar yang membawa misi partai (baca: zionis). Selain itu kita harus mampu mengontrolnya sebelum berita itu diedarkan, agar tidak mengungkap misi kita. Segala berita yang akan disiarkan lewat radio harus melalui pengawasan kita. Buku-buku berbobot harus dikenakan pajak yang tinggi, sedangkan buku murahan tidak dikenakan pajak, agar para sarjana enggan menulis buku.
Perusahaan Surat Kabar akan kita beli untuk mengimbangi dan menjawab isi surat kabar independen yang lepas dari genggaman kita.”
Lagi-lagi soal media massa. Usaha untuk mengontrol kantor-kantor berita didunia ini memang saya akui luar biasa. Para pembawa misi zionis yang menyebalkan itu memang sudah tersebar rata diberbagai bidang yang sulit kita (umat Islam) untuk menjangkaunya. Karena kebodohan kita, makanya kita baru sadar sekarang! Satu contoh kongkret keberhasilan mereka mengontrol media massa dunia secara serentak dan seragam adalah ketika pemberitaan ‘tragedi’ WTC. Dalam hitungan detik dan menit, seluruh media memberitakan secara seragam tanpa ada cacat! Sempat ada satu media yang berskala regional di AS yang memberitakan sedikit berbeda, men-shoot gambar kejadian dari sudut pandang yang berbeda, yang memungkinkan terpicunya pertanyaan-pertanyaan janggal, akhirnya juga langsung diralat dan tidak lagi diberitakan dari sisi itu.
Bukan hanya itu, pemberitaan tentang sejarah dagelan Holocaust benar-benar menyihir seluruh umat manusia di dunia untuk mengasihani Yahudi sebagai bangsa yang merana dan butuh diberi simpati oleh publik. Walaupun banyak kejanggalan terungkap, namun media-media kecil yang berusaha mengembalikan kebenaran pada tempatnya harus head-to-head bertarung melawan hegemoni media-media raksasa. Bisa ditebak; siapa yang menang?
Mereka menganggap media-media muslim saat ini tidak terlalu menjadi ancaman besar bagi mereka. Mereka mungkin menganggap media kita masih kelas kroco alias kelas teri yang badannya lebih kurusan lagi. Sama sekali tidak menakutkan bagi mereka. Hal ini juga disebabkan mereka juga mengerti betul bahwa umat Islam itu malas membaca dan sangat alergi menulis buku-buku atau artikel yang bermanfaat. Penulis-penulis handal bisa dihitung dengan jari, yang mereka-mereka itu makin lama makin tua dan tinggal menunggu ajalnya saja tanpa generasi penerus.
Dari poin-poin Protocol of Zion yang dijabarkan di atas, kita harusnya memahami bahwa urgensi umat Islam untuk memahami peran media dalam dakwah itu sungguh luar biasa besarnya. Orang-orang kita saat ini tidak banyak yang punya minat untuk menekuni bidang kemediaan. Sehingga orang-orang yang ahli dibidang media hanyalah orang-orang yang berbasis keilmuan filsafat dan sejenisnya. Ilmu ini dianggap cuma bisa dilihat dari perspektif sosial saja yang notabene kental dengan kajian filsafat. Ditambah lagi umat ini ketika mendengar kata ‘filsafat’ langsung alerginya kambuh, alias gatal-gatal. Memang ilmu filsafat itu cacat! Tapi saat ini, keilmuan media perlu kita pelajari dari mereka. Tugas kita menguatkan benteng akidah, lalu pelajari ilmu tentang media! Karena generasi selanjutnya membutuhkan aktivis-aktivis dalam bidang media dari kalangan kita, kalangan yang manhaj yang benar. Wallahu a’lam. (adit/UT/Voa-Khilafah.co.cc)