Voa-Khilafah.co.cc - Harun ar-Rasyid, Khalifah Abbasiyyah yang memerintah sejak tahun 170-193 H. Selain kecintaannya kepada ulama dan ilmu, beliau juga dikenal sebagai khalifah yang sangat tegas dan pemberani. Sebagaimana penuturan suhunya sejarah (Syaikh at-Tarikh), at-Thabari, Khalifah yang satu ini memang dikenal rajin berperang. Beliau membagi waktu satu tahun untuk berperang, dan tahun berikutnya untuk berhaji. Itulah Khalifah Harun ar-Rasyid.
Pada tahun 186 H, beliau menyerang Shaifah dengan panglimanya, al-Qasim bin ar-Rasyid. Pada tahun yang sama, beliau pun mengutus Ibn Ja'far bin al-Asy'ats ke sana, dan berhasil mengepung benteng Sinan. Terjadilah perjanjian damai antara Khilafah Abbasiyah, dengan Romawi, yang kala itu masih dipimpin oleh Ratu Rini. Dia pun digulingkan, dan hanya memerintah selama 5 bulan. Setelah itu, Romawi jatuh ke tangan Nakfur. Bagi Nakfur, Ratu Rini adalah Ratu yang lemah, sehingga dia tunduk dan mau membayar Kharaj kepada Khilafah Abbasiyah, dalam hal ini Khalifah Harun ar-Rasyid.
Begitu dilantik menjadi Raja, Nakfur pun menulis surat kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, untuk meminta kembali harta yang pernah dibayarkan oleh Ratu Rini, setelah keduanya sepakat melakukan perjanjian damai. Maka, Khalifah agung itu pun membalas surat Nakfur, bukan dengan kertas atau kulit lain, tetapi dengan kertas atau kulit yang dipakai Nakfur, yaitu ditulis di belakangnya: “Dari Harun ar-Rasyid, Amirul Mukminin, kepada Nakfur, Anjing Romawi. Jawabannya seperti yang kamu lihat, bukan seperti yang kamu dengar.” Surat itu pun dikirim bersama dengan pasukan Khilafah. Pada saat itu, Harun ar-Rasyid sendiri memimpin pasukannya hingga sampai di Kota Heraklius, sehingga terjadilah peperang yang sangat terkenal dan menjadi momentum penaklukan yang sangat nyata.
Emperium Romawi itu pun tak kuasa membendung gempuran pasukan Khilafah, akhirnya Nakfur pun meminta diadakannya perundingan dan bersedia membayar Kharaj tiap tahun, sebagaimana yang pernah dibayar oleh Ratu Rini. Khalifah Harun ar-Rasyid pun bersedia mengabulkan keinginannya. Tetapi, Nakfur berkhianat dan mengingkari perjanjian tersebut.
Karena peristiwa ini, Khalifah Harun ar-Rasyid pun mengirim 135.000 tentaranya ke bumi Romawi, sehingga tahun 196 H Allah pun memberikan kemenangan kepada mereka. Beliau singgah di Kota Heraklius. Kota itu pun dikepung selama 30 hari, dan kota itu akhirnya jatuh ke tangan kaum Musilm. Penduduknya dijadikan sebagai sabaya (tawanan) dan harta kekayaan yang ada di sana dijadikan ghanimah bagi mereka. Dalam peperangan tersebut, menurut Ibn Khaldun, tentara Nakfur yang terbunuh sebanyak 40.000 orang.
Sementara pasukan kaum Muslim yang lain di bawah pimpinan Syarahbil bin Ma'an bin Zaidah berhasil menaklukkan benteng Shaqalibah dan Disah. Sementara pasukan Yazid bin Mukhlid berhasil menaklukkan benteng Shafshaf dan Quniah. Ini diikuti dengan pengiriman armada maritim di sepanjang pantai Syam, Mesir hingga Cyprus (Turki/Yunani). Pasukan Romawi di sepanjang wilayah itu pun kalah, sehingga 17.000 penduduk di sana berhasil dijadikan sebagai sabaya oleh pasukan kaum Muslim. Di dalamnya termasuk Uskup Cyprus, yang akhirnya dibebaskan dengan membayar tebusan sebesar 2.000 Dinar (Rp. 2,5 milyar).
Itulah pelajaran berharga yang harus dibayar Emperium Romawi ketika berani dengan Khilafah. Emperium Barat juga akan membayar harga yang mahal atas semua kebijakan mereka di dunia Islam selama ini, ketika Khilafah ini tegak kembali.[] har/gm/voa-khilafah.co.cc