Amina Bersyahadat di Tengah Malam


Voa-Khilafah.co.cc - Amina, perempuan kelahiran Iceland tahun 1976, sudah 9 tahun memeluk Islam. Amina adalah nama islaminya setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, sebelumnya ia adalah pemeluk Kristen Protestan.
Keluarga Amina adalah jamaah gereja Lutheran Evangelis. Meski demikian, Amina tidak pernah merasa agama berperan besar dalam pola asuh dan pendidikan yang diterimanya dari orang tua.
"Ketika saya masih kecil, saya secara rutin mengikuti Sekolah Minggu, ikut kemah musim panas yang diselenggarakan organisasi-organisasi keagamaan, dan nenek saya selalu mendatangi dan menyelimuti saya sebelum tidur sambil berdoa bersama. Tapi, orang tua saya tidak rutin ke gereja, dan agama bukan menjadi isu penting dalam kehidupan keluarga kami sehari-hari," ujar Amina mengenang keluarganya.
Kala itu, Amina tidak tahu sama sekali tentang Islam, karena di Iceland komunitas Muslim jumlahnya sangat sedikit. Di sekolah, ia tidak pernah diajarkan pengetahuan tentang agama lain, selain agama Kristen dan sedikit agama Yahudi yang berhubungan dengan agama Kristen. Sampai Amina remaja, yang paling ia ingat hanyalah, bahwa Islam mengacu pada Mohammadisme dan Muslim sebagai Mohammadan (pengikut Nabi Muhammad Saw.) Bahkan hingga detik ini, kebanyakan orang di Iceland menyebut "Mohammadisme" dan "Mohammadan" daripada menyebut "Islam" atau "Muslim".
"Masih banyak lagi gambaran lainnya tentang Islam dan Muslim di Iceland, tapi saya tidak mau berburuk sangka dan tetap bersikap terbuka," kata Amina.
Ia melanjutkan, "Sikap saya itu, mungkin karena korespondensi yang saya lakukan dengan seorang remaja Iceland juga yang pernah ikut program pertukaran pelajar di Indonesia. Sedangkan saya ikut pertukaran pelajar ke Venezuela. Gadis sebaya saya itu, dalam surat-suratnya dan ketika kami sudah kembali ke Iceland, bercerita pada saya tentang kehidupan dan pengalamannya selama di Indonesia, dan semuanya sangat positif."
Tapi, Amina mengakui bahwa ia sama sekali tidak berminat pada Islam, sampai ia berkesempatan pergi ke AS pada musim gugur tahun 1997, lewat program beasiswa satu tahun dari Rotary Club. Di kampus tempatnya belajar, Amina bertemu dengan seorang pemuda Muslim asal Mesir yang juga mengikuti program beasiswa itu.
"Kami menjadi sangat dekat dan lewat hubungan akrab dengannya, saya jadi tertarik pada Islam. Ia sering menceritakan banyak hal tentang Islam dan saya melihat ia menjalankan ajaran Islam. Saya mulai banyak bertanya dan berdebat tentang Islam dengannya. Lalu saya memulai pencarian saya sendiri, pertama lewat internet, kemudian membaca buku-buku Islam, termasuk terjemahan Al-Quran," papar Amina.
Ia terus melakukan riset tentang Islam sepulangnya kembali ke Iceland, dan ketika ia kembali lagi ke AS untuk menyelesaikan studi dengan biaya sendiri. Selama itu pula, satu-satunya orang yang ia ajak diskusi, berdebat dan menjadi tempat bertanya tentang Islam, adalah temannya yang berasal dari Mesir itu. Namun ia sangat gembira ketika bertemu dengan banyak muslim yang baik di internet.
"Saya chatting di internet dengan mereka dan bertanya tentang Islam. Mereka banyak membantu saya. Bicara dengan orang lain, yang bersikap netral, sangat penting buat saya," ungkap Amina.
Menurutnya, ketika pertama kali mulai mencari tahu tentang Islam, ia sangat bersemangat dan menemukan banyak hal yang menakjubkan tentang Islam. Itu membuatnya tidak bisa berhenti memikirkan Islam, dan membuatnya ingin terus mencaru tahu lebih banyak lagi, dan lebih banyak lagi tentang Islam. Tapi, ada saat ketika ia merasa sangat kecewa dan kekecewaan itu berlangsung cukup lama. Banyak isu negaif tentang Islam yang Amina tak mengerti serta sulit ia terima. Untuk beberapa lama, Amina malah justru berusaha mencari sisi buruk Islam untuk meyakinkan bahwa ia tidak harus menjadi seorang muslim.
"Karena terus terang, saya takut dan bingung, dan rasanya lebih mudah buat saya untuk melanjutkan hidup yang sudah saya jalani selama ini, menerima kenyataan pahit dan mengubah gaya hidup saya. Saya benar-benar bingung ketika itu ...."
"Di satu saat, saya merasa Islam adalah kebenaran dan dari semua yang saya inginkan adalah menyerakan diri pada Allah. Di saat yang lain, saya menemukan segalanya terasa ada yang salah dengan Islam. Seperti film kartun, rasanya seperti ada malaikat yang berbisik di telinga saya di kuping saya yang satu, dan setan berbisik di telinga saya yang satunya lagi!" tutur Amina.
Allah Swt memberikan hidayah pada perempuan yang hatinya sedang gundah itu. Amina memutuskan untuk tidak mendengarkan "bisikan setan" dan melihat kembali Islam dengan jernih, bahwa Islam adalah kebenaran dan yang ia inginkan hanyalah menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah Swt. Ia ingin hidup sebagai seorang muslimah.
Amina membulatkan tekad untuk bersyahadat. Ia lalu chatting dengan seorang muslimah pertama yang ia kenal lewat chatting di internet dulu, dan mengatakan bahwa akan datang ke tempat pengajiannya besok pagi dan akan mengucapkan dua kalimat syahada di sana.
"Saat itu tengah malam, ingin rasanya saya bersyahadat malam itu juga. Sehingga saya memutuskan untuk mencari kemungkinan lain, dan menemukan tiga muslimah yang sedang online. Kami berempat bertemu dan chat-room, dan malam itu juga saya bersyahadat lewat internet," ungkap Amina.
Amina mengatakan, sejak resmi menjadi seorang muslimah, ia mengali masa senang dan masa sulit. "Saya terus berjuang dengan belajar lebih banyak lagi tentang Islam dan bagaimana menjadi seorang muslim yang baik. Saya berusaha tetap kuat meski mendapat reaksi negatif dari keluarga dan teman-teman saya. Yang saya tahu, saya sudah membuat keputusan yang tepat dan saya bersyukur pada Allah Swt yang telah membimbing saya ke jalan kebenaran," tandas Amina. (kw/TTT/eramuslim/voa-khilafah.co.cc)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers