oleh Mashadi
Voa-Khilafah.co.cc - Orang berlaku maksiat adalah orang yang ditawan, dipenjara, dibelenggu, dan dikalahkan syetan. Sesungguhnya tidak ada tawanan yang lebih buruk keadaannya, selain orang yang menjadi tawanan musuhnya. Tidak ada penjara yang lebih sempit daripada penjara syahwat. Tidak ada belenggu yang lebih susah dilepaskan daripada belenggu nafsu.
Bagaimana seseorang bisa leluasa hidupnya, dan berjalan menuju Allah Rabbul Alamin dan negeri Akhirat dengan hati yang tertawan, terpenjara, dan terbelenggu? Melangkah setapak pun manusia tidak akan sanggup. Manusia tidak bakal sanggup lagi berjalan meniti jalan hidupnya menuju kampung Akhirat, bila sudah terkena bujukan syetan, dan dipenjara oleh syahwatnya.
Kalau hati, pendengaran, dan mata sudah jauh dari Allah, penyakit-penyakit akan lekas datang menyerangnya. Penyakit kesesatan yang akan menenggelamkan hidupnya ke dalam kehinaan, dan bukan hanya di dunia belaka, tetapi kelak diAkhirat. Kekal selama-lamanya.
Sebaliknya kalau hati tetap dekat dengan Allah Rabbul Alamin, penyakit-penyakit kehidupan akan menjauhinya. Jauh dari Allah memiliki tingkatan-tingkatan yang tidak sama. lalai (ghaflah) memang bisa menjauhkan dari Allah Rabbul Alamin. Tetapi, laku maksiat lebih menjauhkan dari Allah daripada lalai. Bid'ah lebih menjauhkan dari Allah Rabbul Alamin daripada maksiat. Sedangkan sifat munafik serta syirik lebih menjauhkan dari Allah Rabbul Alamin daripada semua bentuk perbuatan maksiat.
Maksiat Menjatuhkan Kedudukan
Makhluk yang paling mulia di sisi Allah, mereka yang paling bertakwa diantara mereka, dan makhluk yang paling dekat derajatnya dengan Allah, ialah yang paling taat kepada Allah Rabbul Alamin.
Kadar ketaatan seoranglah yang menentukan kedudukannya disisi Allah Rabbu Alamin. Apabila ia berbuat durhaka kepada Allah Rabbul Alamin, dan melanggar perintah-Nya, jatuhlah martabat dan izzahnya di sisi Allah, dan menjadi sangat hina disisi manusia. Manusia yang durhaka kepada Allah Rabbul Alamin, bukan hanya hina disisi Allah Rabbul Alamin, tetapi juga menjadi sangat hina disisi manusia. Semua sudah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia sepanjang sejarah.
Hati mereka akan kehilangan simpati. Jika reputasinya di mata manusia sudah runtuh, sehingga mereka menganggapnya sebagai manusia yang hina dina, niscaya ia akan hidup di tengah-tengah mereka sebagai sosok yang buruk, yang meninggalkan kesan tidak terpuji, yang sudah tidak memiliki kehormatan dan tidak pantas memiliki kegembiraan. Sekalipun, ia memiliki kekuasaan, jabatan, dan harta yang banyak. Semua itu tidak dapat meninggikan dirinya, yang sudah runtuh dan hina itu.
Maksiat Merusak Nama Baik
Orang yang berbuat maksiat ia akan menyandang serenceng nama yang tercela dan predikat-predikat yang nista.
Bahkan ia pun akan kehilangan nama sebagai seorang yang beriman, yang berbakti, yang budiman, yan bertakwa, yang taat, yang insaf, yang sadar, yang penyayang,yang wara', yang shaleh, yang suka beribadah, yang takut kepada Allah Rabbul Alamin, yang senang bertaubat, yang baik dan sebagainya.
Sebaliknya, ia akan menyandang nama si jahat, si durhaka, si pelanggar, si pembuat kerusakan, si buruk, si tukang zina, si pencuri, si pembunuh, si pengkhianat, si tukang homoseks, si koruptor, si pembohong, si pendusta, si kotor, si pemutus hubungan kekeluargaan dan sebagainya. Semua itu adalah nama-nama yang buruk.
Allah Ta'ala berfirman:
بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ
"Seburuk-buruknya panggilan ialah (penggilan) yang seburuk sesudah iman." (QS. Al-Hujarat [49] : 11)
Itulah sebutan-sebutan yang mengandung murka Allah Rabbul Alamin, sehingga orang-orang yang bersangkutan akan masuk ke neraka dan mengalami kehidupan yang nista, seperti yang tertera dalam surah al-Waqi'ah, yang mengkisahkan tentang; "Asy-habul Syimal", yang sangat hina kelak diAkhirat.
Maksiat Mempengaruhi Kemampuan Akal
Kisah dua manusia yang sama-sama memiliki akal. Namun yang satu taat kepada Rabbul Alamin, dan yang satunya ahlul maksiat dan durhaka kepada Allah Rabbul Alamin. Maka, kita akan menemukan akal orang yang taat lebih sempurna daripada akal orang yang durhaka dan ahlul maksiat. Pikirannya lebih jernih, pendapatnya lebih akurat, dan idenya lebih cemerlang orang yang taat.
Orang yang berani durhaka kepada Rabbul Alamin yang telah menciptakannya, tidak layak disebut sebagai orang yang berakal. Mengapa? Dia sebenarnya tahu bahwa Allah Rabbul Alamin, selalu melihat dan mengawasi segala amal dan perbuatannya, tetapi manusia berani berbuat maksiat dan durhaka kepada-Nya. Dia terang-terangan durhaka dan kepada Allah Rabbul Alamin.
Dia memohon pertolongan kepada Allah dengan cara yang justru mengundang murka-Nya. Setiap waktu ia selalu membuat Allah Rabbul melaknatinya, menjauhkan dari sisi-Nya,dan mengusirnya dari pintu-Nya. Akan semacam ini dipunyai oleh orang yang hanya mementingkan kenikmatan sementara, kemudian akan lenyap begitu saja, semua kenikmatan itu bagaikan mimpi kosong.
Maksiat Memutuskan Hubungan Hamba Dengan Rabbul Alamin
Apabila sudah putus hubungan dengan Allah Rabbul Alamin, praktis pula semua sebab kebaikan darinya, dan diganti dengan jalinan sebab-sebab keburukan. Keberuntungan apa lagi yang dapat diharapkan manusia? Kehidupan apalagi yang bisa ditunggu oleh orang yang sudah tidak mempunyai hubungan dengan segala kebaikan? Padahal, Allah yang menyayanginya, melindunginya, dan selalu memberikan apa saja yang dibutuhkan manusia setiap saat. Jika sudah itu yang terjadi tidak ada lagi ganti dari-Nya.
Jika sudah demikian, ia tidak akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya ia akan mendapatkan keburukan dan penderitaan serta siksan yang sangat dahsyat dari Rabbul
Alamin.
Maksiat Bisa Menghapus Berkah Usia, Berkah Rizki, Berkah Ilmu, Berkah Amal, dan Berkah Ketaatan
Secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa perbuatan maksiat itu menghapus berkah agama dan dunia. Sehingga orang yang berani durhaka kepada Allah Rabbul Alamin akan kita dapati sebagai orang yang paling sedikit berkah umur, agama dan dunianya. Hanya perbuatan maksiat manusia yang dapat menghapus berkah bumi.
Kisah umat-umat yang terdahulu yang berbuat maksiat, bukan hanya dihinakan oleh Allah Azza Wa Jalla, tetapi mereka juga dihancurkan sehancur-hancurnya oleh Allah Rabbul Alamin. Seperti kaumnya Nabi Luth, kaum Ad, kaum Tsamud, dan kaumnya Nabi Nuh, semuanya dihancurkan oleh Allah Rabbul Alamin.
Maksiat Dapat Membuat Orang Menjadi Golongan Rendah
Manusia diciptakan oleh Allah Rabbul Alamin sebagai makhluk yang mulia. Tetapi kemudian derajatnya, jatuh serendah-rendahnya, karena perbuatan maksiat mereka. Begitulah keadaan jiwanya, jiak seorang hamba berani berbuat maksiat, ia akan turun ke derajat yang sangat rendah, dan akan terus turun sampai ke titik yang paling rendah.
Segala kemuliaan, kebaikan, derajat, serta izzah, menjadi sirna bersamaan dengan datangnya maksiat pada dirinya. Dirinya tenggelam dalam kenikmatan maksiat dan syahwat, yang dibisikkan syetan. Mereka yang sudah tenggelam dalam maksiat itu, seperti merasa dalam kenikmatan, yang sebenarnya kesesatan yang menghancurkan kehidupannya.
Maksiat Membuat Syetan Menjadi Berani Kepada Seorang Hamba
Karena seorang manusia sudah terbiasa dengan maksiat, syetan menjadi berani mengangggunya, membujuk, menggoda, menyesatkan, menakut-nakuti, membuatnya sedih, cemas, gelisah, murung, lupa ingatan, dan selalu berbuat yang mudharat. Merusak kehidpan manusia lainnya.
Akibatnya, dengan leluasa syetan, semakin berani mendorong-dorongnya untuk berbuat maksiat kepada Allah. Syetan-syetan menjelma sebagai manusia, mereka akan mengganggu manusia-manusia yang lemah imannya, dan sudah terbelenggu dengan maksiat dan bujukan syetan, serta kenikmatan dunia.
Sejatinya berbuat durhaka dan maksiat kepada Allah, tetapi mereka merasa berada di jalan Allah Rabbul Alamlin. Itulah manusia-manusia yang sudah jatuh dalam bujukan syetan. Wallahu'alam.