Refleksi Hari Sumpah Pemuda

Tak Ada Waktu Untuk Menunggu,
Mari Wujudkan Mimpi!
(Termakna Sebagai Sumpah Untuk Para Pemuda/i)

Sebelum tulisan ini ku buat, beberapa hari lalu aku membaca sebuah artikel yang berjudul ‘Tak ada waktu untuk bermimpi’. Menarik, karena ia terasa janggal, dan terus terang hal ini mengulik keyakinanku. Mengapa ‘tak ada lagi waktu untuk bermimpi’?
Tak ada lagi waktu untuk bermimpi, hanya mampu tersemat pada mereka yang tak mampu menghargai waktunya kini. Tak ada lagi waktu untuk bermimpi, hanya ada pada orang-orang yang takut menghadapi masa depan dan takut menjalani prosesnya. Maka, kelak ketika ia menghadapi masa depannya, ia tersadar bahwa dirinya hanya mampu menghadapi kenyataan pahit sebagai manusia yang menerima apa adanya. Yang hanya bisa ‘nrimo. Karena kehidupan tak ia pilih untuk di renda dan di warna. Pada saat itulah, ketika masa depan tengah di hadapan, tak ada lagi pilihan baginya untuk bermimpi atau merangkai mimpi. Tak ada lagi waktu untuk bermimpi, karena kehidupan yang dipilihnya di masa lalu tanpa mimpi. Menghadapkannya pada realita yang tek berarti, kini. Pedih!.    

“saat itu tengah hari, matahari menyengat stiap kulit manusia,
peluh b'jtuhan membekas d kaos oblong yg ia kenakan..
rambutnya basah akan kringat, tubuhnya letih menenteng gitar tua, mengingat susu si bungsu yg tlh hbis..
suara parau,
trz d paksanya keluar mendendangkn lagu yang sarat kesedihan & beban,
membuat setiap yang mendengarnya merasa miris
ia terus bernyanyi,, mencoba mengharap belas kasihan orang..
tak ada pilihan lain, pikirnya.. masa muda yg ia sia-siakan,
teruz ia berjalan tnp pedulikn sesal,
agar mlm ini si bungsu tak menangis lg,, tak ada wktu utk b'mimpi,,
Jangan menangis lagi,nduk..
bapak akan pulang.. ” (Tak ada waktu untuk bermimpi, 2010)

Demikianlah.
Realitas kini, selalu pedih, selalu duka. Setiap hari. Berbagai bencana (alam dan sosial) memenuhi pertiwi yang katanya makmur ini. Sungguh tak pantas bagi kita, para pemuda hanya berdiam diri atau merasa tak mengerti. Demi Allah, masa depan tak boleh lagi ada pedih. Mari hentikan pedih kita wahai pemuda dan pemudi! Allah ingatkan kita, bahwa

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...”
(TQS. Al-Imran[3]: 110)

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(QS. Al-A’raaf [7]: 96)

Mari bangun mimpi kita saat ini.
Kita, generasi muda Islam harus punya mimpi. Karena kita punya iman. Kesejatian iman akan membesarkan dan mendewasakan kita dalam kehidupan. Kesejatian iman akan menuntun kita pada benderangnya masa depan. Karena dalam kesejatian iman, Allah anugerahkan cinta dan harapan. Harapan yang akan Allah kabulkan hanya pada mereka yang yakin, hanya pada mereka yang siap menghadapi ujian dan tantangan, dengan kematangan berpikir cemerlang yang dimilikinya. Demikianlah, kesejatian iman membawa serta keyakinan dan kesiapan meraih mimpi.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
(TQS.Al-Baqarah[2]: 214)

Dan bagi kita, kesejatian mimpi adalah kehidupan dalam naungan mulia aturan dan hukum-Nya. Khilafah. Dialah masa depan kita. Kesanalah mimpi itu kita renda dan warnai. Kesanalah proses yang kini harus kita jalani. Tak ada lagi waktu untuk menunggu, mari wujudkan mimpi! Inilah sumpah yang patutnya kita benakkan pada diri. Sebagai insan lemah, yang mengindera kejujuran realita kini (yang kian pahit dan menyayat hati).

Mari bergerak, serentak, tanpa letih, tanpa gentar. Hingga Allah nyatakan, bahwa KITA SEMUA SIAP menerima terwujudnya mimpi!

Untuk Cita-Cita Mulia,
Untuk akhir yang indah,
Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah

Hasbunallah wa nikmal wakiil...
Wallahu’alam...

(Oleh, Cicin Yulianti)

[Bogor - Dzulqaidah 1431 H / Oktober 2010, ‘azzamku tuk wujudkan mimpi’]

(dakwahkampus.com/voa-khilafah.co.cc)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers