Voa-Khilafah.co.cc - Para pemimpin dunia berkumpul di Manhattan, New York, mengikuti pembukaan Sidang Majelis Umum PBB (UNGA). Seperti biasa, saat yang paling ditungu adalah pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dengan penuh keraguan, Obama menyampaikan pidato tahunannya di depan UNGA, Rabu pagi.
Ketika, bulan September 2009, Presiden Barack Obama dengan mudah memberikan penilaian kebijakan selama delapan tahun yang penuh dengan perbedaan akibat tindakan Presiden Bush yang bertindak secara unilateral (sepihak) terhadap Afghanistan dan Irak, dan melanggar konvensi PBB, serta sekarang negara-negara anggota PBB merindukan kehidupan baru, di mana setiap masalah fundamental yang menyangkut kepentingan bersama, tidak disikapi secara unilateral. Seperti yang sudah dijalankan selama ini oleh Amerika Serikat.
Pada 2010, Presiden Obama dalam pidatonya menjanjikan "era baru keterlibatan," negara-negara anggota PBB. Sesungguhnya Presiden Barack Obama, tak banyak membawa gagasan baru, sebagai pemimpin baru Amerika Serikat, ia hanya mengulang tentang kerjasama multilateral menghadapi terorisme, ketidakstabilan keuangan, dan masalah global lainnya, mempromosikan hak asasi manusia, pembangunan global, dan keamanan kolektif. Nampaknya, tidak ada yang baru dalam pidatonya di tahun 2010 itu.
Minggu ini, Presiden Barack Obama berada di kursi panas, menghadapi tuntutan kedaulatan negara Palestina, yang mendapatkan dukungan luas. Sehingga, kondisi yang ada dalam forum multilateral PBB, yang menginginkan agar PBB mengadopsi keinginan Presiden Palestina Mahmud Abbas, membuat kebencian Kongres dan Capitol Hill terhadap PBB.
Negara-negara yang mendukung Otoritas Palestina, mendorong diadakannya pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB, yang akan didukung oleh mayoritas anggota PBB, maka Otoritas Palestina (PA) telah menempatkan Washington pada posisi defensif. Amerika Serikat pasti akan memveto resolusi itu, yang dianggap ancaman bagi Israel dan proses perdamaian.
Namun, hal ini akan menjadi kontroversi yang sangat luar biasa. Dengan melakukan veto, Washington akan mengisolasi dirinya dari sekutu Eropa, dan meningkatkan keraguan dari dunia Arab, apakah masih ada perantara yang jujur di Timur Tengah.
Ketika Amerika Serikat berpihak kepada Zionis-Israel, sejatinya sudah tidak ada lagi yang diperlukan dalam negosiasi politik, termasuk kosa kata : "perdamaian", yang sekarang didengungkan oleh Benyamin Netanyahu.
Amerika Serikat telah bekerja keras mencoba mencegah dan menghentikan langkah Mahmud Abbas melalui saluran diplomatik. Dalam beberapa minggu terakhir "kecelakaan" terjadi. Di mana langkah-langkah Amerika Serikat yang menjadi kaki tangan Israel itu, mendapatkan tantangan dari sekutunya, yang terus menolak berdirinya negara Palestina. "Tidak ada jalan pintas menuju negara Palestina merdeka", ucap Obama Majelis Umum PBB.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, di Sidang Majelis Umum PBB, hanya menjadi corong Israel, dan pidatonya tak lebih hanya sampah, yang harus ditelan para anggota PBB, yang sudah tidak lagi dapat menelannya. (mh/tm/eramuslim/voa-khilafah.co.cc)