Sebuah ayat kubuka, ayat al Taubah 9: 31.
Bagaimana bunyinya sahabat-sahabatku?
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib (pendeta-pendeta) mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.(QS. At-Taubah [9] : 31)
Pada satu saat, Baginda Rasulullah yang mulia, yang kita cintai dengan darah dan kerinduan hingga sesak itu berbisik di telinga, menyentuh hati kita dengan kehangatan ucapannya.
Apa yang beliau katakan?
Melalui Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Adi bin Hatim Ath-Thai, bahwa Adi bin Hatim mengahadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan di lehernya ada salib, sementara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam membacakan ayat Al Taubah 9:31.
Ia (Adi bin Hatim) berkata:
"Maka aku interupsi, mereka tidak pernah menyembah (para pendeta)."
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Ya (mereka menyembah para pendeta). Jika (para pendeta) mengharamkan kepada mereka sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram, mereka mengikuti (para pendeta itu) maka itulah cara mereka menyembah pendeta mereka”.
(Ibnu Katsir, Maktabah Dar al-Salam, 1994, 2/459).
Saudaraku, siapakah yang kita sembah? Allah-kah? Atau partai, atau pemimpin politikmu? atau hawa nafsu?
Ketika kita menyatakan Ahmadiyah sesat, karena mereka memiliki wahyu Mirza Ghulam dalam 'kitab suci' Tadzkirahnya, karena kaum Ahmadiyah itu menjadikan Tadzkirah sebagai sumber hukum.
Maka tidak sesatkah kita, ketika kita mengambil sumber hukum tidak berdasarkan hukum Allah, diluar itu kita malah memusuhi manusia-manusia yang rindu syariat-Nya ditegakkan? membuat fitnah atas mereka?