Voa-Khilafah.co.cc - Berapa banyak perpisahan begitu sulit bagi seseorang. Apalagi jika berpisah dengan orang yang sangat dicintai. Dan lebih manyakitkan bila perpisahan itu terjadi dengan orang yang selama ini menyertainya dalam perjuangan. Akan tetapi apa yang terjadi pada Umiyah Juha lebih pahit dari itu. ia kehilangan suaminya, As-Syahid Romi Saad dan setelah itu ia juga harus kehilangan suami keduanya, As-Syahid Wail Uqailan.
Menolong janda-janda -atau para gadis, yang sedang menunggu pasangannya di garis qadarullah yg di tuliskan Allah dalam lauhul mahfudz baginya saat usianya terus bertambah- yang tidak ada yang meminang mereka, lebih-lebih setelah perang, dimana laki-laki meninggal dalam jumlah besar baik yang telah menikah maupun belum menikah. Maka janda-janda mereka dan perawan-perawan mereka, apakah lebih baik mereka tetap seperti itu tanpa suami yang menolong mereka dan membiarkan mereka tetap menjadi perawan-perawan tua dan menjanda ? Tentunya tidak, jelas lebih baik bagi mereka menjadi isteri kedua atau ketiga atau keempat, jika memang perempuan itu menginginkan yang demikian.
Pilih Yang Salihah
Meski Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menganjurkan para pria untuk lebih mengutamakan perawan untuk dinikahi, bukan berarti beliau melarang seorang pria menikahi janda. Bukankah sebagian besar istri beliau juga janda?
Bagi seorang pria, menikahi janda juga bisa dijadikan pilihan. Apalagi jika ia berniat untuk menyantuni seorang wanita yang tidak lagi bersuami dan anak yatim yang kehilangan kasih sayang seorang ayah. Jika dilakukan dengan ikhlas, semua itu insyaallah akan membuahkan pahala yang besar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Menolong janda-janda -atau para gadis, yang sedang menunggu pasangannya di garis qadarullah yg di tuliskan Allah dalam lauhul mahfudz baginya saat usianya terus bertambah- yang tidak ada yang meminang mereka, lebih-lebih setelah perang, dimana laki-laki meninggal dalam jumlah besar baik yang telah menikah maupun belum menikah. Maka janda-janda mereka dan perawan-perawan mereka, apakah lebih baik mereka tetap seperti itu tanpa suami yang menolong mereka dan membiarkan mereka tetap menjadi perawan-perawan tua dan menjanda ? Tentunya tidak, jelas lebih baik bagi mereka menjadi isteri kedua atau ketiga atau keempat, jika memang perempuan itu menginginkan yang demikian.
Pilih Yang Salihah
Meski Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menganjurkan para pria untuk lebih mengutamakan perawan untuk dinikahi, bukan berarti beliau melarang seorang pria menikahi janda. Bukankah sebagian besar istri beliau juga janda?
Bagi seorang pria, menikahi janda juga bisa dijadikan pilihan. Apalagi jika ia berniat untuk menyantuni seorang wanita yang tidak lagi bersuami dan anak yatim yang kehilangan kasih sayang seorang ayah. Jika dilakukan dengan ikhlas, semua itu insyaallah akan membuahkan pahala yang besar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
تُنْكَحُ النِّسَاءُ لِأَرْبَعَةٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَلِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
, “Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah agamanya, (kalau tidak) engkau akan celaka.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Pilihan Seorang Janda di Akhirat
wanita itu untuk suaminya yang paling baik akhlaknya, yang jika ia diberi kebebasan untuk memilih pasti memilihnya. Pendapat ini didasarkan pada hadist Anas Radhliyallahu?anhu dalam Mu'jam Al-Kabir,
Bahwa Ummu Habibah menanyakan kepada Rasulullah Shallahu'alaihi wa Sallam tentang wanita yang bersuami lebih dari satu, maka Rasulullah Shallahu?alaihi wa Sallam menjawab: Ia untuk yang terbaik akhlaknya. Wahai Ummu Habibah baiknya akhlak telah membawa kebaikan dunia dan akhirat?, (Hadist Dha'if, Lihat Ihya' Ulumuddin: 3/45, Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158 dari Ummu Salamah, Al-Qurthubi dalam Al-Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir:460)
Syekh Athiyah Saqr dari Al-Azhar memandang bahwa ini adalah termasuk perkara ghaib yang seharusnya dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak bisa kita pastikan kecuali dengan khabar yang qath'i (pasti). Menurutnya pendapat yang lebih mirip dengan kenikmatan surga yang agung adalah pendapat yang kedua, yaitu untuk suaminya yang terbaik. Wallahu a'lam. (Fatawa Al-Azhar:10/28)
Diriwayat lain juga dikatakan :
Ummu Salamah berkata, “Ya Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan merekapun masuk surga. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?” Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu diapun memilih siapa di antara mereka yang paling baik akhlaqnya. Lalu dia berkata, “Rabbi, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya…” …Wahai Ummu Salamah, akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (HR At Thabrani)
Hikmah Menikahi Janda
"maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat anianya" An-Nisaa’ : 3
Beberapa hikmah yang insya Allah dapat dipetik dari menikahi janda, antara lain :
1. Terselamatkannya mereka dunia dan akhirat
Allah berfirman dalam KitabNya Yang Mulia: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’, kemudian mereka bersikap istiqamah, maka akan turun malaikat kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’” (Fushshilat:30)
2. Terselamatkannya anak mereka dari didikan yang tidak Islami
” Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah.” (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Mu’atstsirat as Salbiyah fi Tarbiyati at Thiflil Muslim wa Thuruq ‘Ilajiha, hal. 76).
“Jauhilah oleh kalian rumput hijau yang berada di tempat kotor.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan rumput hijau yang berada di tempat kotor itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu, wanita yang sangat cantik, yang tumbuh berkembang di tempat yang tidak baik.” (HR. Daruquthni)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6 ).
Imam adh-Dhahaq dan Muqaatil berkata, “seorang muslim wajib mengajari keluarganya (istri dan anaknya), termasuk juga kerabat-kerabatnya, budaknya yang perempuan dan laki-laki, apa saja yang telah Allah perintahkan dan larang atas mereka.”
Menurut Imam as-Sa’di makna memelihara keluarga dan anak-anak yaitu dengan mendidik dan mengajari mereka, menekankan mereka untuk melaksanakan perintah Allah, karena seorang hamba tidak akan selamat kecuali jika ia melaksanakan perintah Allah terhadap diri pribadinya dan orang-orang yang ada di bawah kendalinya, seperti istri, anak-anak, dan selain mereka yang di bawah kuasanya.
3. Tersebarkannya kasih sayang diantara kaum muslimin, diantara para muslimah, dan anak anak yatim.
“Wahai Rasulullah, saya memiliki saudara-saudara perempuan yang berjiwa keras, saya tidak mau membawa yang keras juga kepada mereka. janda ini saya harapkan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.” kata Jabir “benar katamu” jawab Nabi SAW.
"Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya." (HR. Ibnu Khuzaimah dari Salman Al-Farisi pada Khutbah Rasulullah SAW menyambut Ramadhan)
Rasulullah S A W bersabda: Saya dan orang yang menanggung ( memelihara ) anak yatim. Ada disorga bagaikan ini, seraya beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan beliau merentangkan kedua jarinya itu. ( HR. Bukhari )
Allah berfirman: Nescaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. (TQS Ali Imran : 31) Sesunggahnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir (TQS Ali Imran:32)
Al-Baidhawi menafsirkan pasti Allah akan redha kepadamu. Cinta Allah kepada kaum mukmin adalah pujian, pahala dan ampunanNya bagi mereka.
Al Azhari berkata, ‘ Cinta Allah kepada hambaNya adalah memberikan kenikmatan kepadanya dengan memberi ampunan’.
Sufyan bin Uyainah menafsirkan, Allah akan mendekatkan padamu. Cinta adalah kedekatan.
Dari Anas ra, Nabi saw bersabda: Ada tiga perkara, yang sesiapa memilikinya ia telah menemui kemanisan iman. Iaitu orang yang mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari yang lain, (kedua), orang yang mencintai seseorang hanya kerana Allah, (ketiga) dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke neraka.(Mutafaq’alaih)
Sunguh besar balasan oranng yang mencintai kerana Allah swt. Dalam sebuah hadith Qudsi Riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya kelak di hari Kiamat Allah akan berfirman, “ Di mana orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan kepadanya dalam naungan Ku di saat tiada naungan kecuali naungan Ku”
Allah ‘Azza wa jalla berfirman, “ Orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan Ku, mereka mendapat mimbar-mimbar dari cahaya. Para Nabi dan syuhada pun tertarik dengan mereka. (HR: Tirmizi, Hasan shahih)
25/08/2009
01:10 WIB