HTI Press. Tim Lajnah Faaliyah DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jateng dipimpin Ust Abdullah IAR, menghadiri undangan diskusi terbatas yang diselenggarakan FKDM (Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat) Provinsi Jawa Tengah. Diskusi ini bersifat setara dan setiap delegasi mempunyai kesempatan berbicara. Diskusi dihadiri juga oleh beberapa organisasi Islam yaitu Front Pembela Islam (FPI) Jateng, Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) Jateng, Majelis Tafsir Alquran (MTA), LDII Jateng dan KAMII dan FKUB (Forum kerukunan umat beragama). Diskusi dilaksanakan setelah berbuka puasa bersama.
Menurut penggagas acara yaitu BP M Yulianto yang jga ketua FKDM, forum dan diskusi ini untuk membangun silaturahmi di antara komponen masyarakat, yang juga dengan maksud untu mengisi kegiatan Romadlon. Diskusi dipandu oleh H Rosihan, pengajar dari Universitas Sultan Agung Semarang, dengan pointers tentang pandangan ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an serta kemajemukan.
Pertama bicara adalah delegasi dari FPI dengan juru biaca Ust Khoiru, yang memaparkan mengenai visi FPI. FPI juga menyampikan bahwa apa yang dilakukan selama ini sebenarnya dalam tataran formal sudah mengedepankan asas formal yaitu mengirim pemberitahuan dan permintaan resmi melalui surat kepada kepolisian untuk bertindak. Moderator jga menanyaka hal hal yag bersifat nasionalis , kemajemukan, hormat bendera dan wawasan kebangsaan. FPI merasa nasionalis karena menginginkan syariah untuk memperbaiki kondisi bangsa ini. Yang diperjuangkan FPI mirip dengan MMI yang tampil berikutnya, hanya dengan format yang lain.
Pada giliran kedua adalah dari HTI Jateng yang disampaikan Ust Abdullah. Beliau menyampaikan kondisi faktual negri ini yang sangat memprihatinkan dari berbagai sisi, terutama ekonomi, politik, moral dan sebagainya. Beliau memperlihatkan fakta dan data yang sangat akurat. Beliau mengedepankan perlu adanya perubahan sistem dan pilihan logis atas itu adala Sistem Islam, karena terbukti Komunis sudah ditinggalkan, dan kapitalis semakin menambah buruk keadaan. Ketika ditanya moderator tentang Nasinalisme, Ust Abdullah menjawab dengan sangat cerdas, justru yang tidak nasionalis itu adalah yang membuat negeri ini semakin kacau, dan sistem demokrasi sekuler seperti ini semakin membuat kondisi menjadi lebih buruk.
Apa yang disampaikan Ust Abdullah diamini oleh delegasi Front Tariqatul Jihad (FTJ), yaitu “harus ada perubahan sebagaimana yang Saudara HTI sampaikan !”. Dari FTJ juga menyampaikan mengenai keprihatnannya terhadap penembakan umat Islam yang disamka teroris, tanpi pembuktian terlebih dahulu.
Diskusi diwarnai dengan kedatangan jemaat ahmadiyah yang pada sesi akhir acara rombongannya (yang juga diundang oleh panitia) memasuki ruangan. Setelah mereka disuruh bicara langsung akan memberikan pernyataan yang menyesatkan. Dan langsung semua hadirin lainnya sepakat agar jemaat ahmadiyah tidak diperbolehkan bicara dan mengikuti diskusi karena ajarannya yang sesat dan menyesatkan. Kemudian pemimpin diskusi mengetok palu persetujuannya agar jemaat ahmadiyah tidak berbicara.
Dari sebagian besar peserta yang menyampaikan idenya sebenarnya memerlukan agar syariat ini diformaliasasi dan menjadi dasar untuk bermasyarakat dan bernegara. (I’lamy Jateng)
--->Setelah acara usai, seorang peserta dari WALUBI terpesona dengan gagasan Hizbut Tahrir dan akan menghadiri diskusi publik yang akan diselenggarakan HTI Jateng. (hizbut-tahrir.or.id/voa-khilafah.co.cc)
Voice of Al Khilafah
AKHBAR
HIZBUT TAHRIR
HTI
KEGIATAN
NASIONAL
RAMADHAN
HTI Jateng Sampaikan Gagasan Perubahan ke Sistem Islam di Depan Tokoh-Tokoh Ormas Islam Jateng
Langganan:
Posting Komentar (Atom)