Memaknai Nuzulul Qur’an di Hari Kemerdekaan

Makassar, HTI Press. Selasa, 16 Ramadhan 1432 H, peringatan Nuzulul al Qur’an yang diadakan oleh DPD I HTI sulsel berlangsung hikmat dan penuh pesan-pesan moral kepada ummat. Selepas shalat ashar berjamaah di masjid Raya Makassar, kurang lebih 500an ikhwan dan akhwat kemudian melakukan konvoi menuju monumen Mandala. Terik mentari yang membakar sedari siang, pudar terselimuti lapisan awan yang mengangkasa, detik kemudian pupus oleh sapuan gerimis hujan tepat menjelang pembukaan acara. Lantunan syahdu ayat suci al Qur’an menyejukkan jiwa yang dahaga akan kedamaian.

Memperingati Nuzulul Qur’an berarti memperingati fungsi dan tujuan utama diturunkannya al Qur’an. Al Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Kenyataannya, saat ini begitu banyak aturan-aturan Allah dalam al Qur’an yang terabaikan, tidak diterapkan dalam aspek kehidupan kita.

Menarik bagi kita moment Nuzulul al Qur’an tahun ini bertepatan dengan peringatan HUT kemerdekaan RI. Mencoba memaknai kemerdekaan hakiki berdasarkan perspektif al Qur’an menjadi hal yang tepat bagi kita untuk mensinergikan kedua moment mensejarah tersebut.Dalam Islam, kemerdekaan hakiki adalah kemerdekaan dari penghambaan terhadap segala sesuatu selain Allah SWT. Atau istilah lainnya “Thoghut”. Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang menjadikan Allah dan RasulNya sebagai sumber hukum, bukan yang lain. Bukan sistem kapitalis, bukan sekularisme, dan bukan pula demokrasi.

“Terapkan hukum Qur’an dan Sunnah untuk Kemerdekaan Hakiki” demikianlah tema sentral peringatan Nuzulul al Qur’an 1432 H kali ini. Tulisan yang sama juga tertuang di dalam sebuah spanduk besar, dan seruan seruan hangat tentang pentingya syariah dan khilafah pada beberapa spanduk dan poster yang dipegang sebagianpeserta. Yang lain, mereka kebagian membawa al liwa dan arraya sambil menggenggam kitabsuci al Qur’an di tangan kanan mereka. Di acung-acungkan ke atas, sambil meneriakkan takbir dan kata khilafah, guruh menggemuruh, seru bertalu-talu. Di mobil pickup yang disulap menjadi mimbar orasi, silih berganti para syabab memberikan tausyiah nuzulul al Qur’an, penuh pesan-pesan akan pentingnya berhukum dengan hukum Allah, bersumber dari al Qur’an dan Sunnah Rasul. Pukul 17.00 WITA, barisan konvoi tiba di depan monumen Mandala. Dikawal aparat, dan diliput oleh awak media cetak dan elektronik, peringatan Nuzulul al Qur’an jelang usai.pembacaan seruan Ramadhan tegakkan al Quran dan sunnah untuk mencapai kemerdekaan hakikioleh Ustadz Muh. Kemal Shodiq dan rangkaian do’a oleh ustadz Nashruddin, S.Ag, khusyuk menutup acara.

Melalui Nuzulul Quran ini, mari bersama membangun Indonesia dengan spririt keimanan dan keislaman. Menjadikan al Qur’an sebagai basis sumber hukum, baik untuk diterapkan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, hingga ke level berbangsa dan bernegara. Akhirnya Nuzulul Quran di masa lalu membawa pesan yang sama di masakini dan akan selalumenjadi landasan struktural yang abadi di masa mendatang, menuju kemerdekaan yang hakiki. (hti/voa-khilafah.co.cc)

AuliaYahya, LajnahI’lamiyahSulsel
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers