Alih-alih mengedukasi generasi muda AS, kaum muslim AS menilai buku tersebut justru memberi stereotip --pencitraan-- negatif pada umat Islam secara umum.
Dilansir dari laman Sydney Morning Herald pada Sabtu 3 September 2011, buku mewarnai setebal 36 halaman tersebut bertajuk 'Jangan Pernah Kita Melupakan 9/11 - Buku Kebebasan Anak-Anak'. Di dalamnya terdapat momen-momen penting dari peristiwa 11 September 2001.
Salah satu halaman yang memicu kemarahan kaum muslim menggambarkan Osama Bin Laden --lengkap dengan surban dan jenggotnya, berlindung di balik seorang perempuan yang mengenakan niqab (cadar). Di depan mereka terdapat seorang pasukan Navy SEAL yang menembakkan senapannya ke arah Bin Laden.
Teks yang menyertai gambar tersebut berbunyi: 'Anak-anak, faktanya adalah, aksi terorisme ini dilakukan oleh kelompok ekstremis Islam radikal yang benci kedamaian. Orang-orang gila ini membenci gaya hidup ala Amerika karena kita BEBAS dan masyarakat kita BEBAS.'
Para pemuka agama Islam AS mengecam buku tersebut, yang dianggap tak bisa membedakan teroris yang bertanggung jawab atas serangan dengan pemeluk Islam pada umumnya. "Buku ini penuh kebencian, penghasut, dan tak pantas untuk usia berapa pun," kata Amina Sharif, dari Majelis Hubungan Islam-Amerika.
Sharif juga menambahkan bahwa frase 'kelompok ekstremis Islam radikal' digunakan lebih dari sepuluh kali. Dilansir dari laman TIME, Dawud Walid, wakil ketua Majelis Hubungan Islam-Amerika, menyampaikan bahwa buku itu akan secara tak langsung menanamkan dalam pikiran anak-anak bahwa Islam identik dengan terorisme.
Pengarang buku, Wayne Bell, mengklaim bahwa cetakan pertama buku tersebut sebanyak 10 ribu kopi telah terjual habis. Ia juga menambahkan bahwa bukunya tidak mengandung unsur menyinggung.
"Buku ini adalah tentang sejarah, jadi sangat faktual. Buku ini juga tidak menggambarkan suatu kelompok tertentu, dan kami bicara tentang 19 pembajak yang masuk AS dan membunuh ribuan orang," kata Bell. (vivanews/voa-khilafah.co.cc)