Jakarta (voa-khilafah.co.cc) – Pengamat Islam dan peradaban yang juga Pemimpin Majalah Gontor Adnin Armas, menjelaskan, ketika zaman keemasan Islam, telah banyak lahir ilmuwan Islam yang mumpuni di bidang agama Islam. Mereka banyak menemukan teori-teori baru dan membuat berbagai macam peralatan yang memiliki arti penting dalam sejarah peradaban dunia.
Misalnya, di bidang matematika, para pakar matematika Muslim telah member kontribusi nyata dalam menemukan berbagai macam teori, seperti sistem bilangan decimal, sistem operasi dalam matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, eksponensial, dan penarikan akar.
Tak Cuma itu, mereka juga memperkenalkan angka-angka dan lambing bilangan, termasuk angka nol (zero). Mereka juga menemukan bilangan phi, persamaan kuadrat, algoritma, fungsi sinus, cosines, tangent, cotangent, dan lain-lain. Pakar matematika Muslim itu antara lain: al-Khawarizmi, al-Kindi, al-Karaji, al-Battani, dan Umar Khayyam yang tekah banyak memberikan warna di dunia sains.
Sementara itu dibidang kimia ada namaJabir Ibnu Hayyan, al-Biruni, Ibnu Sina, ar-Razi, dan al-Majriti. Jabir Ibnu Hayyan yang telah memperkenalkan eksperimen kimia mendapat predikat sebagai “Bapak Kimia Modern”.
Di bidang biologi, para ilmuwan Muslim menorehkan namanya. Mereka antara lain: al-Jahiz, al-Qazwini, al-Damiri, Abu Zakariya Yahya, Abdullah bin Ahmad bin al-Baytar, dan al-Mashudi. Al-Jahiz adalah pencetus pertama teori evolusi. Sayang, namanya tidak disebutkan dalam buku-buku pelajaran biologi di sekolah maupun di perguruan tinggi. Pelajar dan mahasiswa lebih mengenal nama Charles Darwin, ilmuwan yang hidup seribu tahun sepeninggal al-Jahiz.
Sedangkan di bidang Fisika, ada al-Haitham, Ibnu Bajjah, al-Farisi, dan Fakhruddin ar-Razi. Selain jago fisika, Fakhruddin ar-Razi juga jago matematika, astronomi, dan ahli kedokteran. Ia adalah ulama yang intelek.
Fakhruddin juga seorang mufassir yang ahli kedokteran dan fuqaha yang ahli matematika. Para ilmuwan Muslim yang hidup di era keemasan Islam itu memang jago dibidang ilmu kealaman, sekaligus pakar agama. Mereka ahli tafsir, pakar syariah, dan bidang-bidang lainnya.
“Kami ingin membuka tabir dan menggali harta karun yang terpendam, berupa ilmu, untuk dihidupkan kembali. Sangat disayangkan, pelajar sekarang lebih mengenal Marcopolo ketimbang Ibnu Baitutah. Sebetulnya, banyak karya yang belum dikaji (masih berupa manuskrip). Karena itu, kami berharap akan melahirkan generasi ulama yang intelek. Kami yakin, generasi Muslim yang luar biasa itu bisa kembali diwujudkan,” kata Adnin Armas yang sedang menyelesaikan gelar doktornya di sebuah universitas ternama di Malaysia. (Desastian/voa-islam/voa-khilafah.co.cc)