HTI Jawa Barat Serukan Penegakkan Syariat Islam


Voa-Khilafah.Blogspot.Com - SOREANG, (PRLM).- Puluhan ribu massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memadati stadion Si Jalak Harupat, kutawaringin, Kab.Bandung, Rabu (30/6), mengikuti Konferensi Rajab 1432 H. HTI menyerukan pentingnya penegakkan syariat Islam dan khilafah untuk menyejahterakan umat manusia.
Konferensi Rajab menghadirkan sejumlah pembicara yang hadir di panggung utama di tengah_tengah stadion yakni Ketua HTI Jabar Ustaz M.Riyan, Humas HTI Jabar Ustaz Luthfi Affandi, dan dua orang pengurus HTI pusat yakni KH. Fahmi Lukman dan KH. Arim Naim.
Menurut KH. Arim Naim, sistem pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya yang berkembang saat ini merupakan sistem kapitalis yang berkedok kesejahteraan umat manusia. “Padahal mereka melakukan penjajahan gaya baru termasuk kepada negara-negara Muslim sehingga negara-negara Muslim tak berdaya dan mengikuti kemauan mereka,” katanya.
Padahal, ketika khilafah Islam masih berjaya membuat kesejahteraan umat manusia bukan lah retorika. “HTI yakin dengan kaum Muslimin di bawha khilafah akan tercipta kesejahteraan,” ujarnya.(A-71/A-147)***
25 Ribu Anggota HTI Jabar Padati Jalak Harupat
TRIBUNNEWS.COM, KUTAWARINGIN - Sedikitnya 25 ribu anggota Hizbut Tahrir Indonesia se-Jawa Barat memadati Stadion Si Jalak Harupat, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Rabu (29/6/2011). Mereka memenuhi stadion termegah di Jawa Barat itu untuk mengikuti tablig akbar dan konferensi rajab 1432 hijriah.
Ketua Humas Tablig Akbar dan Konferensi Rajab Hizbut Tahrir, Nazar Ali mengatakan, acara ini terkait dua momen penting yakni Isra Miraj pada 27 Rajab atau 29 Juni 2011 dan peristiwa runtuhnya kilafah islamiyah di Turki pada 28 Rajab 1342 hijriah atau 3 Maret 1924.
“Kami ingin menyadarkan umat islam untuk kembali kepada keislamannya. Islam adalah solusi, mari kita sama-sama bangkit untuk meraih keberhasilan di dunia dan akherat,” ujar Nazar di Jalak Harupat, beberapa saat lalu.
Selain diisi tablig akbar dan pidato sejumlah petinggi Hizbut Tahrir, pada acara ini juga digelar pentas seni dan teatrikal, meliputi happening art, rampak kendang, konser angklung, pencak silat, dan gamelan Sunda. (*)
PULUHAN RIBU ORANG HADIRI KONFERENSI RAJAB
ANTARAJAWABARAT.com,29/6 - Puluhan ribu orang dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menghadiri Konferensi Rajab 1432 H di Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Acara tersebut dimaksudkan untuk memperingati dua momen besar dalam sejarah Islam yakni Isra Mi’raj dan peristiwa runtuhnya khilafah Islamiyah di Turki, kata Humas Konferensi Rajab 1432 HTI Nazar Ali kepada wartawan, Rabu.
Oleh karenanya dalam acara tersebut, panitia tidak hanya akan menyajikan materi ceramah kepada massa yang hadir juga pentas seni dan aksi teaterikal.
“Kondisi umat Islam saat ini sangat memprihatinkan sekali karena didera berbagai macam masalah. Padahal Islam adalah solusi, mari kita sama-sama bangkit untuk meraih keberhasilan di dunia dan akhirat,” kata Nazar.
Sementara itu, Arim Naim sebagai pengurus pusat HTI mengatakan, sistem yang digunakan oleh pemerintah saat ini baik ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya merupakan sistem kapitalis yang berkedok kesejahteraan umat manusia.
Disisi lain sistem pemerintahan Islam yang diwajibkan oleh Tuhan alam semesta adalah sistem Khilafah. Di dalam sistem Khilafah ini Khalifah diangkat melalui baiat berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya untuk memerintah sesuai dengan wahyu yang Allah turunkan.
“Keterputusan kaum Muslim dengan akar sejarah masa lalu merekalah yang menjadikan Khilafah asing, bukan hanya dalam konteks sistem pemerintahan mereka, tetapi bahkan dalam kosakata politik mereka. Kalaupun sebagian kalangan Muslim mengakui eksistensi Khilafah dalam sejarah, gambaran mereka tentang Khilafah bias dan beragam,” menurutnya.
Ada yang menyamakan Khilafah dengan kerajaan. Ada yang menganggap Khilafah sebagai sistem pemerintahan otoriter dan antidemokrasi. Ada yang memandang Khilafah sama dengan sistem pemerintahan teokrasi. Ada juga yang menilai Khilafah sebagai sistem pemerintahan gabungan antara demokrasi dan teokrasi.
“Ketika dijelaskan bahwa sistem pemerintahan Khilafah bukan monarki (kerajaan), bukan republik, bukan kekaisaran (imperium) dan bukan pula federasi, sebagian kalangan Muslim sendiri malah ada yang menyindir, bahwa kalau begitu, Khilafah adalah sistem pemerintahan yang bukan-bukan. Sikap demikian wajar belaka mengingat Umat sudah lama hidup dalam sistem pemerintahan sekular,” katanya.***6***
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers