JAKARTA, Voa-Khilafah.co.cc - Gaya hidup hidup mewah para pejabat negara yang kini menjadi perbincangan, tak bisa mutlak dipastikan sebagai kehendak personal si pejabat. Ada kemungkinan, situasi lingkungan "memaksa" mereka untuk mengkondisikan diri agar diterima dengan mudah di suatu lingkungan tertentu.
Hal itu setidaknya bisa dibuktikan dengan cerita dari Mahadi Sinambela, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Kabinet Persatuan Nasional saat kepemimpinan Presiden Abdurahmmad Wahid. Suatu ketika, saat hendak masuk ke Istana Negara untuk memenuhi panggilan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia dilarang masuk lewat pintu utama oleh pasukan pengamanan Istana.
Bukan karena tidak membawa undangan, atau melanggar aturan protokoler. Satu hal yang menjadi masalah kala itu adalah, ia mengendarai mobil niaga Toyota Kijang dan bukan mobil mewah "khas" pejabat.
"Saya harus muter dari Kantor Setneg. Karena mereka tahu saya dipanggil Pak SBY, saya dikejar, disuruh masuk (lewat pintu utama). Mungkin kalau mobil saya Lexus, nggak usah ditanya-tanya langsung masuk," kata Mahadi ketika diskusi Dewan Perwakilan Daerah (DPR) bertema "Betulkah Pejabat Negara Hedonis?" beberapa waktu lalu.
Mahadi menambahkan, terkadang perlakuan berbeda antara pengendara mobil mewah dengan mobil standar ditunjukkan oleh petugas keamanan di lembaga negara lain. "Kalau kita pakai mobil butut, satpam agak marah," kata dia.
Bahtiar Effendy Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah mengatakan, sikap hedonis para pejabat yang kerap ditunjukkan bukan hanya dengan memakai mobil, pakaian, atau asesoris mahal. Menurut dia, pengawalan untuk menembus kemacetan juga merupakan sikap hedonis. "Forijder itu mengganggu sekali," kata dia. [kompas/gm/voa-khilafah.co.cc]