Voa-Khilafah.co.cc--Belasan tukang ojek melakukan aksi protes terhadap kegiatan ibadah dan kebaktian yang dilakukan di trotoar Jalan Ring Road, Taman Yasmin, Kelurahan Curug Mekar, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (27/11/2011).
Pemrotes yang merupakan penduduk asli setempat itu merasa dirugikan dengan kegiatan kebaktian tersebut. Mereka mengaku tidak bisa mengais rejeki seperti biasanya karena jalan yang biasanya mereka gunakan disterilkan alias tidak bisa dilalui.
Salah seorang tukang ojek, Lukas Permana, 30 Tahun, yang ditemui Hidayatullah.com di lokasi, mengaku merasa sangat terganggu dengan kegiatan itu. Dia mengungkapkan, sebagai orang kecil, dirinya mengandalkan nafkah untuk keluarga dari mengojek setiap hari.
Hari Ahad biasanya dia mendapat penghasilan hingga ratusan ribu rupiah, namun terpaksa harus rela bersabar sejak kebaktian itu rutin digelar di jalan yang menjadi jalur tempuhnya.
“Sangat mengganggu kegiatan kami sebagai warga di sini. Kami warga asli kampung sini. Kami meminta pihak GKI bisa mengerti dan tidak lagi melakukan kebaktian di trotoar. Kami sudah cukup bersabar, tapi kenapa mereka tidak mau menghargai kami. Ini bukan urusan agama, tapi ini utusan perut,” kata Lukas di antara kerumunan massa di Taman Yasmin.
Sementara itu, pembina ojek di Taman Yasmin Eka Setiawan, mengatakan setiap kegiatan kebaktian, yang dilakukan dari pagi hingga siang hari itu, pendapatan mereka menjadi tersendat karena akses jalan mereka dibatasi oleh polisi.
“Kami melakukan protes ini tidak ada sangkut pautnya dengan agama. Jangan kait-kaitkan ini dengan agama. Kami hanya ingin kami bisa kembali bekerja mencari nafkah seperti biasa,” cetus Eka Setiawan.
“Kalau seperti ini terus kan, ekonomi kami terganggu. Kami juga mau makan, ini urusan perut,” sambungnya.
“Kami berharap kepada kawan-kawan kami, teman-teman media, untuk benar-benar menyampaikan fakta sesunguhnya. Jangan ditampilkan seolah-olah Kota Bogor ini mau perang. Gak usah bilang itu, tunggu Armageddon datang aja,” ungkap dia lagi.
“Kami ini tukang ojek cuma nyari makan, tukang ojek pemikirannya polos. Itu saja, tolong hargai kami yang mau nyari duit,” paparnya.
Eka menjelaskan, pihaknya ingin masalah ini diselesaikan sesuai peraturan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kendati demikian, guna melakukan upaya-upaya tersebut, tukang ojek sudah pernah menawarkan melakukan dialog dengan pihak GKI, tapi tidak ada tanggapan.
Dirinya berharap GKI Yasmin mematuhi peraturan yang sudah dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.
“Pemerintah juga sudah memberikan relokasi di Harmoni, harusnya mereka taat aturan,” katanya.
Senada dengan itu, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Curug Mekar, Bogor Barat, Aang Syahwana, dengan nada tinggi di tengah kerumunan massa tukang ojek meminta pihak GKI Yasmin untuk tidak mengobok-obok kampung Curug Mekar. Pihaknya pun menyatakan siap melakukan dialog kapan pun. Tapi sayangnya, menurut dia, pihak GKI tidak mau mengerti.
“Mau musyawarah, silakan, mau ngobrol, silakan. Tapi hargai orang orang kecil yang cari nafkah di sini. Berapa minggu kami harus bersabar tapi ternyata mereka tidak ngerti juga. Mau apa mereka ini di kampung kami ini. Jangan obok-obok kampung kami,” terang Aang dengan suara lantang.
Sejurus kemudian, tampak pimpinan jemaat sempat terpancing dan menanggapi komentar Aang. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sejumlah jemaat GKI Yasmin yang telah hadir di dekat lokasi kebaktian sejak pagi itu memilih diam saja dan lambat laun satu satu meninggalkan tempat mereka berkumpul di depan gerbang perumahan Taman Yasmin.
Di lokasi, Hidayatullah.com telah berusaha melakukan konfirmasi ke pihak GKI Yasmin, namun sayangnya tak ada yang bisa diwawancara. Sejumlah pemuda dari jemaat yang masih ada di lokasi depan gerbang perumahan Taman Yasmin, saat dimintai komentarnya, tak memberi tanggapan.
“Nggak tahu,” jawab salah satu di antara mereka ketika ditanya siapa tokoh GKI Yasmin yang bisa diwawancarai.*hid/voa-khilafah.co.cc