Gereja Tanggapi Usulan Khitan untuk Warga Papua

Voa-Khilafah.co.cc - Pemerintah telah merekomendasikan khitan (sunat) bagi warga di Papua selama dua tahun terakhir sebagai pendekatan baru untuk mengatasi peningkatan pesat dalam kasus HIV/AIDS.

Di bagian lain Indonesia, khitan adalah umum dan bagian dari budaya yang telah dilestarikan dalam masyarakat secara turun-temurun. Namun, di Papua orang tidak selalu mempraktekkan khitan itu.

Bagi orang Papua, khitan sering dianggap bertentangan dengan baptisan, karena cenderung berhubungan dengan Muslim.

“Tradisi Gereja di Papua tidak mengakui khitan karena telah digantikan dengan baptisan, meskipun fakta bahwa Alkitab tidak menyatakan bahwa khitan diganti dengan baptisan. Tetapi baptisan adalah pemenuhan khitan. Yesus sendiri, sebagai seorang Yahudi, juga dikhitan,” kata dosen theologia dari STT Isak Samuel Kijne Pdt. Sostenes Sumihe baru-baru ini, seperti dilansir The Jakarta Post, Kamis, 10 November 2011.

“Setelah kampanye khitan, banyak orang Papua mulai menyunat anak mereka dan banyak menanyakan kami apakah khitan bertentangan dengan agama kita. Saya mengatakan kepada mereka bahwa itu tidak bertentangan dengan agama dan tidak dosa.”

Ketua Komisi Pemberantasan AIDS di Papua (KPA) Constan Karma mengatakan bahwa berdasarkan rekomendasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), khitan dapat mengendalikan 60 persen dari infeksi HIV/AIDS.

“Berdasarkan rekomendasi WHO, khitan dapat menekan infeksi HIV/AIDS hingga 60 persen, maka kita diwajibkan untuk menyebarkan informasi yang baik,” katanya.

Konstan menyebutkan bahwa 100 persen masyarakat etnis Toraja yang tinggal di Papua adalah penganut Protestan, dilakukan khitan dan sangat sedikit yang telah terinfeksi oleh penyakit itu.

“Saat ini, jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Papua telah mencapai 10.500 kasus, dan 80 persen dari mereka adalah orang asli Papua dan 20 persen non-Papua. Dari 20 persen, hanya 14 kasus melibatkan orang-orang dari komunitas etnis Toraja,” tambahnya.

Menurut Constan, kampanye khitan, yang telah dilakukan selama tiga tahun terakhir, telah berhasil secara signifikan. Tahun lalu, dari 350 anak dikhitan, 76 adalah anak-anak asli Papua. Program ini disponsori oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

“Ini menunjukkan bahwa warga masyarakat mulai memahami pentingnya khitan untuk alasan medis dan kesehatan.”

Menurut Sumihe, Gereja-gereja Papua dikelompokkan di bawah Persekutuan Gereja Papua akan mengeluarkan seruan pastoral dalam upaya untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS. “HIV/AIDS adalah masalah serius di Papua, sehingga Gereja dipanggil untuk mencegah pengikutnya dari penyebaran penyakit itu.”

Kajian Ilmiah
Sebelum ini, tiga kajian yang dilakukan pada tahun 2006 menunjukkan bukti kuat bahwa khitan terhadap lelaki mampu menghalang terjangkitnya HIV. Penyataan ini disampaikan, Dvora Joseph, Kepala Departemen HIV di Population Services International, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di AS.

"Ini adalah seruan untuk bertindak, untuk melakukan khitan para pria. Walaupun sudah dua tahun dan kekurangan dana, fokus untuk meningkatkan usaha dan banyak lagi yang perlu dilakukan guna mencapai ke arah itu,“ demikian ujar Dvora.

Menurut Dvora, walaupun terdapat penduduk yang mulai menerima anjuran ini, stigma khitan ternyata masih cukup kuat.

Menurut reuters, stigma dikarenakan tidak adanya promosi secara nasional tentang khitan pria. Menurutnya, untuk mencapai itu diperlukan lebih banyak pendidikan guna mengenalkannya.

Sebelum ini, beberapa penelitian juga menunjukkan hasil yang sama. Tahun 2007, Khitan dinyatakan dapat mengurangi risiko terjangkitnya AIDS sebesar 60 persen. Kesimpulan terbaru hasil pertemuan sekitar 380 ahli medis dari berbagai negara.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), salah satu lembaga yang berada di bawah National Institute of Health (NIH) Amerika. Riset di Kisumi, Kenya, melibatkan sebanyak 2.784 pria. Sementara di Rakai, Uganda, responden berjumlah 4.996 pria, berusia antara 18-24 tahun.

Kewajiban khitan itu pertama kali disyariatkan kepada Nabi Ibrahim AS, kemudian dilanjutkan Nabi Muhammad SAW dan dijalankan seluruh umatnya di muka bumi.*

(hid/voa-islam/voa-khilafah.co.cc)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers