Mumpung masih dalam nuansa Gerakan Imunisasi Nasional, cari2 tulisan ttg vaksinasi.
Tentang halal-haram vaksinasi, memang selamanya akan debatable. Krn ijtihadi. Tinggal mau ikut mujtahid yg mana.
Sementara soal keamanan dan efektifitas vaksin, tidak bisa menjadi perdebatan. Alias sudah baku.
Persoalannya, otoritas mana yg berhak menjamin keamanan dan efektifitas vaksin? Negara RI? Ah, ummat yg cerdas2 pasti ngga begitu saja percaya kpd pemerintah RI.
Riset yg bisa diakses jurnal ilmiah? Ah, itu khan buatannya orang kafir Barat :D atau. "itu khan produk Yahudi..."
Jadi?
Ya maunya, yg menjamin keamanan dan efektifitas adalah ilmuwan muslim di bidang kesehatan YANG DARI JAMAAHNYA.
Sayangnya, saya pribadi belum menemukan sosok ideal ini: pengemban dakwah yg nyaqofi dan pakar di bidang vaksin.
Yang ada adalah sejumlah tokoh muslim Indonesia yg 'pakar', tapi bkn dari kelompok dakwah tertentu.
Salah satunya adalah Prof. Dr. Aulani'am.
Empat belas tahun lalu, saya dkk di FK Unibraw masih sempat diajar Kimia Dasar oleh beliau yg waktu itu masih 'hanya' doktor. Sekarang beliau sudah profesor dan risetnya tentang vaksin. Minimal, saya tahu persis, waktu itu beliau adalah muslimah. Kepakarannya di bidang vaksin, diakui pemerintah dan PT. Biofarma (BUMN produsen vaksin Indonesia). *Sayangnya*, beliau belum orang pengajian :) meski bertahun lalu pas jadi mahasiswa Unibraw sudah bbrp kali dikontak (yg di UB, follow up, ya, please, deh, dong?)
Kayaknya ke depan, harus mendorong2 teman2 pengajian untuk terus belajar dan belajar dan bercita2 jadi mujtahid dgn kriteria minimal seperti yg disebutkan di Nizhamul Islam s/d Syakhshiyyah Islamiyyah: Paham fakta, dan paham dalil.
Vaksin adalah hasil riset dan bagian dari teknologi. Bagian dari madaniyah. Berikut tulisan seorang Profesor di bidang farmasi yg anaknya menderita autisme. Beliau menulis spesifik soal autisme dan vaksinasi MMR krn juga menerima banyak pertanyaan soal itu. Sekedar tambahan, di FB-nya beliau menulis sbg lecturer/reasercher di fak. farmasi UGM Yogya. Kalau meragukan 'kadar keislaman beliau' mungkin bisa minta tolong kerabat di Yogya utk nge-cek... ehehehe...
Berikut tulisan beliau. Semoga bermanfaat.
***
http://zulliesikawati.wordpress.com/2011/01/22/2033/
Vaksin MMR dan autisme : kisah penipuan ilmiah?
Dear kawan,
Maap, yah…. sudah lama tidak menulis lagi di blog ini…. lagi banyak pekerjaan koreksi-koreksi ujian dan lain-lain yang perlu diprioritaskan. Lagian sedang banyak yang lagi dipikirin….. tentang hidup ini..(cieee!). Well, tapi membiarkan blog ini tanpa tulisan baru juga jadi tambahan pikiran hehe….. mungkin sudah ada yang menanti (lebaaay……)… Yah, untung aku bukan penulis beneran yang mengandalkan nafkah dari menulis… Lha, kalau lagi ngga mood gini atau ga ada ide tulisan, bisa-bisa ngga makandeh….
Kawan, sebuah newsletter yang kulanggan dari Medscape belum lama ini memberitakan tentang tuduhan bahwa informasi tentang vaksin MMR sebagai penyebab autis adalah sebuah penipuan. Sementara, seorang teman di Face Book sempat pula menanyakan masalah tentang vaksin MMR dan autisme. Jadi aku pikir topik ini pasti bermanfaat jika diangkat sebagai tulisan dalam blog ini… walaupun sempat agak enggan menuliskannya.
Enggan? …Yah….menulis tentang autis selalu terasa mengiris…. karena itu akan membuatku sedih dan teringat si bungsuku Dhika yang juga mengalami spektrum Autisme. Walaupun sudah kami terima dengan ikhlas sebagai bagian dari rencana Allah bagi kami, tetap saja ada saat-saat aku merasa putus asa dan berat. Yah, tapi apapun… pasti ada tujuan Allah menakdirkan ini supaya kami lebih ingat kepadaNya dan berlatih sabar dan tawakal. Well, ngga usah mellow deh….. nanti malah ga jadi nulis…
Prof. Zullies Ikawati & si bungsu Dhika |
Autisme
Apa yang menyebabkan autisme?
Penyebab autisme cukup kompleks, dan ilmuwan masih mencoba untuk memahami apa penyebabnya. Para peneliti percaya bahwa faktor genetika memainkan peran dalam menyebabkan autisme dan bahwa faktor medis atau lingkungan yang lain juga mungkin terlibat, seperti pencemaran logam berat, makanan tertentu, dll. Para peneliti juga percaya bahwa kebanyakan kasus autisme dimulai sebelum atau segera setelah lahir. Salah satu yang pernah menjadi perdebatan seru adalah vaksin MMRsebagai penyebab autism. Benarkah?
Apakah vaksin MMR itu?
Vaksin MMR Vaksin MMR (mumps, measles, dan rubella) adalah vaksin terhadap tiga penyakit yang berbeda (campak, gondong, dan rubella) melalui satu suntikan. Vaksinasi diberikan dua kali selama masa kanak-kanak, dan telah sangat berhasil menekan kejadian penyakit campak, gondok, dan rubela (campak Jerman) pada anak-anak. Sebagai gambaran, sebelum vaksin diberikan kepada anak-anak, ada sekitar 400.000 kasus campak yang dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat, tetapi pada tahun 1999 setelah diperkenalkan vaksin ini, hanya ada 100 kasus yang dilaporkan.
Mengapa ada kekhawatiran tentang vaksin MMR menyebabkan autisme?
Kekuatiran tentang kemungkinan vaksin MMR sebagai penyebab autism dimulai pada tahun 1998, ketika sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan pada journal The Lancet oleh Andrew Wakefield,dkk, melaporkan adanya hubungan penggunaan vaksin MMR dengan kejadian sindrom autism. Dalam papernya Wakefield mengusulkan gagasan bahwa interaksi dengan virus bisa (1) memiliki dampak negatif pada sistem kekebalan anak; (2) menyebabkan infeksi persisten pada saluran pencernaan dan (3) pada gilirannya, dalam jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan otak dan mungkin autisme.
Studi itu sendiri sebenarnya hanya melibatkan 12 pasien, dan tidak pernah ada temuan lain yang mendukung atau mereplikasi temuan ini, namun karena mendapat liputan yang luas dari media, maka berita ini memicu kepanikan di antara orang tua, yang mengakibatkan jumlah vaksinasi MMR menurun drastis. Kontroversi dan debat mengenai hal ini kemudian berkembang terus hingga sekarang.
Bagaimana faktanya?
Publikasi ini menyebabkan banyak lembaga-lembaga kesehatan independen maupun Pemerintah mengkaji lagi mengenai hubungan antara vaksin MMR dengan autism. Dan setelah setelah meninjau semua studi, termasuk temuan Wakefield tadi, Institute of Medicine ( sebuah lembaga kesehatan independen non pemerintah di Amerika) telah menemukan bahwa bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pada tingkat populasi antara MMR dan autisme. IOM merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki kemungkinan langka ini dan untuk memahami lebih baik penyebab autisme pada umumnya.
Publikasi Wakefield adalah “penipuan” !!
Artikel Wakefield sendiri telah dicabut publikasinya oleh pihak The Lancet pada tg 2 Februari 2010. The Lancet mengatakan bahwa dalam sejarah 186 tahun berdirinya jurnal ini, artikel Wakefield merupakan 1 dari 10-15 studi yang pernah dicabut atau ditarik kembali publikasinya. Kalian lihat, kawan…… memerlukan waktu 12 tahun bagi Lancet untuk menarik artikel Wakefield dari publikasi di jurnalnya, yang menunjukkan perlunya pengkajian yang panjang dan serius tentang kebenaran hasil temuan ini. Penarikan artikel ini mengikuti temuan General Medical Council (GMC) Inggris yang mengatakan bahwa Andrew Wakefield, MD, dan dua rekannya bertindak “tidak jujur” dan “tidak bertanggung jawab” dalam menjalankan penelitian mereka. GMC juga menemukan bahwa studi ini belum disetujui Komite Etika yang sesuai, sementara dalam artikel itu dinyatakan sudah. Juga ditemukan bahwa 12 anak yang dilaporkan adalah memang sengaja dipilih untuk penelitian ini, sementara dalam artikel disebutkan bahwa itu adalah pasien yang berturut-turut datang untuk pengobatan. Dengan ditariknya artikel ini, maka studi ini tidak lagi dianggap sebagai bagian resmi dari literatur ilmiah.
Bagaimana kelanjutan kasus Wakefield ?
Tanggal 5 Januari 2011, jadi belum lama ini, British Medical Jurnal menerbitkan serangkaian 3 artikel dan editorial yang menuduh bahwa studi yang dipublikasikan di The Lancet pada tahun 1998 oleh Andrew Wakefield dkk yang menghubungkan antar vksinasi MMR dengan autism dan kerusakan usus/otak bukan saja sebagai ilmu yang salah/menyesatkan, tapi “suatu penipuan “.Menurut artikel pertama yang diterbitkan pada BMJ hari itu oleh reporter investigasi Brian Deer, peneliti Wakefield mengubah dan memalsukan catatan medis dan fakta, menyalah-interprestasikan informasi kepada keluarga, dan memperlakukan 12 anak yang terlibat secara tidak etis. Selain itu, Mr Wakefield juga menerima jasa konsultasi dari pengacara yang sedang menyusun gugatan terhadap produsen vaksin, dan banyak dari peserta penelitian merupakan rujukan dari organisasi antivaccine.
Brian Deer melakukan investigasi pertamanya terhadap artikel Wakefield pada tahun 2004 untuk Sunday Times di London dan sebuah jaringan televisi Inggris. Atas dasar temuan-nya itu, GMC’s menyelenggarakan Sidang pada tahun 2007 dan mendengar kesaksian dari 36 saksi selama jangka waktu dua setengah tahun. Dan hasilnya ? Sidang menyatakan bahwa metode penelitian Mr Wakefield tidak benar dan ia dinyatakan telah melanggar aturan dalam etika penelitian. Lima hari setelah pernyataan GMC, The Lancet mencabut artikel tersebut.
Kesimpulan?
Hingga saat ini belum ditemukan hubungan yang kuat antara vaksinasi MMR dengan kejadian autism, karena artikel yang pertama kali memunculkan kontroversi tentang ini telah dicabut dan tidak diakui kebenarannya, dan belum ada lagi publikasi ilmiah yang valid yang mendukung hal tersebut.
Bagaimanapun,…. penyebab autism masih misteri, di mana satu dengan yang lain mungkin dipicu oleh faktor yang berbeda. Dhika sendiri belum mendapat vaksin MMR, dan nyatanya ia mengalami juga. Buatku sendiri, sulit untuk memastikan penyebab pastinya, kecuali bahwa itu sudah ditetapkanNya. Sekarang yang penting adalah bagaimana untuk mengoptimalkan perkembangannya dengan berbagai upaya yang bisa dilakukan. Mohon doanya saja ya, kawan, semoga Dhika bisa tumbuh kembang dengan sempurna sebagaimana seharusnya. Menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi semua. Amien.
Sumber : http://www.medscape.com/viewarticle/735354
Komentar dari Haafizhah Kurniasih di notes fb mba Nurisma Fira: " Kalau meragukan 'kadar keislaman beliau' mungkin bisa minta tolong kerabat di Yogya utk nge-cek... "
Beliau adalah dosen saya. Bekerja di bagian Farmakologi. Sejauh yang saya kenal, insya ALLAH beliau adalah Muslimah yang baik. Menurut penuturan beliau, beliau sempat beberapa kali mengisi pengajian skala besar di Muhammadiyah.
(Note FB Nurisma Fira/Voa-khilafah.com)