JAKARTA (voa-khilafah.co.cc) - Menggolkan Exxon Mobile sebagai operator pertambangan migas di Blok Natuna Timur merupakan salah satu agenda kedatangan Obama ke Indonesia pada pertengahan Nopember mendatang di Bali.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (Ires) Marwan Batubara berprediksi demikian lantaran melihat berbagai indikasi yang mengarah ke sana. Indikasi tersebut di antaranya adalah adanya iklan Exxon Mobile dan kedatangan Sekretaris Negara bahkan Presiden Amerika ke Indonesia.
“Dalam satu atau dua bulan terakhir ini, iklan Exxon Mobile, hampir setiap hari di televisi bisa kita lihat. Ini sama dengan waktu dulu ketika akan ada penyerahan Blok Cepu kepada Exxon Mobile, di media massa, di koran, Exxon pasang iklan,” ujarnya dalam acara Temu Tokoh Nasional Tolak Obama Presiden Negara Penjajah! Kamis (10/11) siang, di Wisma Antara.
Menurut Marwan, Exxon beriklan dengan tujuan agar publik dapat menerima bila pemerintah Indonesia memutuskan sumber migas itu dikelola Exxon. Sedangkan rencana kedatangan Obama dalam waktu dekat ini mengingatkan pada kedatangan Sekretaris Negara Amerika saat itu Condolizza Rice ke Indonesia.
Dan benar saja, tidak lama kemudian, Blok Cepu diserahkan kepada Exxon Mobile setelah Rice datang. Padahal Direktur Pertamina saat itu menyatakan mampu mengelola Blok Cepu. Pola yang sama pun terjadi saat ini. Di samping Exxon beriklan secara massif, Presiden Amerika itu pun akan datang dengan dalih menghadiri KTT ASEAN +.
Marwan pun mengingatkan, dalam beberapa minggu ke depan akan ada keputusan pemerintah tentang siapa dan berapa persen nanti masing-masing sahamnya yang akan mengelola blok Natuna Timur (dulu Natuna D Alfa).
Calon kontraktornya itu ada empat. Pertamina, Exxon Mobile, Petronas (Malaysia), dan Total (Prancis). “Kita, aktivis ya, sudah menyuarakan bahwa tidak ada alasan apapun yang bisa kita terima untuk tidak menunjuk Pertamina sebagai operator,” ujarnya di hadapan sekitar 500 peserta talkshow yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia itu.
“Tapi saya mendengar teman di Pertamina, kemungkinannya Exxon yang akan ditunjuk. Nah, ini bisa saja menjadi salah satu agenda Obama di samping hal-hal lain,” ujar mantan anggota DPD RI itu.
Dalam acara itu hadir pula tokoh-tokoh lainnya yang secara tegas menyatakan penolakannya terhadap Obama, kapitalisme dan imperialisme. Di antaranya adalah Muhammad Ismail Yusanto (Jubir HTI), KH Ahmad Zainuddin Qh (Ulama), Fikri Bareno (Sekjen Al Ittihadiyah), Djauhari Syamsuddin (Ketua Umum SI), Fakhurrazi (Wasekjen KAHMI), Irena Handono (Kristolog), Tyasno Sudarto (mantan Kepala Staf Angkatan Darat), Marwan Batubara (mantan anggota DPD RI) dan Son Hadi (Jubir JAT). [Abu Fadhilah/voa-islam/voa-khilafah.co.cc]
1 komentar:
Wah apa nggak salah beritanya? Bukankah Amerika Serikat tinggal menunggu waktu dalam hitungan beberapa bulan / minggu ke depan menghadapi penghakiman langsung dari Allah SWT Tuhan semesta alam ini yang akan berujung pada tenggelamnya 42 negara bagian Amerika Serikat serta sebagian wilayah dari 6 negara bagian yaitu Washington, Oregon, Nevada, California, Idaho dan Montana yang mana sisa wilayah dari 6 negara bagian tersebut akan membentuk Semenanjung Amerika Serikat dengan kota Downieville terletak di ujung selatan semenanjung baru tersebut. Sebaiknya selutuh sumber daya negeri Amerika Serikat yang ada saat ini dipersiapkan untuk mengantisipasi hal tersebut dengan mulai membuat pemukiman sederhana tahan gempa bagi sekitar 100 juta orang penduduk Amerika Serikat yang masih akan tersisa nanti di daratan bakal semenanjung baru tersebut mengingat waktu mengungsi sampai dunia tenang kembali adalah sekitar 4 bulan. Saat Al Malhamah berakhir dengan naiknya muka air laut global setinggi 33 meter diseluruh dunia nanti, listrik dan bahan bakar fosil akan dihapuskan oleh Allah SWT sehingga usaha-usaha untuk menguasai berbagai sumber energi fosil tersebut tidak ada gunanya sama sekali. Tidak ada peralatan berbahan bakar fosil dan listrik yang dapat digunakan lagi, semuanya kembali ke masa dahulu kala. Kuda, bagal, keledai, unta, sapi kerbau akan menjadi sarana transpotasi lagi. (Khalifah al Mahdi - 666)