Voa-Khilafah.co.cc - Seorang anggota Partai Nahda di Tunisia menyebutkan bahwa revolusi Tunisia merupakan awal dari Khilafah berikutnya yang akan membebaskan Palestina dan dunia Muslim pada umumnya. Sekretaris Jenderal Partai An-Nahda Hamadi Jebeli menyerukan kebangkitan Khilafah dalam sebuah pidato.
Pidato yang menyinggung perjuangan Khilafah direspon oleh tokoh Partai Nahda lainnya yang berjiwa sekularis. Rachid el Ghannouchi, pemimpin Nahda, malah mencela ide Khilafah.
"Saudaraku, dari sini (Tunisia), akan menjadi titik luncur, dengan pertolongan Allah, pembebasan al-Quds, insya Allah," kata Jebali di hadapan para pendukungnya.
"Dari sini, perlawanan Arab dimulai, dan dari sini, rakyat Tunisia mendapat pertolongan kemenangan. Dan dari sini, pembebasan, dengan pertolongan Allah Swt. Yakinlah saudaraku," katanya lagi di hadapan ribuan orang.
"Wahai saudaraku, sekarang Anda berada pada momen bersejarah, sebuah momen Robbani dalam suatu siklus peradaban, insya Allah, Khilafah Rasyidah ke-enam, insya Allah," tegas Jebali disambut takbir dan riuh tangan ribuan pendukungnya.
Sementara itu kaum sekularis dari dalam Partai Nahda memberikan tanggapan negatif tentang ide Khilafah ini.
Al Ghannouchi, pemimpin Nahda dan seorang sekularis, membuat pernyataan kontroversi yang menyerang ide Khilafah serta mencela ide syariah.
Dalam wawancara Rachid al Ghannouchi, pemimpin Partai Nahda Tunisia pada saluran televisi France 24, ia menanggapi pertanyaan tentang pandangannya terhadap sistem pemerintahan Islam.
"Pasti, kami adalah sebuah negara bangsa, daulah qoumiyah dan wathaniyah. Kami menginginkan sebuah negara untuk Tunisia reformasi bagi negara Tunisia," kata al Ghannouchi.
"Untuk isu Khilafah, ini merupakan masalah yang tida ada satu realitasnya, atau tidak realistis, atau, tidak memiliki tempat dalam realitas hari ini," tegas al Ghannouchi lagi.
Kaum sekularis lainnya juga tidak menerima pernyataan tokoh Nahda yang meyakinkan akan kedatangan Khilafah tersebut.
"Kami tidak sepakat dengan pernyataan ini," kata Khemais Ksila, seorang anggota partai Ettakatol.
"Kami pikir kami akan membangun sebuah republik kedua dengan pasangan kita, bukan Khilafah keenam," katanya lagi.
Usai pernyataan Jbeli itu, surat kabar sekuler Maghreb mengejek Jebeli dengan mengangkatnya dalam headline berjudul, "Khalifah Keenam Hamadi Jebeli".
"Pidato ini sangat berbahaya," kata Issam Chebbi, seorang sekularis anggota terkemuka Partai PDP. "Inilah yang kita takutkan," katanya.
Situs OnIslam.net menyebutkan bahwa penggunaan Khilafah dalam politik Arab merupakan hal yang sangat sensitif sebab hal itu merupakan konsep yang dipromosikan oleh kelompok Hizbut Tahrir, yang dilarang di banyak negeri.
Gerakan Islam seperti An-Nahda dan Ikhwanul Muslim di Mesir secara umum menghindari penggunaan istilah ini karena hubungan ini.
Ridha Belhaj, juru bicara Hizbut Tahrir yang dihubungi surat kabar Tunisia “Aljarida” menegaskan apresiasinya terhadap seruan Hamadi Jebali dan menganggapnya sebagai bentuk “taubat politik”.
Dalam konteks ini, Ridha menjelaskan bahwa tuntutan menegakkan Khilafah adalah tuntutan syariah, sehingga semua kaum Muslim wajib menyerukannya untuk menyatukan wacana Islam, katanya.
Tuntutan keinginan menegakkan Khilafah memang menjadi isu yang sangat hangat di Tunisia. Beberapa komponen menyerukan tuntutan untuk berhukum di bawah hukum Allah bagi negeri Tunisia terus bergulir. Semoga ini menjadi awal yang nyata bagi kebangkitan Islam dari bumi revolusi Tunisia, amin. [m/np/onislam/syabab/voa-khilafah.co.cc]