Voa-Khilafah.co.cc - Pernyataan Sekretaris Jenderal Gerakan Islam an-Nahdhah, dan sekaligus calon untuk posisi Perdana Menteri berikutnya, Hamadi Jebali tentang “Khilafah Rasyidah keenam di Tunisia” telah memicu kontroversi luas, terutama di kalangan kaum sekuler, yang melihat bahwa nilai-nilai modernitas menjadi terancam setelah kemenangan an-Nahdhah dalam pemilu baru-baru ini.
Sebuah video klip Jebali menunjukkan bahwa ia sedang berpidato di depan pendukungnya pada pertemuan di kota Sousse, di mana ia mengatakan: “Saudara-saudaraku, Anda sedang menghadapi saat bersejarah dalam siklus peradaban baru, Insya Allah, yaitu dalam Khilafah Rasyidah keenam.”
Kontan, pernyataan ini memicu kemarahan kaum sekuler, serta eskalasi perdebatan telah meningkat di internet dan di media tentang maksud sebenarnya dari gerakan ini.
Surat kabar lokal Maroko mempublikasikan di sampulnya foto Jebali dalam ukuran besar berpose seorang pangeran dengan judul: “Hamadi Jebali Khalifah keenam adalah kesalahan”. Bahkan surat kabar menambahkan bahwa ia tidak layak untuk menjadi perdana menteri.
Namun, Fawzi Gamoun, Direktur Kantor Jebali mengatakan-dalam wawancara dengannya-bahwa “Jebali bermaksud sedang menantikan pemerintahan yang baik dan transparan, yang akan memutus semua korupsi. Jadi, tidak bermaksud mendirikan sistem Islam, seperti yang dipromosikan oleh para pemburu di air keruh.”
Ia menambahkan: “Kami adalah gerakan sipil, dan ini tidak bisa dibantah. Namun, ada kelas elit yang berusaha menghibur rakyat dengan melupakan kepentingan utama.”
Bahkan gerakan an-Nahdhah berjanji langsung setelah kemenangannya untuk menghormati kebebasan berprilaku, termasuk tidak akan memaksakan hijab, dan mengadopsi kebijakan ekonomi terbuka. Akan tetapi, sejauh ini kaum sekuler masih memperlihatkan keraguannya terhadap janji yang disampaikan gerakan an-Nahdhah (aljazeera.net, 16/11/2011).
(hti/voa-khilafah.co.cc)