[AL-Islam edisi 581, 18 November 2011 - 22 Dzulhijjah 1432 H]
Presiden Obama melakukan kunjungan ke kawasan Asia Pasifik. Diawali dengan menjadi tuan rumah pertemuan APEC dengan agenda Trans-Pasific Partnership (TPP) dan masalah zona perdagangan bebas Pasifik. Lalu berkunjung ke Australia dan terakhir ke Bali untuk menghadiri KTT Asean+ atau East Asia Summit -EAS- yang berlangsung pada 17-19 November 2011.
Demi Kepentingan AS
Satu hal yang pasti bahwa Obama adalah presiden dari negara yang menganut ideologi kapitalisme. Imperialisme atau penjajahan adalah metode baku yang dilakukan untuk menyebarkan kapitalisme dan menjaga dominasi kepentingan ekonomi dan politik. Dalam konteks ini, kunjungan Obama ke kawasan Asia Pasifik ini sangat penting.
Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional untuk komunikasi strategis dalam briefing media terkait kunjungan Obama itu, mengatakan bahwa kunjungan ini sangat penting untuk melibatkan kawasan Asia Pasifik yang dinamis itu guna menciptakan lapangan kerja, mengamankan kepentingan AS dan mengokohkan nilai-nilai demokrasi. Pemerintahan Obama sejak awal berusaha mengembalikan persekutuan AS di kawasan, menguatkan posisi AS dan memastikan bahwa AS tetap menjadi kekuatan ekonomi dan keamanan yang dominan di Asia Pasifik dan lebih luas (http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2011/11/09/press-briefing-previewing-presidents-trip-hawaii-australia-and-indonesia).
Saat ini perekonomian Eropa sedang stagnan bahkan mengalami kelesuan setelah hal sama lebih dulu melanda perekonomian AS. Sementara itu, ekonomi kawasan Asia Pasifik justru mengalami pertumbuhan dan PDBnya meningkat signifikan. Jumlah penduduk Asia Pasifik yang sangat banyak juga merupakan potensi pasar yang sangat besar. Disinilah kawasan Asia Pasifik saat ini menjadi kawasan paling penting dan potensial bagi kepentinan ekonomi AS. Karena itu Rhodes juga menjelaskan, bahwa agenda Obama dalam pertemuan APEC di Honolulu lebih difokuskan pada agenda ekonomi terutama dalam rangka penciptaan jutaan lapangan kerja. Obama berambisi untuk melipatgandakan ekspor pada tahun depan. Untuk itulah Obama menggunakan pertemuan APEC untuk mensuport ekspor AS, meningkatkan perdagangan, menghilangkan hambatan pasar di kawasan, membuka pasar dan mencapai kesepakatan eksport dengan berbagai pemerintahan di Asia Pasifik. Disinilah kenapa Obama (AS) begitu ngotot mengegolkan usulan zona perdagangan bebas Asia Pasifik.
Sementara dalam pertemuan East Asia Summit (EAS) di Bali, Obama akan lebih memfokuskan pada masalah tantangan politik dan keamanan di kawasan. Dalam konteks ini, AS ingin pertemuan East Asia Summit akan mencakup agenda nonproliferasi, keamanan nuklir dan pengamanan material nuklir, dimana hal itu bergantung pada kerjasama anggota EAS. AS juga berkepentingan dengan masalah keamanan maritim khususnya laut Cina selatan. Amerika memiliki kepentingan keamanan dan komersial yang dalam terhadap adanya semacam kode etik atau aturan yang jelas tentang pendekatan anggota EAS bagi masalah keamanan maritim tersebut.
Obama juga ingin menyeimbangkan kembali wilayah Asia, di mana demokrasi mulai muncul dan pengaruh Tiongkok yang semakin besar. Artinya, AS ingin melibatkan negara-negara di kawasan untuk membendung makin meluasnya pengaruh Cina, khususnya di sekitar laut Cina Selatan. Obama akan memanfaatkan pertemuan di Bali untuk menguatkan aliansi dengan negara-negara kawasan, terutama negara-negara yang “mengepung” Cina. Karena itu di Bali, Obama akan melakukan pertemuan bilateral dengan PM India Manmohan Singh untuk mendiskusikan pembangunan regional, masalah Afganistan (tentu saja juga Pakistan) dan pendalaman hubungan ekonomi dan komersial. India selama ini telah menjadi mitra penting bagi AS dalam kontra terorisme dan keamanan kawasan Asia Selatan.
Menurut Rhodes, Obama juga akan melakukan pembicaraan bilateral dengan dua sekutu penting AS di kawasan yakni Thailand dan Filipina untuk menguatkan aliansi dalam masalah kontraterorisme, keamanan maritim, keamanan nuklir dan memperluas hubungan komersial dengan Thailand dan Filipina. Selain itu, Obama juga akan melakukan pembicaraan bilateral degan Presiden SBY. Menurutnya, Indonesia penting karena merupakan salah satu negara kawasan yang ekonominya tumbuh cepat, selain juga menjadi mitra kunci bagi AS dalam masalah dari masalah kontra terorisme sampai masalah keamanan meritim.
Jadi jelas kedatangan Obama ke Bali ini lebih untuk merealisasi kepentingan penjajahan negara Paman Sam itu. Yaitu untuk menguatkan aliansi dengan negara-negara kawasan dan melibatkan negara-negara kawasan untuk merealisasi kepentingan AS terkait keamanan maritim, disamping untuk menghadapi perluasan pengaruh Cina. Disitulah strategisnya penguatan aliansi dengan negara yang mengepung Cina seperti India, Thailand, Filipina, Jepang, dsb. Dan dalam merealisasi hal itu, AS ingin Indonesia yang menjadi koordinator ASEAN dan tuan rumah East Asia Summit memainkan peran kunci. Pada akhirnya semua itu adalah untuk mengokohkan dominasi, pengaruh dan penjajahan AS di kawasan.
Terkait khusus dengan masalah Indonesia, entah berhubungan atau tidak, kedatangan Obama ke Bali ini terjadi disaat salah satu perusahaan AS yakni Freeport tengah menghadapi masalah baik dengan pemerintah maupun karyawan. Dari yang sudah-sudah, masalah yang dihadapi perusahaan AS biasanya akan selesai setelah kunjungan pejabat AS ke negeri ini, seperti dalam kasus Blok Cepu, Exxon di Natuna, dsb.
Kunjungan ini juga langsung atau tidak juga ada hubungannya dengan masalah Papua. Menjelang kunjungan Obama, menlu AS Hillary Clinton angkat suara mengenai konflik di Papua. Hillary menyampaikan kekhawatiran akan kondisi HAM di Papua. Ia menyerukan adanya dialog untuk memenuhi aspirasi rakyat di wilayah konflik tersebut (AFP, 11/11).
Secara politik, AS berkepentingan untuk menjaga Asia Tenggara dengan berpenduduk Muslim terbesar di dunia sebagai representasi dari Islam Moderat. Yakni, model Islam yang lebih dapat mengakomodasi kepentingan penjajahan global AS di Dunia Islam. Dalam hal ini, Indonesia diinginkan menjadi model negara di mana demokrasi, Islam, dan modernitas dapat hidup berdampingan secara damai. Bak gayung bersambut, Presiden SBY mengatakan Indonesia pada masa depan akan menjadi contoh negara di dunia yang mampu menjalankan prinsip demokrasi, Islam, dan modernisasi tanpa konflik (voanews.com, 13/11).
Tolak Obama
Jelaslah, Kunjungan Presiden Obama dalam KTT Asean dan KTT terkait tidak lain adalah untuk mengokohkan kepentingan penjajahan AS di wilayah Asia Timur, termasuk Indonesia. Kehadiran Obama dalam forum itu untuk memastikan bahwa wilayah itu secara politik dan ekonomi tetap menganut sistem dan ideologi kapitalisme. Indonesia dijadikan salah satu contoh untuk merealisasi hal itu di tengah umat Islam dunia. Dan secara praktis, kepentingan ekonomi dan politik AS tetap terjaga. Artinya, kehadiran Presiden Obama tidak lain adalah untuk semakin mengokohkan penjajahan atau imperialisme AS atas wilayah ini. Islam mengharamkan kaum Muslim memfasilitasi atau bahkan memberi jalan semua itu. Allah SWT berfirman:
وَلَن يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (QS an-Nisa’ [4]: 141)
Disamping itu harus diingat, Obama adalah presiden dari sebuah negara yang saat ini jelas-jelas tengah menjajah negeri Muslim dan memerangi kaum Muslim, seperti di Irak, Pakistan dan Afghanistan. Akibatnya, negara-negara itu kini hancur berantakan. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara sosial, politik, ekonomi dan budaya. Tak terhitung besarnya korban dan kerugian yang ditimbulkan. Dengan semua itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam. Ketika umat Islam diserang maka yang diperintahkan oleh Allah adalah membalas serangan setimpal dengan serangan itu (QS al-Baqarah: 194).
Serangan terhadap satu negeri Islam hakikatnya adalah serangan terhadap seluruh umat Islam. Sebab sebagaimana sabda Nabi saw, umat Islam itu ibarat satu tubuh. Oleh karena itu, dalam pandangan syariat Islam, AS sekarang ini termasuk kategori muhariban fi’lan atau negara yang dalam status memerangi umat Islam secara de facto. Presiden dari sebuah negara seperti itu harus ditolak sebagai tamu. Sebab muamalah dengan negara kafir muhariban fi’lan adalah muamalah perang.
Allah SWT juga melarang kaum Muslim mengambil musuh Allah dan musuh umat sebagai teman dekat dan kepadanya kaum Muslim memberikan loyalitas (QS Mumtahanah : 1). Allah SWT juga berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (QS Ali Imran : 118)
Wahai Kaum Muslim
Kemuliaan, kesejahteraan dan keridhaan Allah hanya bisa diraih dengan menegakkan kehidupan Islami yang di dalamnya diterapkan syariah Islam di bawah naungan Khilafah. Hanya dalam kehidupan seperti itu saja, izzul Islam wal muslimin termasuk perlindungan terhadap negeri-negeri muslim, politik, ekonomi dan martabat serta kehormatan umat Islam bisa diujudkan. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar Al Islam:
KPK menemukan lebih dari 4.000 izin tambang batubara bermasalah di sejumlah daerah di Indonesia. Hal itu menyebabkan negara dirugikan hingga triliunan rupiah (Kompas, 15/11)
- Lebih merugikan lagi, kekayaan alam, bukan hanya batu bara, justru diserahkan kepada asing. Umat dirugikan hingga ribuan triliun.
- Itulah akibat penerapan sistem kapitalisme demokrasi yang menyengsarakan manusia bahkan binatang, tetumbuhan dan batu.
- Selamatkan umat dan kekayaan milik umat dengan menerapkan syariah dalam bingkai khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah.